24. Persiapan Ulang Tahun

42 8 1
                                    

Kumpulan kata yang dijadikan sebuah kalimat, lalu dibaitkan menjadi sebuah paragraf dan disatukan dalam sebuah karangan biasa.

Happy Reading💚

"Aku tidak akan menyesal, telah mengenal dia,"- Devanie.

_________________________

24. Persiapan Ulang Tahun.

Devanie berjalan mondar mandir di depan kelas 3 IPA 1, sesekali Ia melihat ke kelasnya yang hanya berselang satu kelas dari kelas inti tersebut, Ia takut jika Fathaan datang terlebih dahulu daripada Dinda, orang yang akan Ia temui.

"Devanie.."

Devanie melihat ke arah Dinda yang baru saja tiba dengan teman-temannya, "Din, untung aja lo cepat datang. Gue mau ngomong sesuatu," kata Devanie.

Dinda melihat arlojinya, "Gue gak punya waktu," disaat Dinda ingin masuk kedalam kelas, dengan cepat tangannya di cekal oleh Devanie.

"Apaan sih!" cetus Dinda dengan menepis kasar tangan Devanie.

"Cuman sebentar."

"Yaudah, cepetan!" desis Dinda, memang sedari awal Ia tidak suka dengan Devanie, sahabat Fathaan ini.

"Jangan disini, banyak lalat," bisik Devani sambil melirik ke arah teman-teman Dinda, yang sedari tadi sudah memasang telinga untuk mendengarkan percakapan mereka.

Dinda memutar bola matanya, "Kalian masuk duluan aja, gue nanti nyusul," ucapnya kepada teman-temannya.

Devanie dan Dinda pergi ke ruang tempat penyimpanan alat olahraga, "Mau ngomong apa lo! jangan lama-lama," cetus Dinda sambil bersedekap dada.

"Ck, kayak presiden aja."

Dinda mendelik, tidak terima dikatai, "Cepetan!"

"Gue mau tahu, alasan lo putusin Fathaan," ucap Devanie mulai serius.

"Bukan urusan lo, ini masalah gue sama Fathaan. Lo gak berhak ikut campur," balas Dinda.

"Iya sih, gue gak berhak ikut campur. Tapi, aneh aja, anak ambis kayak lo, rela melepaskan berlian seperti Fathaan. Karena yang gue tahu, Fathaan sayang banget sama lo," kata Devanie yang kini juga bersedekap dada.

Dinda memalingkan penglihatannya ke arah tumpukan bola, pikirannya mengawang, mengingat kembali masa-masa dirinya masih bersama Fathaan, dan Ia tahu Fathaan cinta kepadanya. Tapi, karena ada sesuatu yang merebut cintanya terlebih dahulu, yang membuat Ia harus melepaskan Fathaan, yaitu penyakit Fathaan.

"Apa, jangan-jangan, lo putus karena Fathaan punya penyakit?"

Bagai tersambar petir, Dinda menatap lekat sosok Devanie, jantungnya bekerja dua kali lipat. Apakah gadis yang berada di depannya ini sudah mengetahui?

"Ke-kenapa, lo bisa tahu?"

Gugup, tentu saja. Karena Fathaan sangat merahasiakan tentang penyakitnya dari sahabat-sahabatnya, itu yang Dinda ketahui.

"Ternyata benar, lo putusin Fathaan karena penyakitnya," lirih Devanie, Ia bisa membayangkan betapa sakitnya Fathaan ketika di putuskan sepihak oleh kekasih yang di sayangi. Hanya karena sebuah anugrah yang tidak diinginkan melekat pada dirinya, membuat Ia harus kehilangan orang terkasih.

"Gue yakin, lo bakal nyesal, dengan keputusan lo," ucap Devanie, seketika itu juga Ia langsung pergi meninggalkan Dinda yang masih terdiam, merenungi ucapan yang baru saja dikeluarkan Devanie.

"Iya, gue nyesal Van. Semoga, lo bisa menjadi pendukung dia," gumam Dinda

***

Funfflugel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang