13. Tidak Adil

47 14 1
                                    

Kumpulan kata yang dijadikan sebuah kalimat lalu dibaitkan menjadi sebuah paragraf dan disatukan dalam sebuah karangan biasa.

Happy Reading💚

"Ibu, sekali saja melihatku sebagai orang yang berguna"- Devanie

_________________

13. Tidak Adil

Setelah rapat osis selesai, Devanie segera pulang kerumah. Seperti rutinitas biasa, Ia pulang untuk membereskan pekerjaan dirumah. Jika tidak, maka bersiaplah dirinya untuk amukan dari sang Ibu.

Setibanya Ia di halaman rumah, Ia sekilas melihat ke rumah Bagas, pintu rumah itu sedikit terbuka. Lantas dirinya melangkah ke arah rumah tersebut. Devanie ingin meminjam laptop Bagas karena ingin menyelesaikan laporan kegiatan osis mendatang.

"Kak Bagas, Kak Bagas. Bude ooo Bude," Devanie mengetuk pintu rumah tersebut sembari memanggil penghuni rumah.

Bagas yang mendengar teriakan Devanie segera keluar dari dalam kamarnya, "Ada apa?" tanya Bagas setibanya di depan pintu.

"Kak, pinjam laptop dong. Biasa, mau kerjain laporan," ucap Devanie to the point.

"Bentar, gue ambilin dulu," Bagas kembali kedalam kamarnya dan keluar sembari membawa laptop,.

"Nih, jangan di utak-atik lagi ya, banyak file penting," peringat Bagas, karena dulu Devanie pernah meminjam laptopnya dan mengutak ngatik berkas yang ada didalamnya, alhasil semua berkas tersebut kehapus. Untung saja saat itu Bagas mempunyai salinan berkas serupa.

"Iyaaa, lagian kemarin gue iseng doang. Gue pikir, gue bisa jadi kayak hacker-hacker gitu," Devanie menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dirinya mengaku sok jagoan saat itu ingin meretas Wifi tetangga sebelahnya dengan laptop Bagas, tetapi semuanya menimbulkan petaka.

Masih sangat jelas diingatan Devanie bagaimana murkanya seorang Bagas saat itu, sampai-sampai Devanie harus mengungsi kerumah neneknya untuk menghindari kemarahan Bagas.

"Hacker Hackor, kata sandi instagram aja lo lupa," cibir Bagas sembari menoyor kepala Devanie. "Cuman pinjam laptop kan, gak ada yang lain," ucap Bagas yang bersiap ingin menutup pintu rumahnya.

"Hmm, makanan ada, Kak?" tanya Devanie berusaha melongokkan kepalanya kedalam rumah tetangganya itu.

"Gak ada, Bude gak masak. Udah sana pulang, gue mau lanjut tidur," seru Bagas dengan sedikit mendorong Devanie.

"Yaelah pelit amat," dengus Devanie.

Ketika Devanie ingin meletakkan laptop ke dalam tasnya, selebaran kertas terjatuh yang mengisi informasi data pasien.

"Kak, ini kertas apaan? Data riwayat pasi-," belum sempat Devanie membaca keseluruhan kertas tersebut, kertas itu sudah berpindah ke tangan Bagas.

"Punya pasien gue, ini hasil pemeriksaan penyakitnya," jelas Bagas.

"Oh, gue kira kertas untuk bungkus gorengan," canda Devanie, "Yaudah gue balik."

Sepulangnya Devanie, Bagas langsung menutup pintu rumahnya. Takut, anak itu kembali dan minta makan, padahal dirumahnya ada sebungkus nasi padang Ia pesan. Tapi, untuk kali ini Ia tidak ingin berbagi, karena perutnya sendiri belum terisi.

Setelah kembali ke kamarnya, Bagas menatap kertas analisa penyakit yang Ia pegang. Ia menghembuskan napas kasar, "Andai kertas ini benar bungkus gorangan, bukan hasil analisa penyakit anak itu."

Bagas meletakkan kertas yang menampilkan nama Fathaan di atas meja.

***

Setibanya di rumah Devanie ingin memasuki kamarnya, tapi tiba-tiba atensinya menatap sebuah benda pipih yang sedang di pegang adiknya. Lantas, langkahnya terhenti dan memilih untuk keruang tamu tempat Akbar berada.

Funfflugel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang