Part 3 Aqilla Berdusta

7 3 0
                                    

[ Davina dkk ]

Siang sudah berganti malam, jam menunjukkan pukul 19.20 malam,

Nesya yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung disuguhkan pemandangan wajah cantik sang mama.

Sontak dia langsung termundur, kaget.

"Mama, ngagetin aja. Ada apa, Ma?" tanya Nesya sambil menghela napasnya mencoba bersabar.

Terlihat Afrin Abigail atau dipanggil Afrin—mama Nesya yang tersenyum manis ke putrinya yang membuat Nesya mengernyitkan kening bingung.

"Mama pengin mangga muda. Kamu tolong beliin di supermarket depan komplek, ya. Please ...," jawab Afrin dengan penuh harap.

Nesya mendelik tertahan kemudian menunduk merilekskan ekpresinya sambil membuang napas.

"Apa tidak bisa besok saja, Ma? Ini sudah malam, Mama tahu sendiri aku tidak dibolehkan papa keluar rumah di malam hari," bujuk Nesya.

Raut wajah Afrin memelas dan hendak menangis kala mendengar jawaban putrinya yang menolak untuk membelikannya mangga muda.

Nesya sendiri meringis melihat perubahan ekspresi mamanya, dia sudah berjaga-jaga akan sesuatu yang bakal terjadi setelah ini.

"Padahal hiks ... Mama mau mangganya sekarang. Ini juga, hiks belum terlalu larut. Boleh, ya, Kak. Beliin sebentar aja, hiks ke depan. Mama sangat menginginkannya, hiks ...."

Nesya dengan cekatan langsung memeluk dan menggosok lembut punggung mamanya yang kini menangis di dalam pelukannya.

Kenapa Mama menginginkan mangga muda dan sangat sensitif sekali?? Hah ... ya sudahlah beliin saja. Soal papa biar nanti saja deh, batin Nesya.

Nesya menuntun mamanya menuju sofa yang posisinya paling dekat dengan mereka berdua.

Dengan mamanya yang masih menangis sesenggukan.

"Huft ... Mama jangan nangis lagi, ya. Aku beliin mangga mudanya, oke?" ucap Nesya pelan.

Seketika itu Afrin berhenti menangis lalu berganti menatap putrinya dengan wajah berseri-seri.

"Terima kasih, sayang. Ya sudah kamu berangkat sekarang saja biar tidak kemalaman! Ini kartu kreditnya dan jangan lupa hati-hati di jalan," ujar Afrin sambil memeluk kembali putrinya.

Nesya menerima kartu itu dan tersenyum melihat betapa bahagianya sang mama yang keinginannya dikabulkan.

"Iya, Ma. Aku berangkat dulu. Asalamu'alaikum," ucap Nesya sambil mengecup pipi kanan sang mama yang dibalas anggukan dan senyuman kecil dari Afrin.

"Wa'alaikum salam, hati-hati." Afrin menatap kepergian putrinya dengan perasaan senang kemudian dia mengelus perut ratanya.

Sebentar ya, Dik. Mangga mudanya masih dibelikan sama Kak Eca, ucapnya dalam hati sambil tersenyum lembut.

Kemudian dia melangkah meninggalkan kamar sang putri dan berjalan menuju kamarnya.

***

Nesya memilih mangga muda dengan kualitas terbaik dan memasukkannya ke dalam troli belanjaan.

Setelah dirasa cukup dia berjalan menuju kasir namun saat akan maju ke kasir, seorang gadis menyerobot duluan.

Nesya berdecak pelan dan hanya mampu menunggu gadis itu untuk membayar.

Saat dia berbalik, dia terkejut mengetahui Nesya.

Tidak jauh berbeda dengan respon Nesya dia langsung memasang wajah datar setelah terkejut menatap gadis di depannya—Aqilla Altair atau kerap dipanggil Qilla, teman sekelas Nesya.

PLESETAN NAMA [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang