[ Geng Cokis dan Tapir ]
"Gue—"
"Besok kalian bakal tahu di sekolah," ujar Davina yang membuat keenam temannya berseru kecewa.
"Cih, tinggal kasih tahu aja repot banget lo!" desis Aurellia Shaquille atau kerab disapa Lia yang sedari tadi diam mendengarkan di samping Anya.
Davina hanya menatapnya sekilas lalu beranjak berdiri dan membuat ketiga temannya ikut berdiri.
"Mau ke mana lo?" tanya Abel sambil menyandarkan punggungnya pada single sofa yang dia duduki.
"Cabut! Lihat noh jam berapa," balas Davina sambil melangkah pergi saat sudah melihat ekspresi terkejut dari wajah Abel begitu pula teman-temannya.
"LAH, JAM DELAPAN KURANG!"
"MAMPUS MAK GUE PASTI NGAMUK NIH!"
"HUAA ... PAPI BAKAL MARAH NIH!"
"UANG JAJAN GUE PASTI DIPOTONG LAGI NIH, HIKS!"
"VINAAA, KENAPA TIDAK BILANG KALAU SUDAH MAU JAM DELAPAN!"
"MAMA JANGAN DIKUNCI DULU PINTUNYAAA!"
Teriak seluruh gadis itu dan mereka langsung berlarian keluar dari warung meninggalkan si mbok—pemilik warung yang menatap mereka terpelongo sebelum akhirnya membereskan kekacauan yang dibuat oleh anak-anak yang nongkrong di sini tadi.
Tidak banyak kerusuhan sebenarnya hanya beberapa gelas dan kotak pizza saja.
Ketujuh gadis itu dengan cepat pulang ke rumah masing-masing dengan berjalan ada juga yang dijemput supir, rumah mereka memang tidak jauh dari warung si mbok.
Namun sepertinya mereka semua tetap akan mendapatkan hadiah saat tiba di rumah nanti.
Akibat pulang terlambat ya gitu.
***
Sinar mentari pagi mulai menampakkan wujudnya di atas langit sana.
Kicauan burung dan suara ayam tetangga yang berkokok nyaring membuat seorang anak laki-laki yang masih bergelung di bawah selimutnya menggeliat dan berangsur bangun.
Dia menguap sambil menutup mulutnya dengan satu tangan kemudian merenggangkan kedua tangannya dan berdiri menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.
Sepuluh menit kemudian dia keluar dari kamar mandi lengkap dengan seragam sekolahnya, atasan putih dengan bawahan celana berwarna cream.
Rambutnya yang sedikit panjang yang masih setengah basah dia biarkan menjuntai dan bulir-bulir airnya membuat baju putihnya sedikit basah.
Dia menatap penampilannya di depan cermin tanpa ekspresi kemudian berlalu menenteng tasnya dan menyambar rompi kotak-kotak berwarna senada dengan celananya dan melangkah keluar dari kamarnya.
Dia masuk ke dalam lift dan turun ke lantai dasar karena kamarnya ada di lantai empat.
Ting!
Anak laki-laki itu melangkahkan kakinya melewati ruang makan sekaligus dapur yang memang tidak ada sekat antara ruang tamu.
Jadi, dia bisa melihat siapa yang ada di dapur.
Ataupun apa yang dilakukan oleh orang di ruang makan.
Begitu sebaliknya orang yang di dapur juga akan tahu siapa yang ada di ruang tamu atau sekedar lewat.
"ARISTIDE KEANO! SARAPAN DULU!!" teriak seorang wanita cantik dengan balutan daster rumahan berwarna hijau motif bunga-bunga dengan kerudung hitamnya yang terbalut indah di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLESETAN NAMA [Slow Update]
Teen Fiction⚠Gak ada deskipsi ya.⚠ Langsung baca aja. Jangan lupa follow dulu.❤ Hasil.karya.sendiri! Dilarang PLAGIAT!!