Comato Ghost

33 7 1
                                    

Tanpa menjawab pertanyaan Ken, Yoana menarik tangan laki-laki yang berada di depannya untuk ke luar dari toilet. Yoana menarik dengan cepat. Secara bersamaan, mereka berdua menembus tembok, lalu berjalan cepat menuju Riana.

"Sekarang, apa kamu masih belum percaya?" tanya Yoana dengan tegas.

Riana terkejut bukan kepalang, alisnya terangkat ke atas, matanya terbuka lebar dan melotot ke arah Ken dan Yoana. Dia membuka rahangnya dan menutupi dengan kedua telapak tangan. Dengan sedikit membungkuk, Riana mundur perlahan. Menempelkan badannya pada dinding yang membisu. Kedua kakinya terasa kaku. Lalu tersungkurlah dia ke lantai.

"K—kalian. J—jadi...k—kalian?" Rahangnya mulai menegang. Rasa takut pun muncul dan terlukis di wajahnya.

Ken yang masih berdiri di sebelah Yoana. Menunjukkan ekspresi yang sama. Irama jantungnya tak beraturan. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Bola matanya melebar dan mulutnya terasa kelu.

"J—jadi, aku sudah mati?" tanya Ken pada Yoana.

"Kamu belum mati, Ken. Kamu sama seperti aku dan Jeremy. Kita sekarang dalam keadaan koma dan sekarat. Roh kita belum bisa bersatu lagi dengan jasad yang saat ini berbaring di ruang ICU," jelas Yoana dengan lantang.

"Kamu pasti sudah melihat tubuhmu di ruang ICU, 'kan?" tanya Yoana dengan sudut mata menyipit dan mengerutkan kening.

"Ya, t—tapi, aku pikir itu mimpi," lirih Ken. Wajahnya kini tampak menjadi kosong.

"P—pergi kalian dari sini! Pergi!" usir Riana. Dia menundukkan kepalanya. Kedua tangannya mendekap dengkul. Rambut panjangnya tergerai sehingga menutupi seluruh wajah.

Jeremy yang duduk di sofa, kemudian mendekati Ken dan Yoana. Dia menepuk pundak Yoana.  Memberikan kode supaya secepatnya keluar dari ruang rawat inap tersebut. Yoana pun menuruti perintah Jeremy. Mereka berdua kemudian melangkahkan kaki menuju pintu. Ken yang masih shock, menatap Riana dengan pandangan kosong. Kakinya berat dan tak mampu melangkah.

Melihat Ken yang masih terkejut dengan kondisinya, Jeremy menghentikan langkah dan berbalik ke arah Ken. Dia menghampiri laki-laki berambut hitam dan berponi itu. Menarik tangannya untuk pergi.

"Jangan pernah kembali! Aku tidak mau melihat kalian lagi!" gertak Riana yang masih berada di lantai kamarnya.

Setelah beberapa menit mereka bertiga keluar dari kamar. Riana sedikit mengangkat kepalanya. Dia mengintip dan memastikan kalau mereka sudah benar-benar angkat kaki dari sana. Setelah semuanya terlihat sesuai keinginan. Riana mencoba mengembalikan kekuatan tubuhnya. Dia berdiri, lalu berlari menuju ranjang. Dia rebahkan badannya dan menutupi seluruh tubuh hingga wajahnya dengan selimut.

"Ya Tuhan. Apa aku sedang bermimpi?" gumamnya dalam hati.

Dia mencubit kulit tangannya dengan kerasa. "Au!" teriaknya.

"Ternyata bukan mimpi? Ah! Tapi apa yang baru saja terjadi? Apa aku benar-benar bisa melihat hantu, arwah, atau apalah itu?" Riana masih belum bisa percaya dengan kejadian yang baru saja dia alami.

"Ah! Gila! Ini gila! Aku pasti beneran sudah gila!" ucap Riana.

Malam kian menunjukkan dirinya. Sudah hampir tengah malam dan Riana berusaha memejamkan mata. Berharap semua itu hanyalah mimpi. Berharap esok saat dia bangun, semuanya kembali dengan baik seperti semula. Seperti saat mereka belum datang ke kamar Riana.

****

Di ruang ICU,

Ken, Jeremy, dan Yoana berjalan cepat menuju ruang ICU. Sepanjang mereka berjalan. Tak satupun dari mereka berucap. Mulut mereka terkunci dan membisu. Hingga sampailah mereka di kamar yang hanya ditempati oleh tiga orang pasien.

"Kamu lihat? Dia adalah dirimu yang terbaring koma," jelas Jeremy. Mereka bertiga berdiri tepat di sebelah ranjang Ken.

"Lalu yang berada di sebelahmu, adalah aku, Ken. Aku lebih dahulu menempati ruangan ini." Jeremy menunjuk ke sebelah ranjang Ken. Tubuhnya pun dipenuhi selang.

"Di sana, satu ranjang lagi, wanita yang terbaring itu adalah Yoana. Dia pun sama dengan kita," tunjuk Jeremy ke arah tubuh Yoana.

"Aku adalah korban pembunuhan. Pelaku memukul kepalaku dengan benda keras, dan menusuk tubuhku dengan sebilah pisau. Namun, ternyata tubuhku masih selamat. Aku tidak mati," sambung Yoana.

"J—jadi, aku benar-benar adalah arwah? Dan kalian? Rupanya menempati kamar yang sama denganku?" Tanya Ken. Berkali-kali dia berpikir dengan diamnya. Mencari jawaban yang meragukan hati dan otak. Rupanya jawaban dari mereka benar adanya. Ini bukan mimpi. Mereka yang saat ini menjadi arwah yang terpisah adalah nyata.

COMATO GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang