Keributan Di Depan Kamar

43 8 2
                                    

Ken merasa terkejut mendapati dirinya yang masih bersimbah darah. "A—aku...." Bahkan mulutnya terasa kelu.

"Hey, sebenarnya, apa yang terjadi dengan dirimu?" tanya laki-laki paruh baya.

Ken yang masih terkejut, menatap mereka berdua tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

"Oh, saya Jeremy, pasien rawat inap di rumah sakit ini, dan dia Yoana, sama sepertiku. Dia juga pasien rawat inap di sini," Ucap Jeremy sambil menunjuk ke arah Yoana.

"Sebaiknya bersihkan dulu dirimu di toilet, anak muda," pinta Jeremy.

"Ya, apa indra penciumanmu tidak berfungsi? you smell so bad, oh my God," gerutu Yoana sambil menutup hidungnya.

"Di mana toilet? Tapi aku gak punya baju, gimana aku bisa ganti?" Ken menampakkan wajah datar.

"Astagaaaa.... " Jeremy menepuk keningnya.

"Sepertinya dia pasien koma baru," bisik Yoana kepada Jeremy.

Jeremy pun hanya menganggukkan kepala mendengar pernyataan wanita berambut pirang tersebut. Lalu, Jeremy mulai mencari cara untuk mendapatkan pakaian supaya bisa dikenakan oleh Ken.

"Tunggu, saya punya ide." Yoana mengernyitkan dahinya.

"Apa itu?" tanya Jeremy penasaran.

"Kalian tunggu di sini, aku akan segera kembali. Ingat! Jangan kemana-mana," tegas Yoana. Dia pergi melangkahkan kakinya dengan cepat, lalu berlari menuju ruang piket perawat.

"Kenapa lama sekali, ah anak itu." Jeremy memainkan jari telunjuknya di dagu yang sedikit ditumbuhi jenggot.

Ken yang menuruti perintah Yoana, hanya menunggu dengan tenang. Dia berdiri menyandarkan dirinya di pintu kamar yang ditempati Riana. Tiba-tiba, gagang pintu tersebut bergerak lalu terbuka dengan pelan. Ken yang menyadari bahwa ada seseorang di balik pintu tersebut, segera bergeser menjauh. Mereka berdua kemudian terdiam.

Di balik pintu yang sedikit terbuka, Riana mengintip memastikan siapa yang sedari tadi membuat keributan di depan kamarnya. Namun, karena hanya sedikit terbuat terbuka, dia tidak mendapati apapun. Rasa penasarannya membuat dirinya memberanikan diri untuk keluar dari kamar tersebut. Saat pintu itu dia buka dengan cepat, Riana melihat dua orang laki-laki berdiri di hadapannya. Ken dan Jeremy menatap Riana dengan ekspresi datar. Begitupun dengan Riana. Mulanya, gadis itu hanya diam memandang mereka. Namun, setelah dia memandang Ken yang tampak menyeramkan, dia menjerit ketakutan.

"Aaaaaaa!" teriak Riana sambil menutup wajahnya.

Mendengar teriakan Riana, Jeremy dan Ken pun ikut berteriak."Aaaaaaa!"

Mereka bertiga saling beradu teriakan. Suasana malam yang semakin kacau. Tanpa berpikir panjang. Riana kembali menutup pintu kamarnya dan menguncinya rapat-rapat. Dia terkejut bukan kepalang. Napasnya tidak beraturan. Detak jantungnya berdebar kencang. Keringat dingin tiba-tiba mengucur dari seluruh tubuhnya.

"Apa yang baru saja aku lihat tadi? Hantu kah? Ah, tapi masa hantu ikut teriak juga." Riana memegang kepala dengan kedua tangannya.

Di depan kamar, Jeremy merasa ada sesuatu yang aneh. Begitupun dengan Ken, dia merasa bingung dengan yang baru saja terjadi.

"Siapa dia? Apa dia bisa melihat kita?" Jeremy shock dan penasaran.

"Entahlah, aku gak tau siapa dia. Tunggu, apa maksud Anda? Apa dia bisa melihat kita? Maksudnya bagaimana?" Ken justru penasaran dengan pertanyaan Jeremy.

"Hey, kalian. Ada apa? Kenapa kalian teriak?" Yoana datang membawa pakaian untuk Ken.

"Enggak, aku cuma terkejut karena gadis itu teriak di depanku," jelas Ken.

"Apa? Siapa?" tanya Yoana.

"Dia, gadis yang ada di dalam kamar itu." Jeremy menunjuk ke arah kamar Riana.

"Dia bisa melihat kita, Yoan," jelas Jeremy.

Yoana terbelalak mendengar pernyataan Jeremy sampai-sampai baju yang dia pegang terjatuh dari genggamannya.

"Apa yang kalian bicarakan? Aku benar-benar tidak mengerti." Ken benar-benar dibuat penasaran dengan tingkah mereka berdua. Belum juga pertanyaan Ken mereka jawab. Pintu kamar yang Riana tempati kembali terbuka.

"Berhenti! Stop! Diam kalian semua!" Riana muncul dari balik pintu. Dia menghentikan pembicaraan mereka bertiga.

"Kamu!" Riana menunjuk ke arah Ken. "Kamu pasti seseorang yang kemaren sore berdiri di sebelah ranjang ku kan? Kamu yang di ruang UGD bersama aku dan kedua orang tuaku bukan?" cecar Riana.

"Aku?" tanya Ken.

"Iya, kamu berdiri di sebelah ranjangku, memperhatikan saudara kembamu yang belum sadarkan diri." Riana menerka-nerka tentang apa yang dia lihat kemaren sore.

"Lalu, kalian. Siapa kalian?" tatapan Riana beralih ke Jeremy dan Yoana yang masih mematung di dekat Ken.

"Benar bukan? Dia bisa melihat kehadiran kita di sini," bisik Jeremy kepada Yoana.

"Lalu, apa maksud kalian kalau aku bisa melihat kalian di sini?" Riana kembali mencecar dengan pertanyaan yang membuatnya penasaran.

Mendengar pertanyaan Riana. Kedua laki-laki dan wanita berambut pirang itu terdiam. Ken yang masih disibukkan dengan rasa penasaran di pikirannya, kemudian mengambil tindakan. Dia mendekati Yoana dan mengambil pakaian yang tergeletak di ubin.

"Ah, tunggu, apa kita semua bisa bicara di dalam?" Yoana menunjuk ke arah kamar Riana.

"Ya, aku juga butuh toilet untuk berganti pakaian," sambung Ken. Dia menyerobot masuk ke kamar dengan tergesa-gesa. Disusul Jeremy dan Yoana yang juga masuk mendahului Riana tanpa menunggu persetujuan.

Melihat kekonyolan di depan mata, Riana merasa geram. Lagi-lagi, dia menghela napas. Mencoba mengaturnya supaya tetap tenang. Matanya terpejam dan bibirnya tertutup rapat.

"Aaarrgh! What really happened? Ini keterlaluan," geram Riana. Dia menutup pintu dengan bantingan kuat.

"Ssst! Ini rumah sakit. Dilarang berisik!" Jeremy memberikan peringatan kepada Riana.

"What? Ini kamarku. Bahkan kalian yang lebih dulu membuat keributan. Oh God!" Riana menggelengkan kepala sambil berjalan menuju ranjangnya. Jeremy dan Yoana sudah lebih dahulu duduk di sofa yang disediakan di dalam kamar tersebut.

COMATO GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang