Hujan, dan Sosok Berjubah Putih

20 5 0
                                    

Sayup-sayup terdengar suara tetesan air dari langit. Tepat saat mobil Ken menghantam roda empat yang ditumpangi keluarga Riana, hujan turun dengan deras tanpa ada tanda-tanda mendung atau apapun sebelumnya. Mungkin, saat itu langit turut serta berduka atas kejadian nahas tersebut.

Petir menyambar, guratan emas memecah langit. Ken yang masih tidak sadarkan diri, tubuhnya kemudian diangkat oleh sesosok laki- laki berjubah putih. Wajahnya tidak terlihat. Sosok tersebut mengeluarkan Ken dari mobilnya. Meletakkannya di trotoar, berdiri memandang Ken, lalu seketika menghilang diantara derasnya hujan. Sepertinya, tak seorangpun melihat sosok dibalik jubah putih tersebut.

Di titik lain, beberapa orang mengangkat Riana menuju ambulance. Beberapa mengatur jalannya lalu lintas. Beberapa lagi berusaha menyelamatkan keluarga Riana. Mereka disibukkan dengan tugasnya masing-masing.

"Hey, di sini! Ayo kemari! Ada seseorang tergeletak di sini!" suara seorang relawan memberitahukan keberadaan Ken yang jaraknya sekitar 100 meter dari mobil Riana.

"Apa dia masih hidup?" tanya Relawan lain.

"Denyut nadinya masih teraba. Ayo cepat, segera angkat ke ambulance!" pinta laki-laki berbadan gempal.

"Oke, ayo kita pindahkan dia. Hati-hati," sambung relawan lain.

Dua orang relawan mengangkat tubuh Ken yang basah akibat guyuran hujan. Darah segar yang keluar dari tubuh Ken tersiram air hujan, menyebabkan sebagian luka robekan lain terlihat dengan jelas. Sementara itu, suara handphone berdering dari dalam Lamborghini Ken. Akibat gemuruh air langit dan suara kilatan petir yang saling beradu, dering handphone pun tenggelam tak terdengar. Berkali-kali gawai itu berbunyi, tapi tak seorangpun sadar akan deringan tersebut.

****

Ambulance yang ditumpangi Riana lebih dahulu melaju ke rumah sakit. Kemudian, disusul ambulance kedua yang dinaiki oleh Ken. Di dalam mobil ambulance, dua orang petugas berjaga, duduk di samping kanan dan kiri Riana. Petir masih menyambar ke arah yang diinginkannya. Suara gledek masih menggema bumi. Mobil tersebut melaju menerobos titik-titik air yang masih berjatuhan.

"Ayah, Ibu." Suara Riana terdengar lirih dengan mata yang masih terpejam.

Sosok berjubah putih yang mengeluarkan Ken dari dalam mobil, kembali muncul. Kali ini, sosok tersebut muncul di dalam ambulance yang ditumpangi Riana. Dia duduk di sebelah petugas medis. Tangannya yang terlihat pucat, membelai rambut Riana yang terurai. Hawa dingin dari tangan tersebut membuat Riana membuka matanya. Kedua matanya sedikit terbuka. Riana menilik ke segala arah. Dia menyadari sosok yang duduk tepat di samping wajahnya. Meskipun tidak terlalu jelas, Riana menyadari kalau seseorang itu bukan bagian dari petugas medis atau petugas kepolisian.

Walaupun kehadiran sosok berjubah putih itu disadari oleh Riana. Namun, dua orang petugas medis tersebut tidak bisa melihatnya. Riana memandangnya cukup lama, begitupun dengan sosok tersebut. Dipandangnya Riana tanpa sepatah katapun. Dia tersenyum kepada Riana.

"Ss—siapa, kk—kamu?" lirih Riana. Suaranya hampir tak terdengar.

Sosok tersebut tidak menjawab pertanyaan Riana. Dia hanya tersenyum. Tangan kanannya mengarah ke kepala gadis berusia 18 tahun tersebut. Lalu, dia mengeluarkan berlian putih berukuran sangat kecil yang mengapung di atas kepala Riana. Beberapa detik kemudian, berlian putih itu menghilang. Seolah jatuh, lalu tenggelam di kening Riana.

"Kamu siapa?" tanya Riana dengan pandangan yang masih belum jelas.

"Kami petugas medis, jangan khawatir, kondisimu baik-baik saja, sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit," Jawab petugas medis. Mereka pikir, pertanyaan Riana dilayangkan untuk mereka.

Mendengar jawaban petugas medis tersebut, Riana hanya menghela napas, sesaat dia memejamkan mata, lalu membukanya kembali dengan perlahan. Saat bola matannya mengarah ke samping, sosok berjubah putih sudah lenyap dari pandangannya. Riana terkejut, kedua bola matanya beralih menatap ke samping dan ke atas. Sosok tersebut memang sudah pergi. Tubuh Riana masih begitu lemah, dia tidak mampu untuk mengangkat badannya.

"Ada apa ini? Apa aku mimpi? Siapa orang yang baru saja duduk di sampingku?" tanya Riana dalam hati.

"Kenapa dia cepat sekali menghilang? Ah, mungkin aku benar-benar bermimpi," gumam Riana dalam hati. Matanya kembali terpejam sebelum dia sampai ke rumah sakit.

COMATO GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang