Kemunculan Kedua Sosok Berjubah Putih

12 5 0
                                    

Rasa takut kini sudah hilang dari dalam diri Riana. Dia hanya memikirkan kejadian demi kejadian yang baru-baru ini terjadi. Semua hal yang menimpa dirinya bisa jadi saling berkaitan dengan Ken, juga dengan putaran portal yang muncul dengan tiba-tiba. Meski semuanya bagi Riana tidak masuk logika, tapi faktanya dia benar-benar sedang berada pada keadaan tersebut. Jalan satu-satunya adalah menghadapi dan berpikir jernih. Terlebih lagi saat mendapati kondisi Ken yang tiba-tiba roh nya menghilang dan raganya sudah tidak bernyawa, Riana tidak bisa menerimanya begitu saja.

"Biar saya temani kamu, Riana," sela Jeremy.

Meski usianya sudah tak lagi muda, tapi sebagai laki-laki, Jeremy merasa harus bertanggung jawab melindungi orang-orang di dekatnya. Riana pun mengangguk pelan menerima tawaran Jeremy. Mereka kemudian angkat kaki dari ruang ICU-1. Meninggalkan Ken bersama Yoana. Di tempat lain, di waktu yang bersamaan. Putaran portal kebiruan yang masih mengeluarkan percikan petir berputar seirama arah jarum jam. Putaran tersebut seketika terhenti. Lalu, sesosok laki-laki berjubah putih dengan wajah tertutup topeng. Dengan jubahnya yang menjuntai terseret ke lantai, dia berjalan lamban menyusuri rumah sakit. Telapak tangan kanannya meraba mencari getaran keberadaan Ken. Hingga laki-laki tersebut menemukan di mana ruangan Ken, dia menghilang kembali dengan sekejap.

"Ayo, Pak Jeremy," ajak Riana.

"Astaga!" hentak Jeremy. Laki-laki berambut putih tersebut terkejut akan kemunculan laki-laki berjubah di hadapannya.

"Siapa dia, Riana?" Yoana ketakutan, lalu mendekati Riana dan mencoba memegang lengannya, tapi sayang dia tidak bisa menyentuh Riana.

"Aku juga gak tau,Yoan," sahut Riana.

"Siapa kamu?" tanya Jeremy dengan raut yang masih terkejut.

"Aa—apakah dia hh—hantu, Riana?" gagap Yoana.

"Mana ku tau, bukannya sama dengan kamu dan Pak Jeremy? Kalian juga hantu," timpal Riana.

"Apa? Sudah berapa kali aku bilang kalau kami bukan hantu? Lagipula, kami tidak bisa menghilang dan datang tiba-tiba seperti orang itu," jelas Yoana.

Laki-laki berjubah itu melangkah. Lalu Jeremy, dia mundur dan berpindah dari tempatnya berpijak.  Yoana masih dengan ketakutannya, dia bersembunyi di balik badan Riana. Lelaki berjubah dengan sosoknya yang tinggi besar, membuatnya terlihat ditakuti oleh siapa saja yang melihatnya. Namun, tidak dengan Riana. Pikirannya menerawang jauh. Dia meraba memori, mengingat kembali bayangan sosok itu.

"Sepertinya aku pernah melihat sosok itu, tapi di mana?" gumamnya dalam hati. Riana memperhatikan sosok tersebut yang sedang melangkah lambat menuju ranjang Ken.

Sosok berjubah semakin mendekat. Langkahnya kemudian terhenti tepat di depan pembaringan Ken. Dibalik topengnya, dia menatap Ken dengan tajam. Tangan kanan diangkatnya, lalu mencoba meraba tanpa menyentuh. Sinar kuning muncul dari telapak tangan sosok tersebut.

"Tunggu!" Riana menghentikan aksinya.

"Apa yang Anda lakukan? Mau kau apakan Ken?" Raut wajah Riana terlihat khawatir. Kedua netranya menyipit, menatap sengit sosok yang sedang berdiri di hadapannya.

"Ya, apa yang akan kau lakukan pada anak muda itu? Siapa kamu sebenarnya? Apa hubunganmu dengan dia?" Jeremy mendekat dari arah punggung sosok itu.

"Jangan-jangan, dia malaikat maut. Astaga! Apakah aku juga akan mm—mati? Apa yang harus kita lakukan, Riana?" Yoana menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.

Tanpa menjawab pertanyaan Riana, sosok tersebut menyimpan kembali cahaya kekuningan itu. Dia pun menurunkan tangannya. "Riana, kita bertemu kembali ...," tuturnya.

"Bagaimana Anda tau namaku? Tunggu, bertemu kembali? Maksud Anda, kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Riana. Dia memastikan rasa penasaran yang muncul dalam pikirannya.

"Dia seharusnya sudah meninggal, anak muda ini dan kamu, seharusnya sudah tidak ada di dunia ini," balasnya.

"Apa? Aku? Meninggal? Aku dan Ken harusnya udah meninggal? Apa yang Anda maksud?" tanya Riana. Gadis itu mencoba mencerna perkataan sosok berjubah.

"Dia, saat kecelakaan terjadi. Aku menyelamatkannya. Begitu pun denganmu," jelas sosok bertopeng dan bertubuh kekar itu.

Riana mengernyitkan keningnya, suaranya seakan tidak familiar. Mendengar kata kecelakaan, bola mata beningnya membesar. Kali ini dia mengingatkan. "Suara itu, ya, suara itu, aku ingat!" serunya dalam hati.

"Anda ... jadi, benar kita pernah bertemu. Anda yang duduk di sebelahku saat aku dibawa ambulan menuju rumah sakit. Lalu, tiba-tiba Anda hilang. Benar! Itu pasti Anda, Kan?" tunjuk Riana.

"Apa maksud kalian, Riana?" Jeremy menyela dan tidak memahami arah pembicaraan antara gadis 18 tahun dan sosok berjubah yang wajahnya tertutup topeng itu.

"Dia pernah datang saat kecelakaan itu terjadi," jawab Riana.

"Jadi, Anda menyelamatkanku dan Ken? Tapi, kenapa Anda tidak menyelamatkan Ibu dan Ayahku?" tanya Riana. Dia heran karena hanya dirinya dan Ken yang selamat.

"Ibu dan ayahmu, bukan kehendakku," lontar sosok yang masih berdiri di dekat ranjang Ken.

"Hah! Ah, udahlah. Lalu, apa maumu sekarang? Kenapa Anda muncul lagi di hadapan kami?" Riana merasa geram.

"Ken sudah tiada, kalian bisa lihat monitor itu. Detak jantungnya sudah tidak ada. Anak muda ini meninggal. Tapi arwahnya masih di dunia karena aku bisa merasakan denyut nadinya. Untuk itu aku datang untuk mengembalikannya ke dunia ini," paparnya.

"Waktuku tidak banyak, setelah aku mengembalikan ruh nya. Sebaiknya kau segera ke luar dari rumah sakit ini sebelum tim mempermasalahkan kehadiranmu," lontarnya kepada Riana.

Tanpa mengulur waktu, sosok tersebut kembali mengangkat tangan kanannya. Kilauan cahaya kekuningan bercampur putih muncul dari telapak tangannya. Cahaya tersebut dia arahkan ke kepala Ken. Cahaya tersebut seolah menembus. Hanya hitungan detik saja, sosok berjubah putih menghentikan aksi heroiknya. Setelah itu cahaya tersebut menghilang.

COMATO GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang