Happy Reading 🥰🥰
Tapi vote dan komennya jangan lupa 👍
"Khana bangun, udah subuh..." ucap Mild, sambil mengguncang tubuh Khana yang semakin enggan membuka matanya.
Udara nan sejuk di pagi hari begitu dingin, mengingat pesantren ini terletak di tepi gunung membuatnya semakin indah tampak dari luar pemandangannya begitu luar biasa.
"Nah gitu dong, saudara bangunnya cepat," kata Up, ketika mereka bersama berjalan menuju masjid untuk menunaikan sholat berjamaah seperti biasa.
"Apaan sih lu, sok akrab, " ketus Khana kesal.
"Ah udah, lah," potong Mild sambil mengalung menarik leher Khana agar bergegas sampai mesjid.
"Kalian terlambat. Sini," panggil ustadz penjaga, mereka semua terlambat karena menunggu Khana tadi. "Mana buku dosa kalian."
"Gara-gara saudara ini Khana," umpat up tak terima catatan baiknya ternoda.
"Siapa suruh nungguin gua tadi," ketus Khana memasuki bilik kamar mandi setelah mereka kembali ke kamar bersiap untuk kelas.
Kebisingan terus terjadi dari luar hingga suara mendekat kearah kamar mereka, Mild ke luar tanda penasaran, seseorang terus bergelantungan di kaki ustadz tak mau lepas.
"Win mohon ustadz, pangil Bunda lagi, " tanginya terus, "Win tidak bisa pisah sama Bunda tolong ustadz."
"Ya ampun apa dia pemilik katil itu? " tanya Mild penasaran. "Idih cengeng amat."
"Hus gak boleh gitu mild emang saudara tidak sedih pisah sama orang tua?" potong Up ikut mengeluarkan kepalanya saja dari pintu seperti Mild.
"Assalamu'alaikum anta ini saudara kalian di kamar ini, mohon bantuannya agar saudaranya nyaman di sini."
"Masuk lah tidak apa?" ajak Mild namun Win terus meraung tak ingin.
"Win mau Bunda hiks hiks...."
"Jangan cengeng, kita di sini menuntut ilmu, lagian kan akhir pekan juga bertemu, " ucap Mild setelah ustadz menutup pintu
Bright dari ujung tempat tidurnya tertawa melihat Win si pemilik katil di dekatnya, yang biasanya selalu diam melihat tingkah random teman sekamar mereka sekarang merasa lucu dengan penghuni baru ini.
"Di sana tempatmu," ucap Up membantu merapikan barang-barang Win masih terpaku terus melihat nanar ke luar jendela.
"Hey saudara, tenangkan hatimu, bawa sholat kalau gak," tawar Mild melihat orang ini terus menangis memanggil Bundanya.
Khana yang beru selesai mandi keluar, ia terusik dengan suara tangisan hingga masuk ke bilik mandi.
"Mandinya lama amat sih Kahan? Emang kamu aja yang harus mandi, kita juga," omel Mild masuk setelah Khana keluar.
"O iya kenalin pemilik kasur itu udah datang namanya, eh lupa kita belum kenalan saudara siapa namamu? "
ucap Mild ke depan Win tapi masih meraung walau mengucap namanya."WIN AZMAT hiks...hiks...namaku Win, Bunda."
Anak manja kesayangan Bundanya terpaksa mengikuti pesantren atas keinginan ayahnya sejak lama. Membuat Win masih belum terbiasa berpisah dengan Bunda kesayangannya.
Khana tak peduli seperti biasa menuju lemari kecilnya mengeluarkan seragam untuk kelas pagi ini, ia melewati Win beberapa kali.
"Minggir lu sana, ngalangin jalan aja," ucap Khana, mau tidak mau Win mendongak, siapa orang yang tidak mengerti perasaannya sekarang.
Win yang tadinya menagis seketika diam, lama ia melihat Khana yang tetheran santri satu ini begitu mirip Bundanya.
"Bunda!" teriak Win mengejutkan semuanya, ia langsung memeluk Khana.
"Bangsat lu ngapain aing!" Acap Khana mencoba melepaskan diri.
"Astaghfirullah saudara, ada apa denganmu, dia santri bukan Bundamu," ucap mild membantu melepaskan, Up dan brightpun harus ikut, Win begitu memeluk Khana sangat erat.
"Lu gila ya sejak kapan gua Bunda lu, gak liat gua santri masih bocah lagi dan gue laki-laki, Bunda-Bunda sarap lu!" omel Khana.
Mild, Up dan Bright begitu frustasi dengan waktu terus berjalan, anak baru ini sangat mengesalkan tak bisa di maklumi lagi, rasa ingin bertemu Bundanya membuat orang lain begitu terlambat.
"Dari mana gua mirip Bunda lu bangsat!"
"Bunda gak percaya Bunda mirip sama Bunda Win yang ada di rumah, sebentar," ucap Win menggorogoh tasnya mengeluarkan foto Bunda yang di maksud.
"Mana lihat! Gila mirip banget sama awak Khana," ucap Mild semangat begitupun Up membandingkan wajah Khana dengan foto tetsebut.
"Sarap lu semua, mau mati hah, dan lu win lepas, gua gak sudi jadi Bunda lu," ucap Khana semakin kesal, bagaimana lepas dari orang ini, sedangkan yang lain tertawa begitu keras tak tahan melihat anak baru ini.
"Assalamu'alaikum antum," ucap ustadz penjaga menegur, "Tidak ada jam kah di kamar kalian? Sudah tinggi begini masih ketawa-ketiwi di kamar." Membuat semuanya berhamburan bersiap menuju kelas.
Di dalam kelas ustad Mew sudah masuk, ia hampir memulai pelajarannya terhenti 5 santri datang terlambat.
"Ustadz maaf ada insiden pagi ini," jeas Mild.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, " ucap ustadz Mew, mereka sama sekali tidak mengucap salam ketika masuk.
"Astaghfirullah, waalaikum salam ustadz kami lupa."
"Duduklah, kali ini ustadz memaafkan, tapi besok jangan terlambat lagi, buka halaman 37." Memuai pelajaran dengan tenang.
Mild dan yang lainnya mengelus dada syukur, untung saja ustadz Mew tidak menghukum mereka semua.Win yang mengesalkan terus bergelayut manja di lengan khana semakin memuakkan duduk di samping khana sekarang.
Samapai kantinpun Khana tak lepas dari manusia satu ini meski dirinya sudah beberapa kali memarahi Win begitu badas bersikeras itu Bundanya."Ya Allah ya Rabbi, bagaimana aku bisa makan jika kau terus seperti ini, lepas!" ucap Khana, lagi-lagi membuat gelak tawa Mild, Up dan Bright.
Khana masih berusaha melepaskan diri sambil makan tak sabaran menarik tangannya keras.
Bram!
Nampan berisi makan siang itu telempar mengenai seseorang yang kebetulan lewat.
Klontang!
Nampam aluminum sebagai wadah makanan setiap santri terjatuh ke lantai setelah mendarat di baju seseorang.
"Astaghfirullah ustadz Mew? " Gulai kepala ikan kakap terserak di baju putih ustadz Mew bahkan wajahnya juga terkena membuat mereka semua seketika menoleh bahkan Khana juga.
"Siapa yang makan begitu ceroboh seperti ini?" Aucap Ustadz Mew menatap seseorang, jelas itu Khana dengan mata yang begitu bulat.
"Ya Allah ustadz Mew, anda tidak apa-apa? " Ustadz lain datang menghampiri melihat guru besar penuh dengan noda di bajunya.
"Sialll!" teriak Khana menggema dari dalam bilik kamar mandi mendapat hukuman karena lalai menjaga nampan makanannya tadi.
"Gara-gara lo ini bangsat." Win masih setia mengikuti Khana walau santri ini mendapat hukuman.
"Inikan Win temanin Bunda! " ucap Win polos merenggut menggosok lantai.
"Lu benar-benar mau mati," ucap Khana masih dengan mulut kotor, "Bunda-Bunda bapak lu, sejak kapan gua nikah sama bapak lu hah!"
"Huwa...." tangis Win pecah setelah Khana membentaknya.
"Astaghfirullah!" Khana kesal meremas rambutnya semkin frustasi.
Mereka kembali setelah mendapat hukuman dari ustadz Mew tadi langsung di sambut tawa Mild dan Up.
Bahkan Bright juga melihat Win masih setia mengikuti Khana kemana-mana..
Selalu
VOTE DAN KOMEN PLISS🥰