Assalamu'alaikum semua
Halo apa kabar?
Cus lanjut
Happy Reading 🥰
Vote dan komen ya
"Eh udahan yuk, mau buka nih, ntar Ustadz sadar lagi kita keluar, cepat naik woi."
Mild, Up, Bri, Win dan Khana ternyata ke luar diam-diam melalui pintu rahasia yang tak jauh dari sungai belakang pondok dan mereka semua mandi-mandi di sana dengan senang hati, di jam kosong setelah tadarusan.
"Cepat amat dah, baru lima menit," tolak Khana masih nyebur.
"Iya Iwin belum dingin," sambung Win bersama Bri bermain air.
"Ntar lagi lah Mild, enak banget woi, segar," tolak Up juga.
Mereka semua kembali setelah mendengar suara orang mengaji menandakan waktu berbuka sudah dekat.
"Mampus udah rame woi!" Mild mengintip dati lubang kecil pintu rahasia itu, suasana di luar semakin di penuhi santri dan para Ustadz berlalu lalang meski tempat ini sepi.
"Kan gara-gara awak ini Khana, baju kita basah gini gak sempat ngeringin," protes Mild, andai saja setengah jam sebelumnya mereka naik, mungkin baju mereka tidak sebasah ini.
Lumayan lama mereka menunggu keadaan aman hingga satu persatu berhasil ke luar dari tempat pintu rahasia itu. Mild sendiri mengetahui tempat ini dari teman kelas sebelahnya sudah beberapa kali mencobanya mandi di sungai belakang pondok.
"Mampus!" Langkah cepat tadi seketika berhenti melihat di depannya berjalan seorang Ustadz Mew.
"Ngapain ngerem mendadak lu, cepatan woi, keburu kita ketauan,"
cerocos Khana tak melihat seseorang di depan Mild."Khana..." gerutu Mild yang sudah deg-degan degan pasti Ustadz Mew mendengarnya.
"Apa yang anta-anta lakukan sehingga basah kuyup begini?" tanya Ustadz Mew.
"Alamak, kok ada tu Ustadz?" Khana menyikut pada yang lain masih di posisi belakang.
"Jawab! Apa kalian keluar dari pondok untuk mandi di sungai?" Interogasi Ustadz Mew terus semakin membuat mereka jantungan.
"Astaghfirullah...." Ustadz Mew menggeleng, mereka mengaku di awali Win yang polos.
"Siapa yang memimpin?" Semuanya terdiam hanya Khana yang menatap Ustadz Mew tak kalah tajam dari tatapan Ustadz Mew sendiri. Ia berfikir Khana lah yang menjadi pemimpin mereka.
"Bukan saya Ustadz, nuduh-nuduh orang dosa loh!" protes Khana tak terima di tuduh Ustadz Mew.
"Kalau bukan anta siapa lagi yang paling buruk kelakuannya di pondok ini?" tuduhnya terus membuat hati Khana begitu sakit memilih untuk langsung pergi.
"Khana jangan tidak sopan pada Ustadz!" panggil Ustadz Mew kesal santri ini mengabaikannya padahal belum selesai bicara.
"Bukan Khana ustadz, saya yang ajak tadi," ucap Mild merasa bersalah, Khana menjadi sasaran Ustadz Mew.
"Kalian semua salah, melanggar aturan ke luar dari pondok tampa izin dan pasti ada hukumanya, untuk saat ini cepat keringkan diri kalian dan tunggu Ustadz di mushola."
Khana duduk di tepi danau dengan mentari hampir menunjukkan sinar ke emasanya.
Perasaan sakit saat di tuduh Ustadz Mew menyelimutinya, apakah seburuk itu dirinya hingga Ustadz Mew langsung menuduh tampa bertanya.
"Mau apa di sini?" Suara yang membuatnya kesal terdengar dari arah belakang membuat Khana semakin membuang muka.
"Meski bukan anta dalangnya, tapi anta juga salah, bukan kah ke luar dari pondok sudah melanggar aturan? Apalagi mandi di sungai, jika hanyut siapa yang akan bbertanggun jawab?" ucap Ustadz Mew membuat Khana sedikit merenung.