TS18

576 95 70
                                    


Vote dan komen dulu yuk sebelum membaca

Happy Reading

Plak!

Tangan yang dulu senantiasa membesarkan Khana dengan baik, kini melayang tepat di pipi sebelah kanannya, saat Khana mengaku mengatakan langsung sepertinya menyukai Ustadz Mew. Tidak, ada perasaan cinta yang tumbuh.

"Ya Allah, rasa apa yang kau berikan terhadap anak hamba," ucap Kiyai Veevat hampir jantungan. Raut yang kecewa pasti saja dirasakannya.

"Khana hanya mencin-"

Plak!


Hingga Kiyai Veevat terduduk lemas menunduk berlinang air mata memijat hidungnya.

"Ampun Abi, maafkan Khana hiks... Khana hanya bingung. Khana tidak bermaksud melukai perasaan Abi."

"Jangan meminta pengampunan Abi, anta tau Allah melaknat orang-orang yang demikian."

"Tapi Khana hanya merasakannya Abi, Khana sendiri tidak tau."

Plak!

Satu tamparan ketiganya melayang lagi di pipi Khana.

"Abi..." Tahan Umi Khana, ia juga teramat terpukul seorang anak menjauhi fitrah yang salah.

"Anta membuat malu! Mau di kemanakakan muka Abi dimata Allah, bahkan di mata umat muslim lainnya."

"Abi maafkan Khana." Khana bergelayut di paha Kiyai Veevat, "Khana hanya bingung Abi, Khana tidak ingin menodai kehormatan Abi."

"Apakah Ustadz Mew tau hal ini?"

"Tidak Abi, Khana tidak mengatakannya pada Ustadz."

"Syukur lah, jika Ustadz tau santrinya begini!" Lalu menggeleng, begitu kecewa dengan sikap Khana. "Allahu alam pikiran apa jika bliau melihat anta!"

Isakan pahit terasa sakit, perbuatan memalukan terjadi di keluarganya apalagi pada putra sebagai buah cinta titipan yang maha kuasa benar-benar mengecewakannya hari ini.

"Abi akan memberi anta satu kesempatan, buang rasa itu atau anta akan Abi kirim jauh dari tempat ini, pastikan rasa itu hanyalah kebingungan anta saja."

Ketika khana mengetahui perjodohan Ustadz Mew, saat itu lah Khana langsung berlari keluar.

Dia sangat sakit merasakan kenyataan bahwa seseorang yang memiliki cinta di ruang hati Khana sebentar lagi akan berlabuh pada seseorang apalagi menerima kenyataan cinta itu suatu hal yang tidak mungkin.

***


"Ustadz?" Seru Khana lembut melihat wajah letih Ustadz Mew di atasnya walau teduh banyak gemuruh di sana.

"Khana maaf, saya tidak pantas anta panggil dengan gelar Ustadz ketika rasa cinta tumbuh di sini." Tuntunnya membawa tangan Khana berlabuh di ruang hatinya terus berdebar untuk orang yang dekat dengannya sekarang.

Khana terkejut sedikit membulatkan matanya mendengar sesuatu yang hanya di simpannya saja.

"Apakah selama ini Ustadz merasakan hal yang sama?" batin Khana berkecamuk di sana.

THE SANTRI (Di Terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang