TS 8

574 90 59
                                    

Happy Reading
Vote komen
Sekarang 🥰😍

Suasana tenang di lingkungan pondok, seperti biasa di saat para santri sedang berada di kelas masing-masing mendapatkan pembelajaran ilmu pengetahuan.

Khana si bocah nakal di pondok ini, yang beberapa hari ini menghebohkan penghuni di sini atas sikap absurdnya, membuat Khana lumayan terkenal, apalagi dengan tampang tak pernah lowlesnya itu. Kening yang mengkerut setiap saat. Di tambah seorang santri yang selalu mengikutinya ke mana-mana dengan memanggilnya Bunda.

"Selamat datang kembali Bunda Khana," ucap murid di dalam kelas serentak ketika kelas baru di mulai.

Muka yang kusut itu kian bertambah malah semakin garang.

"Hah?" kaget Khana, seisi kelas memanggilnyanya Bunda, Khana langsung melihat pada Mild, pasti si cerewet ini yang menghasut teman-teman sekelasnya untuk memanggil Khana Bunda juga.

"Bukan awak Khana."

"Trus siapa lagi yang paling rese selain lu hah!" maki Khana, bukan garang malah imut sehingga Mild tak tahan dengan tawanya.

Satu hari sebelumnya, ketika Win tak penat-penatnya menagis hingga membuat dirinya cegukan. Teman-temannya merasa iba, kemudian membujuk Win.

"Udah win gak usah cengeng, ntar Khana makin sakit loh," ucap Up makin membuat Win menangis.

"Ih mau awak apa sih?" Mild kesal, Win begitu berisik. "Awak ada ide, biar awak tak sedih, gimana kita nyambut Khana besok, seisi kelas manggil Bunda."

"Win gak mau, Bunda Khana cuma punya Win," tolak Win.

"Ya Allah, kami juga tau tu anak Bunda lu, lagian siapa juga yang mau Bunda galak kayak Khana lah, gini Win biar Khana punya suasana baru aja, mana tau Bunda lu senang."

Alhasil benar Mild dan si isi kelas sudah merencanakan ini, mereka berpikir Khana akan senang, malah berbanding terbalik dengan harapan mereka khana mengamuk setelah mereka memanggilnya Bunda.

"Gua tandai lu ya manggil-manggil gua Bunda seenaknya, cukup ni anak atu yang manggil gua Bunda yang lain jangan ikut-ikutan. "

"Jadi Bin boleh Bunda, Bunda?" ucap Win teramat senang.

"Bangsat salah ngomong gua anji***."

Plak!

Seayun tepukan mendarat di bibir Khana, Ustadz Mew memasuki kelas.

Semuanya tak sadar dengan kedatangan Ustadz Mew, mereka seketika hening yang tadinya sangat bising.

"Apa yang anta katakan tadi sangat tidak baik."

"Iya-iya Ustadz, saya salah," potong Khana, langsung begitu membenci ceramah Ustadz Mew yang baru saja di mulai. "Ya Allah ampuni Khana ya Allah, tadi Khana gak sengaja," ucap Khana agar Ustadz Mew berhenti, ia langsung terheran begitupun yang lain merasa sedikit geli di perut mereka ingin tertawa melihat Khana demikian.

"Lain kali jangan berkata kotor lagi Khana ya," pesan Ustadz Mew, ia menyuruh Khana dan yang lainnya untuk duduk agar siap melakukan pelajaran.

"Lagian kotor di mana coba kan itu nama binatang ciptaan Allah," cicit Khana pelan.

"Anta mengatakan sesuatu?" tanya Ustadz Mew.

THE SANTRI (Di Terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang