Disarankan membaca sambil mendengarkan playlistku di Spotify agar lebih terbawa suasana. Aku nulis sambil dengerin playlist itu juga. Selamat membaca!
***
Draco masih terhenyak di kursinya. Dia berkali-kali melirik ke arah jam dinding sementara ada dua amplop—salah satunya sudah dibuka—tergenggam di tangannya. Amplop itu berisi undangan sebuah acara yang saat ini sedang dia pertimbangkan dengan amat serius, seakan datang atau tidaknya dirinya di acara itu menentukan hidup dan matinya.
Lelaki itu menoleh ke jendela. Langit sudah gelap sejak lama sekali dan sekarang seharusnya, di hari-hari biasanya, jam jenguknya sudah digantikan oleh Goly. Namun dia masih tetap duduk di sana, terus menimbang-nimbang apakah dia harus pergi ke pesta reuni itu.
Dia menarik napas panjang untuk menentukan keputusan terakhir. Matanya beralih dari jendela ke arah Heather, memperhatikan setiap lekuk wajah gadis itu untuk beberapa menit. Kemudian ia berdiri dan memutuskan bahwa ia akan memenuhi undangan. Apapun yang akan terjadi di sana, ia harap itu hal baik.
Lelaki itu mengecup dahi Heather dan mengelus kepalanya. "Sampai jumpa lagi, darling."
"Hati-hati di jalan, Tuan muda Malfoy," kata Goly, membungkuk rendah selagi Draco berjalan keluar kamar rawat gadis itu.
Draco ber-apparate ke Leaky Couldron setelahnya. Pub penyihir yang paling terkenal—mengherankan kenapa begitu gelap dan lusuh—dan tertua dalam sejarah. Tempat itu sudah berdiri dari sekitar tahun 1500-an, oleh Daisy Dodderidge. Pub itu ada di sana jauh sebelum Charing Cross Road direncanakan. Alamat sebenarnya adalah Diagon Alley nomor satu, dan diyakini telah dibangun bersama dengan sisa jalan sihir. Dibuat sekitar dua abad sebelum komunitas dunia sihir membuat keputusan bersama untuk bersembunyi, Leaky Cauldron dulunya terlihat oleh mata Muggle.
Draco melihat lagi ke undangannya, berkata bahwa tempatnya harus melewati Leaky Couldron. Pub itu tampak agak ramai saat Draco masuk, tapi ia tidak melihat ada tanda-tanda adanya pesta. Penyihir-penyihir yang berada di sana—walaupun unik-unik, juga bukan teman-teman angkatannya.
"Malfoy." Draco menoleh saat nama keluarganya disebut. Dia mendapati Neville Longbottom yang memakai kemeja putih dengan rompi hitam berdiri sambil melihatnya takut-takut dengan gigi bergemelutuk. Draco menghampirinya tanpa berekspresi. Dia ingat betul dulu ia suka sekali menganggu lelaki itu. "Bagaimana keadaan Heather?" kata Neville sambil menengadahkan tangan, meminta undangan yang dipegang Draco, tapi dia mengeryit bingung. "Undangan."
"Tidak tahu apakah aku harus menyebutnya baik?" kata Draco, menyerahkan satu undangan pada lelaki itu. "Dia memang membaik, tapi masih belum bangun."
Neville menghela napas, melambaikan tongkatnya pelan dan menyihir undangan itu menjadi sebuah kartu kecil. "Aku harap dia segera bangun. Banyak sekali yang merindukannya. Semua orang bertanya padaku saat datang, 'apakah Heather akan datang?'."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories Untold (After The Battle of Hogwarts)
Fanfic[PENDING] [Sequel/kelanjutan dari Born To Be Ready. Disarankan membaca Born To Be Ready lebih dulu agar dapat mengerti alurnya] Pertempuran berakhir, bukan berarti perjuangan hidup juga berakhir. Ketakutan, kepedihan, rasa sakit, duka, dan keputusas...