Draco segera melepas tangan Goly begitu ia sampai di koridor rumah sakit lantai empat. Lelaki itu berlari ke arah orang-orang yang telah menunggu dengan cemas dan khawatir di depan pintu kamar rawat Heather. Dia melihat kedua orang tuanya yang memeluk satu sama lain, Snape yang menggendong Sebastian yang—baru Draco lihat pertama kali—begitu gelisah, dan Bill Weasley yang mengelus bahu Fleur.
"Para penyembuh menyuruh kita menunggu di luar," kata Bill sesaat Draco sampai di dekat mereka. "Mereka sedang mengecek kondisinya."
"Semoga 'Eather baik-baik saja," kata Fleur bergetar.
Butuh lima menit untuk melihat—pada akhirnya, satu penyembuh perempuan keluar dari ruangan itu. Draco merasakan firasat buruk saat melihat wajahnya yang tampak gugup, seperti menimbang kata-kata untuk disampaikan kepada keluarga pasien.
"Siapa keluarga kandung Miss Alley?" tanya penyembuh itu, memandang satu persatu setiap orang di sana.
Sebastian mengangkat tangannya takut-takut sebelum Narcissa menjelaskan. "Semua anggota keluarga kandungnya sudah meninggal. Hanya tersisa adiknya. Kami semua yang merawatnya selama ini."
Penyembuh itu terlihat sendu seketika, seakan menyiratkan kalau dia menyayangkan ada seseorang yang hidupnya begitu buruk. "Baiklah, kalau begitu," katanya pelan. Dia menghembuskan napas kasar. "Ini mungkin agak rumit. Tapi benar adanya dan kami berusaha menyampaikan sebaik dan sejujur mungkin kepada kalian."
"Ada apa dengan 'Eather-ku?" kata Fleur tak sabar, memegang dada kirinya kuat-kuat. Draco sendiri juga merasa jantungnya berdebar keras sekali.
"Miss Alley kehilangan semua ingatannya."
Draco merasakan hatinya mencelos, sesuatu penyebab sebuah lubang menggerogoti tubuhnya. Dunianya seakan hancur berkeping-keping dan seluruh tubuhnya mati rasa. Dia bahkan heran kenapa dirinya masih bisa berdiri. Seluruh memorinya tentang Heather berkelebat cepat, menghantam kepalanya dengan keras hingga berdenyut. Senyum Heather terbayang-bayang dalam pikirannya. Dia teringat bagaimana rasanya saat bibir gadis itu menyentuh bibirnya. Semuanya seakan menghilang dan melayang, seperti sebuah balon yang sejak dulu digenggamnya erat-erat meluncur dari tangannya, terbang ke udara dan tidak akan pernah kembali lagi. Balon itu sudah pergi darinya.
Semua orang di sana tampaknya mengalami hal serupa. Narcissa dan Fleur telah jatuh ke pelukan suami mereka masing-masing. Goly sudah terduduk lemas dan menangis keras. Sebastian terisak kecil, sementara Snape yang menggendongnya menghantamkan pelan bagian belakang tubuhnya ke dinding di belakang. Napasnya berat dan terdengar keras. Pria itu menghembuskannya putus-putus sambil mengusap wajahnya kasar.
"Kasus ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Gejalanya hampir mirip dengan kegilaan yang dialami Mr dan Mrs Longbottom," kata penyembuh itu melanjutkan. Draco makin gusar. Hatinya sakit sekali, beriringan dengan kepalanya yang berdenyut karena dia masih mabuk. "Tapi bedanya dalam kasus Miss Alley, si pasien tampaknya masih bisa kembali normal. Dia hanya butuh perawatan dan pengajaran seperti baru lahir."
Semua orang disana tidak bereaksi, masih diam memperhatikan selagi penyembuh itu terus menjelaskan.
"Sepertinya karena tubuhnya lama tidak digunakan...kurang lebih hampir lima tahun, dia jadi melupakan bagaimana cara menggunakan mereka. Dia tidak bisa bicara saat kami menanyakan namanya."
"Bagaimana bisa?" cerca Lucius.
"Kami tidak begitu tahu karena kasus ini baru kali ini terjadi, sir," kata penyembuh itu. "Tapi kami pikir Miss Alley masih bisa sembuh dengan terus memberikan pengajaran dan perawatan padanya. Kami hanya bisa mengandalkan orang-orang terdekatnya untuk hal ini dengan mengingatkannya memori-memori yang pernah terjadi di hidupnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories Untold (After The Battle of Hogwarts)
Hayran Kurgu[PENDING] [Sequel/kelanjutan dari Born To Be Ready. Disarankan membaca Born To Be Ready lebih dulu agar dapat mengerti alurnya] Pertempuran berakhir, bukan berarti perjuangan hidup juga berakhir. Ketakutan, kepedihan, rasa sakit, duka, dan keputusas...