Heather melihat pantulan dirinya sendiri di cermin sekali lagi, memastikan bahwa gaun yang dipakainya sudah cocok sebelum merapikan penampilan Draco. Wajah cantiknya menunjukkan ekspresi antara bersemangat dan enggan di saat bersamaan. Dia bahkan berkali-kali menghela napasnya.
"Kau masih memikirkan itu?" tanya Draco, menarik dagu Heather untuk menatapnya.
Gadis itu menghembuskan napasnya kasar. "Yeah. Aku ingin sekali datang, tapi memikirkan akan ada Greengrass lain di sana rasanya membuat tanganku panas."
"Kamu cemburu?" goda Draco.
"Aku sangat mengakui kalau aku cemburu," kata Heather kesal dan mendapat seringaian dari Draco. "Aku tidak tahu apakah aku akan tahan untuk tidak membakar wajahnya kalau kita bertemu."
Draco terkekeh, tangannya bergerak menyentuh kepala Heather. Namun ditariknya kembali setelah mendapat tatapan tajam dari gadis itu. Heather tahu bahwa Draco pasti akan mengacak-ngacak rambutnya kalau sedang gemas. "Er—bakar saja kalau begitu," kata Draco santai, menyengir sebelum Heather memutar bola matanya jengah.
"Lalu dapat catatan kriminal dari kementerian karena mengacau di pesta pertunangan orang?"
"Kingsley menghormatimu. Dia mungkin akan memberikanmu Order of Merlin kelas satu."
Heather mengeryit, tetapi sesaat kemudian ia terkekeh pelan. "Order of Merlin kelas satu tidak diberikan untuk seseorang yang berhasil memusnahkan perempuan tak tahu diri yang mengincar kekasih orang, Draco."
"Well, siapa tahu?" kata Draco tak mau kalah. Dia senang mendengar Heather tertawa lagi karena dirinya.
Heather, Draco, dan semua anggota keluarga yang tinggal di Malfoy Manor ber-Apparate ke depan sebuah rumah megah nan mewah milik keluarga Nott. Keluarga Malfoy mengenal Keluarga Nott dan Greengrass cukup baik karena mereka sama-sama menganut supremasi darah murni dan berada dalam dua puluh delapan suci. Namun sepertinya setelah ini tidak ada lagi penerus nama keluarga Greengrass, mengingat keturunan terakhir mereka dua-duanya adalah perempuan.
Sambil berjalan masuk, Draco merangkul Heather yang mulai agak marah lagi. Mereka disambut beberapa kerabat Greengrass yang tersisa. Aula besar kediaman mansion Keluarga Nott disulap menjadi tampak indah dengan kain-kain keemasan yang menjuntai ke bawah. Meja-mejanya bundar dan berkelompok dengan kursi-kursi yang mengelilinginya. Tamu-tamu undangannya terdiri dari para mantan pelahap maut yang membelot dan anak-anak Slytherin. Mereka memakai pakaian-pakaian berkelas dan mahal dengan warna-warna gelap yang elegan.
"Heather, Malfoy!"
Mereka menoleh saat nama mereka disebut. Pansy Parkinson sedang melambai dari salah satu meja di barisan depan di dekat panggung marmer. Gadis itu tidak berpakaian terlalu nyentrik hari ini. Dia memakai gaun dengan tali tipis di pundaknya, dan apa yang tampak seperti blazer kebesaran menyampir di bahunya. Heather meyakini itu milik Blaise saat melihat lelaki berkulit gelap itu hanya mengenakkan kemeja.
Kedua orang itu menghampiri meja mereka, meninggalkan Snape, Sebastian, Mr dan Mrs Malfoy yang mencari meja lain. Heather segera memeluk Pansy begitu sampai di sana. Sangat berbeda dengan Blaise dan Draco yang bersalaman dengan canggung.
"Oh, ayolah," kata Pansy jengah. "Masalah kalian sudah selesai."
"Yeah, harusnya," kata Draco sambil menyeringai.
Setelahnya, Heather dan Pansy sama sekali tidak memedulikan kedua lelaki itu. Mereka mulai asik mengobrol seiring dengan aula yang semakin ramai dan penuh dengan tamu undangan. Tracey datang bersama Adrian Pucey. Mereka tampak semakin serasi sekali dari hari ke hari. Berbeda dengan Millicent dan Terence Higgs yang tampaknya sedang marahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories Untold (After The Battle of Hogwarts)
Fanfiction[PENDING] [Sequel/kelanjutan dari Born To Be Ready. Disarankan membaca Born To Be Ready lebih dulu agar dapat mengerti alurnya] Pertempuran berakhir, bukan berarti perjuangan hidup juga berakhir. Ketakutan, kepedihan, rasa sakit, duka, dan keputusas...