11. TRAGEDI DI PANGKUAN [M]🔞

15 1 0
                                    

Happy reading ✨

Happy reading ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Sudah tengah malam delila malah terbangun karena perutnya terasa keram dan tidak nyaman, ia mulai kebingungan lalu ia menatap Zen yang ternyata sudah tidur nyenyak memeluk bantal-nya, padahal tadi sebelum tidur ia meminjam tangannya untuk ia taruh di perutnya.

Ia menatap Zen yang tengah tertidur tenang, tiba-tiba ia tersenyum. Mengapa ia ingin sekali pria yang tidur di sampingnya saat ini untuk menjadi pendamping nya? Padahal Zen sendiri tidak mau sedikitpun berurusan dengannya.

Ia mulai mengambil lengan Zen perlahan sekali agar Zen tidak terbangun lalu delila melepaskan bantal dari pelukan hangat zen, ia sedikit bergeser mendekat ke zen kemudian ia menaruh tangan Zen di perutnya, sungguh melegakan.

Ia mengelus dan mengusap tangan besar Zen ia begitu merasakan kehangatan yang menelusup masuk kedalam perutnya, rasanya nyaman sekali hingga matanya terpejam kembali menemui mimpinya.

***

Lihatlah, pagi hari sudah membuat iri sejagat. Apakan semalam udaranya dingin? hujan badai? Atau tubuh yang refleks satu sama lain?

Siapa pun yang melihatnya akan iri, begitu lengket bagaikan prangko yang menempel pada kertas, sayangnya mereka bukan sepasang kekasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa pun yang melihatnya akan iri, begitu lengket bagaikan prangko yang menempel pada kertas, sayangnya mereka bukan sepasang kekasih.

Delila terbangun ketika suara burung yang indah bernyanyi di sebrang jendela, ia tersadar bahwa posisinya saat ini sangat amat dekat dengan Zen, ia menatap wajah Zen dari bawah yang masih tertidur dengan damai.

Sungguh ketampanannya dua kali lipat ketika ia tertidur, Zen seperti seseorang yang sangat peduli, penyayang, dan lemah lembut tapi faktanya Zen jauh dari sifat itu.

Zen memeluknya dengan erat seperti tidak mau berjauhan, dan mereka mentranfer kehangatan satu sama lain. delila benar-benar merasa di lindungi dan ia ingin waktu berhenti sebentar

Kekagumannya terhenti ketika Zen mulai terusik, ia menggeliat hingga dagu Zen menghantam jidat delila yang sedang menatapnya

"Awww" rintihan delila

MR.GIDOZEN [M] [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang