Lembar 5

11.3K 1.3K 166
                                    

Sejak kejadian malam itu, Jenggala benar-benar menghindar dari seluruh keluarganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak kejadian malam itu, Jenggala benar-benar menghindar dari seluruh keluarganya. Jika berangkat sekolah, Jenggala akan berangkat sebelum mereka berkumpul di ruang makan. Dan pulang sekolah, Jenggala akan langsung menuju kamar tanpa memperdulikan siapa yang saat itu bertatap muka dengannya.

Ia hanya sudah terlanjur kecewa dengan semuanya. Dengan mama, dengan papa, semuanya. Bahkan Jenggala juga kecewa dengan dirinya sendiri.

Saat ini, Jenggala dan Sena berada di pinggir lapangan. Sebelum bel masuk, mereka memang sering menunggu Tama di sini, setelahnya baru pergi ke kelas bersama-sama.

Entah lah, sejak kapan kebiasaan ini mereka lakukan. Yang pasti, baik Jenggala, Tama, dan Sena senang melakukannya. Itu juga bisa mempererat hubungan pertemanan mereka.

Di sela-sela menunggu Tama, Jenggala dan Sena dikejutkan dengan kedatangan anak-anak SMA Negeri Sakti. Ada sekitar lima motor yang kini masuk ke area sekolah. Untung saja, saat ini masih terlalu pagi bagi para guru untuk memenuhi lingkungan sekolah.

Sena adalah orang pertama yang berdiri dan berjalan ke arah sekumpulan murid SMA dari tetangga sebelah. Karena Sena mengenal salah satu dari mereka.

"No, ngapain?" tanya Sena begitu dirinya sudah mendekat ke arah Lino.

Lino yang baru saja melepas helm lantas mengalihkan pandangan pada seseorang yang mengajaknya bicara. Kemudian Lino tersenyum kepada Sena. "Nunggu seseorang."

"Siapa?"

"Daksa."

"Ngapain lo nyari Daksa?" Bukan Sena yang bertanya, melainkan Jenggala. Kini Jenggala sudah berdiri di samping Sena, menatap ke arah Lino dan teman-temannya.

"Lo siapa?" tanya Lino.

"Dia—"

"Gue temennya Daksa. Gue tanya sekali lagi, mau apa lo nyari Daksa?" sahut Jenggala yang menghentikan ucapan Sena.

"Gue ada urusan sama dia. Yang pasti, nggak ada sangkut pautnya sama lo."

Hanya dengan sekali lihat, Jenggala sudah tahu, bahwa anak di depannya ini tidak memiliki perangai yang baik. Dari bagaimana ia berbicara, Jenggala sudah bisa menebak, bahwa Lino memiliki sedikit kebencian untuk Daksa.

Mendadak, Jenggala waspada kepada Lino. Mau bagaimana juga, Daksa tetap adiknya. Seseorang yang yang ia jaga dengan nyawanya sendiri.

Mungkin saat ini, kemarahan dalam dadanya belum padam. Namun bukan berarti hubungannya dengan Daksa terputus begitu saja. Mereka tetap lah kakak dan adik.

"Daksa hari ini nggak sekolah. Kalau lo mau titip pesan, boleh ke gue. Nanti gue sampein ke dia."

Ucapan Jenggala memang benar. Daksa demam semalam, entah karena apa. Dan hari ini, anak itu tidak datang ke sekolah.

|✔| Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang