Langkah Nuraga dan Dayita berpacu di panjangnya lorong rumah sakit malam itu. Tak pedulikan bagaimana orang-orang menatap heran ke arah mereka, yang terpenting saat ini, adalah bagaimana caranya agar cepat sampai di ruangan Jenggala.
Sahmura sudah melarang mama dan papanya datang, karena Jenggala pasti curiga. Namun keduanya tetap kekeuh ingin melihat keadaan salah satu putra mereka.
Putra yang selalu ingin mereka singkirkan eksistensinya.
Lorong panjang itu akhirnya membawa Dayita dan Nuraga sampai di depan pintu sebuah ruang rawat. Pintu tertutup rapat, yang membuat sepasang suami-istri itu cukup segan untuk membukanya.
Sampai di menit yang kesekian, dimana saat Nuraga dan Dayita tengah berperang dengan perasannya sendiri, pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Sosok pria bertubuh tegap keluar dari ruangan, sontak tatapan ketiganya bertemu.
Dayita membulatkan matanya, dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sedangkan Nuraga menatap datar pada pria di depannya.
"Kalian masih mampu melangkah ke sini, rupanya?" tanya Andika. Sosok yang membuat Dayita terkejut, sekaligus sosok yang tak pernah ingin ditemui oleh Nuraga.
"Menyingkir! Saya ingin melihat Jenggala." ucap Nuraga.
"Silahkan. Mungkin ini pertemuan terakhir kalian dengan Jenggala."
Mendengar itu, Nuraga menatap dalam Andika. "Apa maksud Anda?"
"Saya ayah kandungnya, saya akan membawa Jenggala pergi dan menebus semua kesalahan saya. Satu hal lagi Nuraga, saya tau bagaimana Anda dan anak-anak Anda memperlakukan Jenggala. Jadi lebih baik membawa dia pergi bukan?"
"Tidak akan! Saya yang mengurus dia dari kecil. Sudah sebesar ini, Anda baru datang dan dengan lancang ingin membawa dia?!"
Ada senyum tipis di bibir Andika kala mendengar kalimat Nuraga. "Membesarkan dia? Yakin? Anda benar-benar percaya diri saat mengatakan itu?"
Nuraga telak bungkam. Kalimat yang baru saja Andika tuturkan sudah lebih dari jelas. Pria di depannya itu mengetahui segalanya, segalanya tentang Jenggala.
"Andika," panggil Dayita yang sejak tadi terdiam. Wanita itu meremat jemarinya saat bagaimana Andika menatap lekat ke arahnya. "Jangan bawa Jenggala pergi."
"Kenapa?" Andika bertanya dengan wajah datar. Jangan lupakan, Dayita adalah wanita yang pernah mengisi harinya dulu. Wanita yang pernah ia cintai melebihi segalanya. Lalu Dayita memilih pergi, menikah dengan pria kaya seperti Nuraga.
Mungkin itu juga alasan Andika tak pernah bisa menerima kehadiran ibu kandung Jenggala, yang merupakan adik Nuraga. Karena ia sakit hati, merasa di khianati.
"Saya juga ingin menebus kesalahan saya."
"Terlambat. Dulu, sudah banyak waktu yang kalian sia-siakan, sekarang saat saya datang, ingin membawanya pergi, kalian juga dirundung penyesalan. Saya tau, karena saya juga bodoh karena pernah menolak kehadiran dia. Tapi beberapa tahun lalu saya disadarkan, bahwa Jenggala adalah korban yang paling terluka di sini. Sekarang saya sudah memiliki segalanya, dan saya akan membawa Jenggala pergi ke luar negeri. Saya akan membahagiakan dia, dengan semua yang saya punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Kedua
Teen FictionKetika anak pertama merasa memiliki beban karena selalu di tuntut untuk menjadi yang terbaik, anak bungsu mengeluh karena merasa harus menuruti setiap perintah kakak-kakaknya. Namun di sisi lain, ada anak kedua yang kehadirannya sering kali dilupaka...