Sena meletakkan tab di tangannya ke atas meja. Lantas matanya menoleh pada Jengala yang masih termangu menatap kosong ke arah jendela. Sejenak, Sena melirik juga ke arah Tama yang sedang sibuk dengan dua orang lainnya, sebelum memilih mendekat ke arah Jenggala.
"La, kenapa? Ada sesuatu yang lo pikirin?"
Jenggala cukup tersentak saat dengan tiba-tiba Sena menyentuh bahunya. Namun Jenggala berhasil menguasai dirinya. "Nggak apa-apa. Gue cuma lega aja. Sen, yang gue lakuin ini bener, 'kan?"
Kini Sena mengerti mengapa Jenggala murung selama beberapa menit ini. "Sesekali orang yang nyakitin lo pun harus tau rasanya jadi lo. Lo nggak salah, walau pun cara ini salah. Tapi, La, apa pun yang terjadi, gue akan terus dukung lo." kata Sena menenangkan. Dan berhasil, kini Jenggala mengangguk mantap setelah mendengar kalimat itu.
"La, semua udah beres." Tiba-tiba Tama bergabung. Cowok itu membawa tab yang sama dengan milik Sena. "Berita itu akan trending dalam beberapa detik." katanya melanjutkan.
Jenggala mengangguk puas. "Thanks, Tam."
"Santai. Gue bahkan bisa ngelakuin hal yang lebih daripada ini."
Tama mematahkan kedua kaki Daksa, dan mengurung cowok itu di suatu ruangan yang lebih gelap. Tama sengaja memutar suara Jenggala yang seolah merintih meminta tolong padanya.
Semalaman penuh, Tama menyiksa Daksa dengan suara-suara itu. Tidak sampai di sana, orang-orang Tama juga tidak mengijinkan Daksa untuk memejamkan mata.
Baru tadi pagi, Tama mengirim Daksa ke rumah sakit karena cowok itu pingsan karena dehidrasi dan kelaparan. Serta tadi orang-orang Tama mengabarkan bahwa kini Daksa tengah menjalani perawaan intensif.
Suara dering ponsel menyentak ketiganya. Jenggala memberikan ponselnya kepada Sena, untuk menjawab panggilan tersebut. "Dari Om Andika." kata Sena sembari menyerahkan ponsel itu kepada Jenggala.
"Nak, kamu dimana? Papa di rumah. Kamu bisa pulang sekarang?"
Jenggala diam dalam kebingungan. Bukankah papanya akan pulang siang nanti? Lalu mengapa lelaki itu tiba-tiba sudah ada di sini?
Tak menunggu lama, Jenggala langsung menyanggupi pertanyaan Andika. Sena dan Tama mengantar Jenggala saat ini juga. Tak ingin menambah curiga pada papa kandung Jenggala tersebut.
❃❃❃
Memang seharusnya Andika baru pulang siang nanti. Karena pagi ini, seharusnya ia menghadiri pertemuan dengan salah satu rekan bisnisnya yang datang jauh dari Malaysia.
Namun berkat berita yang heboh di sosial media, tanpa menunggu apa-apa lagi, Andika langsung memesan tiket dan pulang ke Jakarta shubuh tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Kedua
Teen FictionKetika anak pertama merasa memiliki beban karena selalu di tuntut untuk menjadi yang terbaik, anak bungsu mengeluh karena merasa harus menuruti setiap perintah kakak-kakaknya. Namun di sisi lain, ada anak kedua yang kehadirannya sering kali dilupaka...