Acara perlombaan sudah semakin dekat. Hanya tinggal beberapa hari lagi. Sahmura dan semua anggota OSIS nya nampak sibuk setiap hari. Tidak ada waktu bersantai lagi, mereka mengejar target untuk mempersiapkan acara agar semeriah mungkin.
Untuk tahun ini, kebetulan perlombaan dilaksanakan di SMA Daksya. Dan Sahmura selaku anggota inti juga memiliki kesibukan. Apalagi Sahmura baru saja melepas jabatan. Kehadirannya tentu sangat dibutuhkan.
Setelah selesai melakukan dekor panggung, Sahmura, Olivia, David dan dua anggota OSIS yang lain duduk di tepi lapangan. Kali ini mereka menggunakan panggung yang cukup sederhana. Jadi tidak banyak persiapan dekor yang dirancang.
Olivia menyerahkan sebotol air mineral kepada Sahmura, yang langsung diterima oleh cowok itu. Kemudian Olivia juga memberikan minuman kepada yang lainnya juga.
"Capek banget, ya?" tanya Olivia basa-basi. Padahal tanpa bertanya, melihat peluh di pelipis Sahmura, sudah bisa menebak betapa lelahnya cowok itu.
"Ngeledek lo?"
"Haha! Becanda Bang, sensi amat, sih."
Sahmura menggeleng tak paham. Lalu merebahkan tubuhnya di atas rumput, menggunakan paha Olivia sebagai bantalan. Tubuhnya sungguh lelah. Selama beberapa hari ini tubuhnya dipaksa untuk terus bekerja.
"Tidur aja. Lagian kerjaan kita udah selesai kok." kata Olivia sembari mengusap peluh di pelipis Sahmura.
"Hm. Nanti bangunin gue."
Lain halnya yang Daksa, anak itu tengah gelisah dan terus berjalan mondar-mandir di kelasnya yang sepi. Sudah dua hari ini, KBM berjalan dengan tidak semestinya. Bukan hanya anggota OSIS yang sibuk, semua guru pun ikut sibuk menyiapkan acara yang akan terlaksana beberapa hari lagi.
Melihat kegelisahan Daksa, Antonio tak tahan lagi. Alhasil dia mendekat, menepuk bahu cowok tinggi itu sampai membuat si empu tersentak kaget.
"Kenapa, sih, lo? Gue perhatiin gelisah mulu."
"Gue kepikiran sesuatu. Sial! Semalem nenek gue nelepon, dan beliau tau kalau Jenggala ikut pertandingan. Alhasil nenek gue puji-puji dia sampai gue sendiri eneg dengernya. Gue nggak rela, kalau semisal nenek lebih sayang sama Jenggala." kata Daksa.
"Lah? Ya wajar kalau nenek lo bangga sama Jenggala. Dia juga kan cucunya."
"Bukan itu masalahnya, bodoh!" Daksa memukul belakang kepala Antonio. "Nenek bilang, kalau Jenggala menang, nenek bakal kasih tiket liburan ke Jepang buat Jenggala. Demi apa, gue juga kan mau!"
"Bentar, bentar! Lo nggak punya rencana macem-macem, 'kan?" Antonio menatap Daksa dengan tatapan penuh selidik.
"Itu dia! Gue butuh bantuan lo untuk memperlancar rencana yang udah gue susun."
"Lo beneran gila, Sa! Nggak. Gue nggak mau bantuin lo!"
"Ck. Lo kenapa, sih? Kenapa jadi berpihak ke Jenggala?"
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| Kedua
Teen FictionKetika anak pertama merasa memiliki beban karena selalu di tuntut untuk menjadi yang terbaik, anak bungsu mengeluh karena merasa harus menuruti setiap perintah kakak-kakaknya. Namun di sisi lain, ada anak kedua yang kehadirannya sering kali dilupaka...