Lembar 17

9.6K 1K 101
                                    

Setelah memaksa Sahmura dan kedua orang tuanya untuk pulang, kini Sena masuk ke dalam ruang rawat Jenggala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memaksa Sahmura dan kedua orang tuanya untuk pulang, kini Sena masuk ke dalam ruang rawat Jenggala. Jenggala baru dipindahkan tadi pagi, pukul tujuh. Di dalam ruangan, Andika masih setia duduk di samping putranya, menggenggam tangan kurus itu erat-erat.

Di sofa, Tama mengisyaratkan Sena dengan tatapan mata. Sena menarik napas sejenak, lantas mendekati Andika.

"Om."

Panggilan lirih Sena membuat Andika menoleh. "Ada apa, Sen?"

"Om, ini sudah siang, bahkan hampir sore, dari pagi Om belum makan. Sekarang makan dulu, ya, Om? Biar Sena yang jagain Jenggala."

Andika reflek memusatkan kembali tatapannya ke arah Jenggala. Menatap wajah pucat itu. "Bagaimana Om bisa makan enak, sedangkan di sini, Jenggala baru saja kehilangan cahaya nya? Bagaimana bisa Om hidup dengan bahagia setelah ini, Sena?"

Tangan Sena mengusap bahu tegap Andika yang saat ini terlihat sangat rapuh. "Om, cahaya Jenggala nggak sepenuhnya hilang. Om adalah salah satu cahaya nya Jenggala. Selagi Om masih ada di sini, Jenggala nggak akan pernah kehilangan cahaya nya."

"Bertahun-tahun, Om mengabaikan dia. Sengaja melupakan dia diingatan. Sekarang saat dia bisa melihat wajah Om, Tuhan tak mengijinkan Jenggala terlalu lama menatap wajah pria brengsek ini. Ini salah Om, tapi kenapa Tuhan menghukum Jenggala?"

Mati-matian Sena menahan sesak di dada. Tama yang menjadi pendengar hanya merenung, seraya menatap kosong ke arah lantai yang di pijak.

"Sena ... bisakah Om mengganti mata Jenggala dengan kedua mata Om?"

Suara Andika tercekat. Lelehan air mata kembali jatuh, membuat pria itu terlihat makin rapuh.

Sena membuang pandangan. Tak sanggup menatap wajah pria di depannya ini lama-lama. Suara dan pertanyaan Andika berhasil membuat Sena kehilangan semua kalimatnya.

"Sena jawab! Bisakah Om menggantikan posisi Jenggala? Biar Om saja yang merasakan kegelapan, biar Om yang kehilangan cahaya dunia, asal bukan Jenggala. Bisakah ... Sena?"

Suara Andika terus mengalun memenuhi setiap sudut ruangan. Tak kunjung menemukan jawaban, Andika menjatuhkan kepalanya di samping lengan Jenggala. Mengubur isak tangisnya di sana. Meredam semua emosi yang sejak tadi meletup di dalam dada.

◖◖◖

"Ma, hari ini Daksa tidur di rumah Antonio ya?"

Dayita tersentak, dan segera kembali ke dunia nyata saat bahunya di tepuk oleh Daksa. "Eh, gimana, Nak? Maaf, Mama nggak dengar kamu bicara apa."

"Nanti aku tidur di rumah Antonio." kata Daksa yang mengulangi pagi ucapannya.

"Memang ada apa, kok sampai tidur di sana?"

|✔| Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang