My Son

1K 82 1
                                    

Jam menunjukkan pukul 11 malam waktu Korea bagian selatan. Seorang remaja berjalan mengendap turun dari tangga. Keadaan sekitar memang gelap karena semua lampu sudah dimatikan. Hanya lampu dapur yang dibiarkan menyala. Saat kakinya hampir menginjak anak tangga terakhir. Tiba-tiba lampu menyala. Remaja tersebut terkejut melihat sosok yang sudah meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Mau kemana kau, Fiat !!!" Suara melengking masuk ke gendang telinga remaja itu. Sementara dia hanya tersenyum kikuk.

Sekarang dia hanya bisa duduk di sofa sambil menunduk. "Jadi sudah berapa kali kau melakukan ini?". Remaja bernama Fiat itupun mendongak dan menampakkan wajah memelas. "Baru dua kali ini, Mommy. Sungguh"

"Apa kau tak tau ini sudah larut malam. Untuk apa kau pergi mengendap seperti seorang pencuri!?" . Oke, sekarang Fiat sedikit takut dengan pria di hadapannya.

Kalian tidak salah baca. Benar. Seseorang yang dia panggil Mommy adalah seorang pria tulen keturunan Thailand. Entah apa maksud Tuhan, memberikan sebuah rahim murni yang tumbuh di dalam perut ibu-nya ini. Tapi Fiat tidak pernah malu untuk mengakuinya. Bagi Fiat, itu sebuah anugerah dari Tuhan. Ibu-nya adalah seorang anpaman. Dan sekarang anpaman- nya itu sedang mengeluarkan tatapan tajam padanya.

"Akan kuadukan kau pada Papa" ancamnya. Fiat langsung memeluk perut ibu-nya. "Mommy, please jangan beritahu Papa. Dia akan memarahiku nanti. Aku hanya ingin pergi ke pub bersama teman-teman. Aku tidak melakukan hal aneh. Aku janji tidak akan begini lagi." Rengekannya mendapat putaran bola mata malas dari sang Ibu.

"Heuh, oke. Mommy tak akan mengadukanmu pada Papa. Kau lolos kali ini. Tapi lihat saja jika kau ulangi. Kau bahkan tak akan lolos dari–"

"Iya-iya aku janji tidak akan mengulanginya lagi mommy. Jangan adukan padanya. Mungkin aku masih bisa membujuk papa. Tapi tidak dengan dia. Bisa-bisa aku tidak dibelikan mainan-mainan robot terbaru lagi" . Fiat langsung memeluk ibu-nya. "Fiat sayang mommy"

Pria itu tersenyum dan membalas pelukan sang anak. "Sekarang pergilah ke kamarmu hmm. Besok kita harus menjemput grandpa dan grandma"

"Ay ay captain" Fiat langsung melesat ke kamarnya. Dia bisa bernafas lega karena lolos dari amukan sang mommy.

Sedangkan pria itu hanya memandang Fiat yang sudah hilang dibalik pintu kamarnya. Dia tersenyum. Kenapa waktu seolah cepat sekali berjalan. Bayi kecil yang seakan kemarin dia timang dan dia gendong sudah menjadi seorang remaja yang tampan. Pikirannya melayang ke 17 tahun yang lalu. Bagaimana jika dia memutuskan untuk tidak meneruskan kehamilannya, bagaimana jika saat itu dia lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya. Mungkin Tuhan sedang baik dengannya saat itu. Dia sangat berterimakasih kepada orangtuanya dan orang-orang yang sudah mendukungnya.

Kejadian itu sungguh membekas di hatinya. Bagaimana saat kehadiran sang anak tidak diinginkan oleh ayahnya sendiri. Harga dirinya dibeli dengan segepok uang yang sungguh tidak berarti dimatanya. Saat itu dia hanya remaja yang baru menginjak umu 17 tahun. Saat hal yang tidak diinginkan itu harus terjadi. Dia akhirnya memilih pergi menuruti bujukan orang tuanya, membawa sakit hatinya jauh dari tanah kelahirannya sendiri. Memilih tinggal di negeri orang dan dia dapat bertahan hingga saat ini. Terbersit di pikirannya, bagaimana kabarnya. Apakah dia tau jika anaknya dapat hidup sehat hingga saat ini. Apakah dia tau jika anaknya hidup belasan tahun tanpa kasih sayang dari sang ayah. Tak dipungkiri hatinya masih menetap. Namun, logikanya berkata lain. Mungkin saja dia sudah bahagia dengan kehidupannya yang baru. Dan sekarang biarkan dirinya dan Fiat juga bahagia meskipun tanpa kehadirannya hingga kapanpun. Dia menghalau air mata yang hampir terjatuh. Dia tak boleh menangis lagi.

Dia seorang Krist Perawat. Seorang single parent berusia 34 tahun yang sudah hidup mandiri selama hampir 18 tahun. Jadi, apa yang harus dia khawatirkan. Bahkan disini dia dapat membangun perusahaannya sendiri. Meskipun awalnya mendapat bantuan dari sang Ayah. Tapi dia berhasil mengembangkannya dengan tangannya sendiri. Dia percaya, dia bisa melindungi anaknya. Meskipun tanpa bantuan orang itu.

.
.
.

Fiat sedang memakan sarapannya sambil membaca sesuatu dari Ipad-nya. "Letakkan dulu Fiat" . "Sebentar mommy. Aku sedang membaca artikel tentang lomba merakit robot. Ini terlihat menarik"

Krist hanya menggelengkan kepala. Namun dia bersyukur anaknya diberkahi kecerdasan diatas rata-rata. Fiat seorang remaja yang sangat menggandrung dunia robotik. Bahkan dia pernah beberapa kali menjuarai lomba merakit robot dari yang sederhana hingga rumit bisa dia menangkan.

"Ahhh tidak jadi"

"Au kenapa?" Tanya Krist bingung.

"Turnamennya bukan disini, Mom. Tapi di Jepang" ucapnya sambil mengerucutkan bibir.

"Kau kan bisa pergi kesana. Tinggal berangkat saja kan. Atau kau mau ditemani oleh–"

"Turnamen itu memakan waktu satu Minggu. Dan satu Minggu tanpa Mommy. Aniyo, maeu gamsahabnida"

Krist tersenyum. "Kau ini sudah besar. Sampai kapan terus bersembunyi di ketiak Mommy hmm. Tak malu dengan teman-teman"

"Kenapa harus malu. Mommy kan ibuku sendiri" ucap Fiat sambil meneruskan suaranya.

Bel rumahnya berbunyi. "Siapa yang bertamu sepagi ini?"

"Sebentar Mommy lihat dulu"

Krist berjalan kearah pintu utama. Dia agak menyesal membeli rumah di salah satu perumahan dekat Distrik Gangnam ini ,yang menurutnya terlalu besar untuk mereka berdua. Jarak ke pintu utama saja membuat dia malas berjalan. Dia memang tidak menyewa banyak maid. Hanya maid yang membantunya membersihkan rumah dan pulang di siang hari. Untuk soal memasak dia bisa melakukannya sendiri.

Saat dia membuka pintu. Seorang pria jangkung tersenyum padanya, "Pagi" . Krist memutar matanya malas. "Kenapa kemari pagi sekali?" . Pria itu masuk sambil membawa beberapa paperbag di tangannya. "Aku baru saja pulang dari Hongkong kemarin. Aku membawa beberapa hadiah"

"Siapa yang datang, Mom. Papa Tae !!"  Fiat segera berlari dan memeluk papanya itu. "Apa yang kau bawa?"

"Dasar anak nakal. Kau tak bertanya kabar Papa-mu?"

"Aku yakin Papa baik-baik saja. Jika tidak, tak mungkin Papa sampai disini"

Krist menahan tawanya melihat wajah masam seorang Tae Darvid.

"Ya ya baiklah. Ini Hadiah untukmu anak pintar" ucapnya sambil memberikan satu paperbag pada Fiat.

Fiat segera membuka paperbag itu dan matanya terbuka lebar. "Wah, Mom. Ini Hasbro x Robosen Optimus prime " . Fiat langsung membawanya masuk kedalam.

Krist memukul bahu Tae kencang. "Sudah kubilang, tak perlu memberikannya robot mahal lagi"

"Itu kesukaannya. Jadi aku tak mungkin tak membelikannya. Pesawat Paman akan mendarat jam berapa?"

"Sekitar jam 10 nanti" ucap Krist sambil melihat jam tangannya.

"Kabari aku jika Paman sudah ada disini. Aku akan pergi ke kantor. Sampaikan salamku pada Fiat. Bye Krist"

Krist hanya mengangguk lalu menutup pintunya. Dan kembali kedalam untuk melihat Fiat yang sedang mencoba memainkan robot barunya di sofa ruang keluarga. "Fiat, nanti saja bermainnya. Segera bersiap. Kita harus menjemput Grandpa"

Fiat hanya menurut dan memasukkan kembali mainannya kedalam kotak dan paperbagnya. Dia menghampiri Krist dan mencium pipinya. "Aku mandi dulu, Mom" dia langsung berlari kearah kamarnya.

Sedangkan Krist membersihkan peralatan bekas mereka pakai. Dia tidak boleh terlambat menjemput orang tuanya di bandara.

TBC,

Holaaa.. semoga suka dengan cerita keduaku ya ❤️

See ya,

MI CASA (Singto x Krist)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang