Krist menatap Fiat yang sedang tertidur di kamarnya. Setelah makan malam di kedai kaki lima pilihan Krist tadi. Fiat langsung ingin pulang dan tidur. Tapi tidak seperti biasanya, dia ingin tidur memeluk Mommy-nya. Krist hanya mengiyakan saja keinginan anak semata wayangnya itu. Lagipula sudah lama dia tidak menemani Fiat tidur. Krist mengelus kepala Fiat pelan. "Maafkan Mommy membuatmu berada di posisi seperti ini. Mommy juga berharap impianmu untuk bertemu Daddy terwujud, tapi Mommy sendiri tidak yakin Fiat" gumamnya.
Dulu, saat Krist memberitahu Fiat kenapa dia tidak memiliki sosok ibu yang sama dengan yang lain. Krist takut jika Fiat tidak bisa menerima. Namun, respon yang dia dapat sungguh diluar dugaan. Fiat bilang 'Mommy sangat hebat. Disaat yang lain masih sekolah. Mommy sudah membesarkan Fiat. Mommy juga tidak membuang Fiat malah menyayangi Fiat hingga sebesar ini" . Air mata Krist jatuh jika mengingat itu. Fiat hanya bocah berumur 8 tahun saat dia mengetahui segalanya. Tetapi, cara dia menyikapi apapun sungguh sangat dewasa. "Mommy akan berusaha untuk membahagiakan Fiat. Mommy janji" ucap Krist di sela isakannya yang tertahan agar tidak mengganggu Fiat yang sedang tidur. Dia mengecup kening Fiat lalu memejamkan mata di sebelah Fiat.
Tanpa dia sadari ada orangtuanya yang melihat dan mendengar semua ucapan Krist. Sang ibu mengusap air mata yang jatuh di pipinya. "Pho, apa yang harus kita lakukan. Aku juga tidak tega melihat mereka berdua"
"Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka sudah dewasa. Semoga takdir akan menuntun mereka kembali untuk pulang"
***
Singto tidak pergi ke kantor. Dia berdiam diri di apartemen miliknya. Ucapan Gulf semalam masih terngiang di telinganya.
"Cari dia untuk terakhir kalinya. Aku yakin dia kembali kesini. Selesaikan apa yang belum terselesaikan"
Tidak dipungkiri, sampai saat ini hatinya masih rapuh jika mengingat tentang Krist. Bahkan setelah kejadian kemarin dia terpaksa diantar oleh Mew karena seluruh tubuhnya seperti bergetar hebat. Dia menatap pigura foto Krist. "Apa benar kau kembali. Lalu kenapa kau tak berusaha menemuiku Krist" lirihnya.
Airmatanya kembali jatuh. Apa dia harus mencari Krist sekali lagi? Namun, apa usahanya kali ini akan membuahkan hasil. Singto tidak ingin jadi seorang yang pesimis, tapi dalam hal ini. Entah mengapa hatinya merasa takut. Takut jika semua tidak seperti yang dia harapkan.
Tiba-tiba ponselnya berdering, menampakkan nomor ayahnya disana. Singto sebenarnya malas untuk meladeninya. Apa lagi kali ini?
Singto menerima panggilan itu, "halo"
"Pulanglah malam ini, Sing. Ada pertemuan dengan keluarga Gigie"
"Aku sibuk. Aku tidak bisa"
"Jangan membuatku malu, Sing. Datanglah jika kau masih menganggapku ayahmu !"
Klik,
Panggilan terputus begitu saja. Singto meremat ponselnya. "Ayah dia bilang?"
PYARRR!!!!
Singto membanting ponselnya kearah cermin. Ayahnya mengatakan hal seperti itu? Bahkan Singto sudah lama tidak merasakan kasih sayang seorang ayah meskipun secara fisik ayahnya sedang berdiri tegap di sampingnya. Selama ini ia hanya diberi materi dan uang. Matanya memerah menahan tangis dan amarah.
"Kenapa Mae tak mengajakku pergi saja. Kenapa tak membawa Singto !", raungnya sendirian.
"Sing, apa yang kau lakukan!?" , Mew berlari kearah Singto yang terduduk di samping ranjang dengan menekuk lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MI CASA (Singto x Krist)
Random(COMPLETED) Mi Casa merupakan bahasa latin yang bisa diartikan sebagai rumah. Rumah yang selalu dirindukan oleh seorang Krist Perawat. Namun Krist percaya akan takdir. Sejauh apapun dia pergi dia pasti akan kembali di dekapan rumah yang sama. DISCLA...