O6 ; bertengkar

1.2K 182 21
                                    

"ruu.. emang lo makan ama, gue gaada yang marah?" tanya jeongwoo

"hah siapa yang marah, yeongue? ada hak apa dia marah sama gue. najies" haruto memakan hindangan penutup berupa cake

"bukan loh"

"siapaa anjir"

"eum.. pacar lo, maybe"

haruto langsung tertawaa, jeongwoo tidak paham apa yang lucu saat ini

"pacar? pacar dari mana woo, astaga?"

"jadi lo belom punya pacar?" tanya jeongwoo dengan tatapan polosnya

"belom, kenapa? lo mau jadi pacar gue" haruto mengangkat satu alisnya, alhasil membuat jeongwoo salting tidak karuan

"dih apaan si ruu" jeongwoo berusaha menutupi reaksi saltingnya

"terus ko pipinya merah?"

"ah anjeng haruto bacot lo, udah napa tambah salting gue" ー inner jeongwoo

"ngga ah, sok tau lo. eh udah hampir setengah lima, ayo anterin gue pulang" jeongwoo bergegas bangun dari tempat duduknya

haruto hanya mengangguk dan kemudian mengantar jeongwoo pulang

point plusnya adalah, haruto jadi tau alamat rumah jeongwoo. ia senangnya bukan main

***

"oke makasi ya ru, and hati hati dijalan. gue masuk dulu byee" jeongwoo kemudian masuk kedalam rumahnya

"dih ga di tawarin masuk dulu apa. ga like, gabisa ketemu sama calon mertua"

selesai mengeluarkan misuh misuhnya, kemudian ia menjalankan motornya

night at 20:01

"mah dimana jeongwoo?" tanya papah

"dia atas pah"

"jeongwoo, turun kamu" teriak papah

jeongwoo yang merasa namanya di panggil pun akhirnya turun kebawah

"kamu susah banget ya dibilangin, udah gede tapi sukanya di bilangin terus. papa udah bilang kesekian kalinya kalau papa belom jemput jangan kemana kemana?" tegas papah

"nahh kan papah bilang sendiri kalau aku udah gede, tapi kenapa papa selalu kaya gini sama aku hah?"

"berani ya kamu jawab, berteman sama siapa kamu disekola"

"pah.. gausah bawa bawa temen, mereka gasalah and gatau apa apa. asal papa tau aku nungguin papa di sekola 3 jam lebihh. kalau misalnya aku ga pulang mungkin sekarang aku masi ada di sana" matanya mulai meneteskan air mata

"papah tu mau di mengerti tapi tidak mau mengerti, papah yang sibuk sama pekerjaan papa tapi malah aku yang selalu salah dalam hal apa aja. papa liat diri papa sekarang, papa uda merasa paling benar?"

jeongwoo mengambil 1 cermin kecil dan memantukannya ke hadapan papanya

"liat diri papa, ini papa yang selalu ngelarang jeongwoo ini itu, papah yang selalu nyalahin semua hal ke jeongwoo. liat diri papah, dan sekarang liat jeongwoo"
jeongwoo berhenti sebentar karna nafasnya sangat sesak

"ini jeongwoo, anak yang merasa kesepiann. sejak kecil papa selalu memilih milih temen jeongwoo, sampai temen temen jeongwoo gamau temenan sama jeongwoo. karna siapa? karna papah, karena papa selalu larang jeongwoo dalam segala hal. temen jeongwoo lama lama bosan sama jeongwoo yang gitu gitu aja"

"jeongwoo dari kecil juga mau punya temen pah.. dan dari kecil jeongwoo selalu di tuntut sama papah buat jadi anak yang pinter. kepala jeongwoo isinya cuman kata 'belajar, belajar' dan 'belajar' "

"gasemua orang pintar dalam hal prestasi itu bakal manjadi orang besar pah.." jeongwoo tidak bisa melanjutkan bicaranya karena dadanya sudah sangat sesak

karena sudah tidak kuat, jeongwoo lari ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam

"j - jeongwoo? nak..." panggil papah

"kamu udah keterlaluan mas, aku kira kamu udah bisa rubah sikap kamu yang kaya gini.." sang mama langsung pergi kekamar, dan meninggalkan papa sendirian

tbc

temen sebangku ; hjwTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang