bab 7

387 61 8
                                    






Jihyo memasuki terangnya cahaya matahari yang kini terasa bagai penghinaan. Kehampaan menyelimutinya, dan kemudian ada sang ayah yang memeluknya dan kedua kakaknya yang mencengkram tangannya tanpa bicara. Chanyeol mengutus para tamu dan taehyung sedang bicara dengan kedua orangtuanya.
Jihyo masih memegang buket.
Tak seorangpun bicara sepanjang perjalanan pulang. Bam menyambutnya dengan riang, melompat-lompat di gaunnya.
"Sini". Kata joy begitu mereka berada dalam kamar jihyo. "Kubantu melepas gaunnya".
"Kurasa..kurasa aku ingin sendirian". Sahut jihyo. Suaranya terdengar sangat aneh.
"Kau tidak akan bunuh diri kan?" tanya soobin.
"Astaga, tidak..hanya beri aku sedikit waktu".

Jihyo menjatuhkan diri keranjang, gaunnya menggembung disekelilingnya seperti bulu-bulu dandelion. Itu koper merah besarnya sudah diisi untuk berbulan madu, tiket keberangkatan ke eropa mengintip dari kantong samping. Jihyo berjalan menuju cermin dan menatap bayangannya. Matanya sembab dan merah akibat menangis, dan lipstik nya hampir pudar. Wajahnya pucat namun rambutnya masih tertata dengan indah. Kau tahu hal lainnya? Dia berdiet selama dua bulan untuk mencapai berat badan ini, meski taehyung tak pernah mempermasalahkan dan menerima apa adanya. Taehyung yang gay. Pria gay suka wanita montok. Itu dia, mestinya dia tahu.

Bagaimana bisa dia tidak tahu! Mereka bercinta. Sering! Oke, yah mungkin tidak sering. Hanya tiga kali selama mereka menjalin hubungan.
Justin Timberlake.
Sialan.
Selama ini dia mengira mereka bahagia. Selama ini taehyungnya yang baik hati, manis, dan penuh pengertian menyimpan rahasia itu sendirian.
Yah. Jungkook tahu. Jihyo rasa taehyung memberitahu jungkook. Dia berdiri dan mulai melepas gaun pernikahannya. Resleting ini..harusnya taehyung yang membuka, dengan perlahan-lahan, dengan penuh cinta. Jihyo mengira pernikahan mereka menjadi kebahagiaan dan bukan kekecewaan, kehidupan seks mereka akan bergelora.

Dikamar ini, dia pernah berbaring dengan Kim taehyung, jatuh cinta setengah mati, percaya saat pria itu mengatakan dia cantik dan sempurna, padahal sebenarnya sedang membayangkan justin Timberlake. Berani benar dia menyita perhatian taehyung saat bercinta!
Jihyo yang tadinya linglung seperti zombie langsung tersadar. Dia menyambar koper dan menyentak pintu hingga terbuka, melesat menuruni tangga, gaunnya bergerisik menyentuh lantai.
Justin Timberlake, dia sangat benci pria itu. Begitu dia sampai di kaki tangga, ada ketukan pelan di pintu depan. Dia membuka, napasnya tersengal-sengal.

Ah. Pria lain yang dia benci, jeon jungkook, si perusak acara pernikahan. "Kau". Desisnya.
Jungkook masih berseragam, dadanya penuh pita dan medali. Sang pahlawan. "Taehyung menyuruhku memeriksa keadaanmu".
"Antar aku ke bandara". Perintah jihyo.
Alis jungkook terangkat, membuat dahinya berkerut sedikit. "Aku tidak yakin soal itu".
"Lakukan perintahku jungkook". Sahut jihyo.
"Dengar, kau mungkin tidak——"
"Sst, antar saja aku kesana".
Ayah jihyo muncul dari teras. "Jihyo, sayang. Aku datang untuk hanya untuk memeriksa keadaanmu. Bagaimana keadaanmu sayang? Ini sungguh mengejutkan, aku tidak tahu apa yang—"
"Daddy, aku akan pergi ke jepang oke! Nanti ku telpon setelah aku mendarat".
"Tunggu sebentar sayang, pelan-pelan". Kata ayahnya sambil memandang jungkook sekilas. "Menurutku kau harus tetap tinggal disini nak, bersama keluarga, hari ini memang berat, tapi kami akan membantumu melewatinya".
"Aku akan pergi ke jepang, aku butuh waktu".
"Jihyo—"
"Aku..aku harus pergi dari sini Dad". Kata jihyo terbatas-bata, napasnya mulai sesak lagi. "Aku akan pergi ke jepang, ingat lisa? Temanku waktu kuliah, dia tinggal disana, jadi aku tidak akan sendirian. Dia sangat menyenangkan,nanti aku akan menelponnya".
"Tunggu dulu nak, sepertinya itu bukan ide bagus". Cegah seojoon lagi.
"Daddy..aku harus keluar dari sini. aku berangkat".
"Baiklah, baiklah tenang dulu..tunggu sebentar, aku akan memasukkan pakaianku dan ikut bersamamu".
"Tidak. Aku pergi sendiri sekarang, aku harus keluar dari sini atau aku akan gila, Dad".

Sang ayah tampak terkejut. "Yah, aku akan mengantarmu".
"Tidak, dia yang akan mengantarku, iya kan?". Jihyo menyipitkan matanya kepada jungkook.
Jungkook berdeham. "Bolehkah tuan park?" tanyanya.
"Jangan tanya dia". Bentak jihyo. "Aku yang memberimu perintah prajurit, laksanakanlah".
"Jaga ucapanmu". Gumam jungkook.
"Jihyo, ini bukan salahnya". Ucap tuan park, dan pria itu benar-benar mengangkat kedua tangan dengan sikap membela diri. "Sayang, sepertinya kau perlu waktu Setidaknya beberapa hari untuk——"
"Nanti ku telpon setelah aku mendarat". Jihyo mengecup pipi Ayahnya. "Aku menyayangimu Daddy".
"Mari kuantar jigly..". Usul kakak laki-lakinya, suara pria itu penuh kasih sayang sehingga matanya berkaca-kaca lagi.
"Aku ikut". Joy menawarkan diri.
"Tidak usah, semua sudah diputuskan, bagaimanapun terimakasih". Jihyo menyambar tali Bam lalu masuk ke mobil jungkook.
Si brengsek naik, menstater mobil, dan melambai kepada ayah jihyo. Jihyo juga melambai, otaknya terasa berdesis akibat adrenalin.

Love choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang