bab 19 (end)

794 66 29
                                    



(End)

Telpon berdering dan baru semenit kemudian jihyo terbangun dan ingat dimana dirinya berada. Apartemennya di jepang? Bukan. Apartemen jungkook? Bukan juga.
Telpon itu berbunyi lagi. "Tidak!". Benar. Dia dirumah, baru datang dari jepang beberapa jam yang lalu. Saat ini dia sangat lelah dan merasa pening.

Joy Sudah bangun. "Hei! Waktunya panen". Dia menggedor pintu yeonjun, lalu pintu jihyo. "Ayo, soobin sudah berangkat. Kalian tidak mau ketinggalan kan?".
"Aku sangat ingin melewatkannya". Gumam yeonjun, terhuyung-huyung menuju koridor, Bam melompat berkeliling dengan antusias, mencari orang untuk disayangi. "Aku benci hidupku".
"Ah, yang benar saja". Tukas jihyo. "Ini Mengasyikkan, yeonjun".

Selama berminggu-minggu, seojoon menonton ramalan cuaca seperti pengawas, dan setiap anggota keluarga park di harapkan muncul dalam beberapa menit untuk memotong buah anggur, yang akan diperas malam itu.
"Kau pasti berharap masih di jepang, kan?". Tanya yeonjun saat dia, Joy dan jihyo berkendara mendaki bukit ke perkebunan, membungkus tubuh dengan pakaian mereka yang paling menghangatkan.
"Dan melewatkan panen ini?". Jihyo tersenyum kepada keponakannya.
"Aku rela membunuh agar tak perlu ikut". Gumam yeonjun.
"Yah jihyo, pengaturan waktumu tepat". Timbung joy.

Proyek jihyo selesai lebih awal, segalanya berjalan lebih cepat daripada jadwal. Dia menyelesaikan proyek yang diberikan kepadanya dengan sangat baik. Lalu dia keluar dalam udara lembab yang dingin dan mengucapkan perpisahan pada negara yang menerimanya dengan baik, tempat hatinya ditambal, dan pulang ketempat yang ia cintai dengan setiap molekul tubuh. Dan kepada pria yang dia cintai dengan sama besarnya. Bahkan lebih.

Dua kali dalam hidupnya, jihyo jatuh cinta. Pertama dengan pria yang begitu sempurna Sehingga seharusnya dia tahu ada yang tidak beres. Dan sekarang dengan pria yang tidak sempurna sama sekali, yang keras kepala, kadang-kadang menjengkelkan, sangat sulit bila berurusan dengan emosi dan mungkin memiliki masalah penolakan juga, serta beban dunia di bahu.

Orang itu juga pria terbaik yang pernah jihyo kenal. Pria yang akan melakukan apapun untuk menolong orang. Mencari kucing pada malam gelap, berkendara selama satu jam untuk mencucikan pakaian adiknya, memandikan anjing yang ternoda tahi ayam, membiarkan mantan Istrinya berbicara kasar. Keluar tengah malam untuk merekonstruksi kecelakaan yang terjadi belasan tahun silam. Menghentikan pernikahan sahabat saat tahu hal itu akan mengakibatkan kesengsaraan...bagi taehyung dan diri jihyo sendiri.

Tapi membayangkan ekspresi pria itu memutuskan hubungan dengannya...yang menyakitkan seperti pecahan kayu dihatinya. Sangat...tegas. Sangat penuh tekad.
"Kau mau turun atau tidak?" tukas yeonjun saat melihat jihyo agak melamun. Mereka sudah sampai.
"Saatnya panen!". seru seojoon, seperti bocah sejati saat natal.
Chanyeol pun sudah bersiap memanen anggur. "Kalian siap diperas manis? Kalian bersemangat?".
Soobin berguling-guling dengan Bam di lapisan salju tipis. Bahkan yeonjun menerima pelukan kakek dan berkata mereka sangat bersemangat.
Joy sudah mendapatkan setengah keranjang buah anggur dan kakek Menjalankan porklift, menyorotkan lampu depan ke barisan pohon agar mereka semua melihat apa yang sedang dilakukan.

Setelah satu jam, mereka mendengar bunyi mobil lain. "Hai keluarga park!". Terdengar suara serak taehyung. Dia membawa box besar, beberap gelas, gula dan krimer yang senada, dua keranjang cookies dan sebotol brendi lezat untuk dituang ke kopi.
"Syukurlah". Ucap yeonjun. "Aku kedinginan".
"Masa kau harus mengeluh padahal nenekmu yang sudah 84 tahun saja tidak?". Ucap joy. "Taehyung, tuang kan kopi untukku, jangan banyak-banyak kopinya".
"Ya, beres". Sahut taehyung tersenyum lebar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang