bab 12

589 56 6
                                    

(Mature)






Urusan merayu...lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Mereka sudah di rumah selama delapan belas menit, dan sejauh ini satu-satunya yang bereaksi hanya Bam. Anjing itu menempelkan diri ke kaki jungkook begitu mereka melewati pintu.
Jungkook duduk di sofa jihyo, dan sekarang menggaruk-garuk telinga Bam sementara anjing itu menatap jungkook dengan kagum. Jihyo sendiri bersandar kemeja dapur, minum segelas air es.

Mungkin dia salah soal niat jungkook. Apakah mungkin, dia bertanya-tanya, jungkook tidak tahu sama sekali bahwa dia ingin pria itu, bercinta dengannya? Kalau tahu, kenapa jungkook hanya duduk disana? Bagaimana tepatnya orang-orang memulai? Apakah dia harus mengumumkan? Astaga, dia gugup! Detak jantung seolah berlomba, tangan agak gemetar, perut tegang.

Harus bagaimana. Dia dan Taehyung sudah sering membicarakan topik ini sebelum benar-benar bercinta, tapi situasi mereka jelas bukan situasi pria/wanita normal.
Faktanya, jungkook telah menciumnya. Dua kali. Tiga kali, kalau kejadian sekitar sepuluh tahun silam diperhitungkan. Selain itu, adik jungkook menelpon sembilan menit yang lalu, dan sang kepala polisi membiarkan panggilan itu masuk ke pesan suara.

Oke. Jihyo akan menyerang. Semacam itulah. Kira-kira.
"Ayo, kita mulai pesta ini, oke?". Akhirnya mulut jihyo yang berkata seperti itu.
Jungkook menatap jihyo lama. "Serius?".
"Tutup mulutmu, jungkook". Ucap jihyo, wajahnya panas. "Kau mau melakukannya atau tidak? Ya Tuhan, aku benar-benar terdengar seperti wanita jalang. Begini saja, kau boleh pergi. Aku tak akan sakit hati".

Bam menggonggong mengibaskan ekor dengan gembira.
Jungkook berdiri. Detak jantung jihyo seakan berlomba. Pria itu mendekat. Kearahnya? Atau ke pintu? Ya Tuhan kearahnya. Ada senyum samar di bibir jungkook, tatapannya sayu dan sangat bergairah. Jungkook mengambil gelas jihyo dan meletakkannya di meja dapur. Hanya Sapuan jari jungkook sudah membuat lututnya Menggelenyar dan goyah. Jihyo menghirup aroma parfum jungkook.

Jungkook meletakkan kedua tangan dimeja dapur, memojokkan jihyo tanpa menyentuh. Sangat dekat, mungkin berjarak dua senti darinya, penuh gairah. Jihyo menelan ludah.
"Aku lebih suka tinggal". Bisik jungkook.
Lalu dia menutup jarak kecil diantara mereka, tubuhnya seperti guncangan keras dan hangat, dan bibirnya menemukan bibir jihyo.
Dan ciuman itu terasa dahsyat.

"Rileks". Ucapnya, dan jihyo menyadari pria itu berhenti mencium.
"Benar". Sahut jihyo, menjilat bibir. "Oke, aku berusaha. Silahkan. Cium lagi aku".
Jungkook menaikkan sebelah alis. "Kau yakin?".
"Ya. Kumohon tolong cium aku". Bagus. Sekarang dia memohon.
Mata jungkook kini setengah terpejam, mata hitam yang indah itu, dan dia memajukan tubuh, lengannya yang keras dan berotot menarik jihyo mendekat. Lalu bibirnya kembali menempel, kali ini lebih mendesak dan jihyo membalas ciumannya tapi jihyo tidak bisa bernafas.
Jungkook mendesah dan mundur. "Ada masalah apa, jihyo?".
"Aku tidak punya masalah". Sergah jihyo. "Mungkin kau yang punya masalah. Mungkin kau tidak seahli perkiraanmu dalam mencium. Atau aku khawatir kau akan membenci dirimu sendiri".

Jungkook menatap dalam. Jam berdetak, sial. Situasinya jadi kikuk.
"Sudah berapa pria yang tidur denganmu?". Tanya jungkook.
Ketahuan. "Hm, termasuk kau?" tanya jihyo, merasakan dadanya praktis terbakar rasa malu.
Kening jungkook berkerut membentuk ekspresi tidak percaya. "Kita tidak tidur bersama, hyo".
"Memang tidak, aku tahu. Kau benar. Tidak bisa dibantah". Jihyo memejamkan mata sejenak.
"Jadi, tanpa memasukkan aku, berapa orang?".
Jihyo mengangguk dan mengalihkan pandangan.
"Coba kuingat-ingat". Ucapnya. "Hmm...satu". Jantung jihyo seakan berkerut saking malunya.

Jungkook tidak berkedip untuk beberapa waktu.
"Satu?". Ucap pria itu.
"Yap".
"Kau hanya tidur dengan Taehyung?".
"Kau benar chief". Wajah jihyo cukup panas untuk menggoreng telur. Bukan berarti dia malu karena sesuatu. Kesucian itu hal bagus. Cerewet soal menentukan pilihan dalam hidup adalah kualitas hebat.
"Dengar". Kata jihyo, suaranya agak tajam. "Sejak Taehyung, aku tidak pernah bertemu orang yang...maksudku. Bukannya aku tidak——ada dua pria yang..." dia menghela napas dan memaksa diri untuk menatap jungkook yang menunggu. "Aku tidak mau tidur dengan seseorang hanya demi seks". Tandasnya.

Love choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang