bab 8

393 57 12
                                    








Waktu jihyo pulang kerumah malam itu, joy dan chanyeol masih terjaga.
"Bagaimana kencanmu, jihyo?" tanyanya sambil membawa sepiring kue brownies.
"Bukan kencan". Jawab jihyo sambil mengamati piring penuh kue yang joy buat tadi. Dia mengambil seiris, bukan karena lapar, melainkan karena joy membuatnya untuk jungkook. "Tapi senang rasanya bertemu dengan taehyung lagi".
"Brownies itu untuk chief jeon". Ucap joy, ada nada mencela dalam suaranya.
"Aku tahu, tapi kelihatannya lezat, aku tidak bisa menahan diri". Sahut jihyo.
"Biar kuambilkan segelas susu". Sambil menenangkan diri, joy berjalan ke lemari untuk mengambil gelas. Chanyeol juga berusaha mencuri brownies, tapi joy memukul tangannya. "Itu untuk jungkook! Bukan untukmu". Katanya. "Jihyo, apa kau mau lagi?".
"Apa benar kau akan pindah dari rumah?". Tanya chanyeol memandang jihyo.
"Yah. Benar oppa. Aku akan mencari tempat sendiri sampai...Yah". Sampai aku pulang, tadinya dia akan berbicara seperti itu.
Tapi, dia tidak pernah ingin tinggal di korea selamanya. Semua akan bertambah tua. Yeonjun akan kuliah dua tahun lagi, kakek dan nenek sudah tua meskipun semangat mereka masih seperti anak muda.
"Kau harus tinggal bersama kami". Tukas chanyeol tegas.
"Dia wanita dewasa sayang". Timpal joy. "Dia boleh bertindak seperti yang dia inginkan dan bukankah kau dulu setuju jihyo pergi sampai ke jepang?".
"Lalu kenapa? waktu itu dia harus pergi! Hatinya patah. Maksudku bukan tinggal jauh dari rumah selamanya. Memangnya aku menyuruhnya melakukan itu? Tidak! Ini rumahnya".
"Oke, cukup oppa! Eonn! Jangan bertengkar lagi, siapa bilang aku akan pindah ke jepang, tidak! Aku akan pindah ke apartemen baru".
"Bagaimana ya? Gadis lajang sendirian ? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?".
Jihyo hanya memutar kedua bola matanya mendengar kekhawatiran kakaknya itu.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku oppa".
"Seharusnya kau Menikah! Jungkook!". Chanyeol berdecak-decak penuh kemenangan. "Istrinya kabur! Pasti di kesepian, kau bisa menikah dengannya".
"Entahlah, tapi dia bukan tipeku". Sahut jihyo enteng.
Menikah dengan jungkook. Yang benar saja.

**

"Aku tidak mengerti kenapa kalian gadis-gadis, minta diantar". Ayah jihyo berkata saat mereka masuk ketempat parkir.
"Karena kami memerlukan perlindunganmu dari pria-pria menjijikan tuan park". Jawab Nayeon. "Meskipun kalau anda mau menikah denganku, aku tidak akan merendahkan diri dengan datang ke malam menembak para lajang".
"Kumohon, Dad. Kami berdua akan merasa lebih tenang kalau kau ada. Dan, Nayeon, jangan pernah lagi merayu ayahku oke?".

Rencana mereka adalah mengajak Dad pergi untuk masuk ke dunia lajang, mereka ingin mencarikan pasangan untuk ayah mereka. Malam ini jihyo memilih rute yang lebih pribadi. Jadi dipilihlah malam menembak para lajang, dan ini juga kesempatan untuk nya, siapa tahu dia juga akan menemukan pria tampan dan baik hati yang wajahnya seperti Gong Yoo, mungkin atau Lee min hoo. Salah satu bolehlah. Atau dua-duanya. Kenapa tidak? Seorang gadis boleh bermimpi bukan?.

Terkait aspek senjata malam itu, tidak banyak kegiatan untuk para lajang disekitar sini.
"Pasang wajah bermain teman-teman". Ucap Nayeon setelah mereka turun dari mobil. Dad menggerutu, tapi mengikutinya kedalam sambil melepas topi dan menyugar rambutnya.
"Daddy, jangan lupa bicara kalau didekat wanita". Kata jihyo. "Bersikaplah yang sopan".
Dad menahan pintu Zippy's Gun & Hunting, lalu melangkah kedalam. Orang berduyun-duyun masuk kedalam tempat ini, pikir jihyo. Banyak orang yang sudah lumayan dewasa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang