Perpustakaan umum di The hill tutup pada Sabtu malam, tapi jihyo memiliki kodenya. Mungkin jungkook juga, tapi pria itu tidak beranjak dan membiarkan jihyo mengetikkan kode.
Ada suasana magis berada di perpustakaan bila tidak ada orang lain, pikir jihyo saat mereka melewati ruangan-ruangan gelap menuju bagian anak-anak.Namun jihyo merasa aman kala tangan Jungkook menggandengnya sementara hujan menerpa atap. Bergandengan tangan untuk pertama kali. Lucu, guncangan manis dari tindakan yang begitu sederhana.
"Jadi, sudah selesai ya?" tanya jungkook sementara jihyo membuka pintu belakang menuju halaman tertutup.
"Sudah beres. Upacara peresmiannya rabu malam". Jihyo berhenti sejenak. "Mungkin kau bisa datang".
"Semoga saja". Sahut Jungkook.
Jawaban Jungkook meskipun samar, tetap membuat pipi jihyo memerah . "Nah, ini dia. Silahkan melihat-lihat".Halaman tertutup itu bisa dibilang tantangan, karena ruangannya sangat kecil. Disana ada sebuah bangku dan petak bunga geranium merah yang cukup menarik.
Sekarang, saat jungkook mengamati hasil kerjanya, jihyo merasakan kehangatan dan rasa bangga.
Jungkook berdiri disana sekarang. "Dr. Seuss ya?". Ucapnya, rambutnya jadi lebih gelap akibat gerimis. "Kenapa dia?".
"Karena dia penulis buku terhebat anak-anak, patungnya pantas dipajang disini".
"Favorit ku dulu buku happy birthday ". kata Jungkook sambil menyingkirkan daun gugur di kaki patung tersebut. "Dulu ku baca setelah...."
"Setelah apa?". Tanya jihyo merapatkan sweeter.
Jungkook menoleh sekilas. "Setelah ayahku pergi". Jawabnya dan kembali menatap patung.Benar, sejak dulu jihyo tahu ayah Jungkook tidak ada, tapi pria itu tidak pernah Membicarakannya. Hatinya tersentak membayangkan Jungkook saat anak-anak melawan kesedihan yang pasti dia rasakan. "Berapa umurmu saat itu?" tanyanya.
Pria itu tidak menjawab. "Ini benar-benar indah, jihyo". Ujarnya setelah beberapa saat. "Anak-anak pasti suka".Sepertinya subjek tentang ayah Jungkook terlarang. "Terimakasih". Jihyo menghela napas.
Jungkook memandangnya serius. "Kau lapar?".
"Jelas". Jawab jihyo. "Mau ke paradise Bar?".
"Tidak". Tukas jungkook, kembali menggandeng tangan wanita itu lagi. "Bagaimana kalau kita piknik di dekat sini saja".Dua puluh menit kemudian mereka mendaki bukit, Jungkook membawa kantong coklat besar dengan tulisan Sunrise Bakery, serta selimut. Hujan diujung oktober telah mereda jadi gerimis, dan suasananya sangat romantis, piknik sabtu sore pada hari musim gugur yang dingin.
Jungkook menghamparkan selimut di lantai gudang, lalu mulai bekerja, mengambil kayu bakar membuat perapian.
"Lapar?".
"Kelaparan, beri aku makan Chief".
Jungkook tersenyum saat itu, hanya sedikit membuat hati jihyo meleleh, pria itu jarang tersenyum dan jihyo ingin mengubahnya.Angin berhembus keras di sekeliling mereka, sesekali menyebabkan asap membubung dari perapian. Mereka duduk di selimut dan melahap beberapa potong roti dan mayones lobak pedas, dua botol teh hangat dan beberapa buah-buahan juga kue-kue kering.
"Ini enak sekali" gumam jihyo saat menggigit sepotong biscuit choco chips. "Yujin seharusnya jadi chef internasional".
"Bukan dia yang membuat". Tukas jungkook.
Jihyo membelalak. "Masa? Oh! Apakah ini sumber bau Menggiurkan pada jam tiga pagi?".
Jungkook mengangguk malu-malu.
"Hebat, pria besar". Puji jihyo. "Aku harus memberitahu joy dan chanyeol rahasia pembuatan kue Chief jeon atau pahlawan perang ternyata pembuat kue tengah malam".
"Jangan coba-coba". Senyum jungkook hampir mengembang lagi.
"Kenapa? Warga kota pasti akan suka. Jangan sembunyikan keahliamu Chief jeon".
"Diamlah perempuan. Nikmati saja kuenya atau aku akan membuatmu berkeringat".Jihyo mematuhi, berusaha untuk tidak memikirkan pahanya dan efek yang didapat. Ketika dia membuka mata, jungkook menatapnya. Wajah pria itu serius, ada dua kerut diantara alis. Matanya tampak kelabu hari ini, senada dengan warna langit.
"Maaf, aku pernah mengataimu penggoda" ucapnya.
"Tidak kok".Jihyo jadi teringat saat jungkook memberinya ciuman yang sangat membuatnya terkejut, tak jauh dari tempat ini. "Itu sudah lama sekali, jungkook".
"Aku tahu, tapi aku terus memikirkannya beberapa kali selama bertahun-tahun". Jungkook menatap api. "Bukan saat-saat terbaik ku, aku mencium pacar sahabatku".
"Terimakasih". Bisik jihyo. Api meletup dan mendesis. Saatnya jihyo mengatakan atau tidak sama sekali. "Jungkook, apakah hubungan ini serius, atau hanya main-main saja".
![](https://img.wattpad.com/cover/303820549-288-k484750.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love choice (End)
Roman d'amourkegagalan Jihyo dalam menjalin sebuah hubungan, menjadikan sosok wanita cantik itu menjadi lebih waspada dan nyaris tak mau mengenal sosok pria kembali dalam hidupnya.. hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang kepala polisi tampan yang banyak ber...