bab 13

437 53 6
                                    








"Dasar pelacur cantik..". Bisik Nayeon besok malamnya, matanya diliputi kekaguman. "Kau tidur dengan si kepala polisi? Gila! Ayo, ceritakan semuanya. Berapa kali kau berorgasm——"
"Oke, oke, tenang sobat". Jihyo bersandar di kursinya di paradise Bar yang baru saja dibuka. Dia tidak bertemu jungkook sejak malam itu, meskipun mencium lagi aroma coklat pada pukul tiga tadi pagi. Tapi hari ini mobil jungkook tidak ada di markas polisi atau di parkiran apartemen, jadi dia pikir jungkook mengantar adiknya pulang ke kampus. Bukan berarti dia menguntit, dia hanya mengikuti Somi di twitter.

"Ceritakan setiap detailnya". Kata Nayeon. "Kau berhutang padaku. Temanku bercinta! Aku senang sekali!".
"Nayeon, bisakah kau pelankan suaramu sedikit? Begitu lebih baik".
"Tidak ada siapa-siapa disini, hyo".
"Adikmu bisa masuk kapan saja".
"Dia tidak masuk hitungan, benar kan Sana?".
"Benar". Sana muncul dari dapur. "Hai jihyo, senang kau bercinta".
"Terimakasih san. Dan terimakasih Nayeon, karena tidak memberitahu adikmu ada disini".
"Apa warna gaun yang harus kupilih untuk upacara pernikahan kalian?". Tanya Nayeon. "Kau jelas berhutang padaku untuk menjadi pendamping utamamu, karena taehyung menggagalkannya pada kesempatan pertama".
"Kau tahu? Jungkook..." jihyo menjeda ucapannya dan memandang sekeliling dan memelankan suara jadi bisikan. "Dia baru pria kedua yang tidur denganku. Jadi tolong jangan terburu-buru".
"Aku tahu dia yang kedua". Tukas Nayeon. "Itu salahku, aku menyesal membelikanmu mainan seks".
"Sst..sudahlah! Aku tidak mau adikmu tahu semua itu".
"Tapi itu benar". Sahut Nayeon meneguk kopinya. "Andai tidak ku belikan, kau pasti sudah bercinta lama sebelumnya. Lima tahun itu terlalu lama".
"Aku sependapat dengannya nay!". Seru sana.
"Kalian berdua ini tim yang kompak". Ah, sudahlah. Nayeon dan sana memang satu paket menyebalkan.
"Jadi bagaimana?". Tanya Nayeon.
"Aku hanya akan bercerita kalau kau tetap memelankan suara".
"Baiklah, ayo ceritakan". Bisik Nayeon.

Jihyo tersenyum. "Percintaannya...menakjubkan".
"Yes! Bagus! San, katanya menakjubkan". Teriak nayeon ke balik meja bar.
"Yuhuuu!". Teriak sana.
Nayeon mendesah senang. "Jadi, kalian akan bertunangan, kalian berkencan, atau ini percintaan sekali saja, takkan terulang, atau kalian teman tapi mesra saja".
Jihyo menghela napas. "Entahlah, kami jelas tidak bertunangan".
Nayeon menatap jihyo penuh arti. "Kau jatuh cinta?"
"Tidak". Elak jihyo.
"Hey, pasti kau jatuh cinta. Aku mengenalmu. Kau tidak akan bercinta dengannya kalau tidak ada rasa".
"Tidak. Dia..maksudku, dia...Bisa saja terjadi, kurasa". Wajah jihyo jadi panas lagi. "Dengar, itu ayahku. Tolong jangan goda ayahku atau memberitahunya aku bercinta dengan jungkook, aku takut asam lambungnya kambuh".
"Wah, chanyeol juga datang". Kagum nayeon.
"Jangan jahat nay. Dia milik joy".
"Mereka datang terlalu cepat ya?". Tanya sana memandang dari pintu dapur. "Biasanya aku tidak melihat chanyeol sebelum pukul tujuh".
"Kalian keluarga park sangat menggemaskan". Celetuk Nayeon.

Malam setelah pesta, jungkook meyakinkan kakek nenek nya hingga mereka berbaikan dan kembali harmonis seperti biasa. Dan yang paling penting si leena wanita iblis itu pergi dan tak kembali lagi setelah jihyo mengusirnya malam itu. Akhirnya Seojoon terlepas dari wanita pengeret harta itu.
Jihyo sangat lega.
"Oppa!". Seru jihyo menghampiri meja dimana chanyeol duduk.
"Jangan kira aku tidak mendengarmu pergi bersama jungkook".
"Dia mengantar ku pulang". Tukas jihyo, merasakan wajahnya praktis merah padam karena malu.
"Seperti itukah kalian, bersembunyi-sembunyi meninggalkan pesta?". Chanyeol menoyor kepala jihyo. "Jadi, apakah ada cinta diantara kalian semenjak jungkook mengantarmu pulang hmm?".
Jihyo tak dapat menahan senyum, teringat malam itu.
"Astaga". Sergah Chanyeol. "Aku menyesal sudah bertanya". Dia berjalan kembali ke meja.

Jihyo mengambil kesempatan untuk pergi ke toilet. Pipinya merah, dia kelihatan sedikit...melamun. Mungkin jungkook akan berkunjung malam ini dan mereka bisa bercinta habis-habisan, karena menurut postingan Somi di twitter, pria itu akan mengantarnya.
Pintu toilet terbuka, dan rose keluar.
"Oh, hai". Sapa jihyo, cepat-cepat membuka kran air. Dia tak ingin rose berpikir dia hanya masuk untuk menatap bayangannya sendiri dicermin.
Dan uh sial, rose bekas pacar jungkook. Apakah itu sesuatu penting?
"Hai". Rose juga membasuh tangan.
"Apa kabar". Tanya jihyo.
"Baik, kau?".
"Baik".
Setelah itu rose mengulurkan tangan melewati jihyo dan menyambar beberapa lembar tisu, gerakannya begitu kasar sehingga jihyo benar-benar membungkuk. "Astaga, jihyo". Ucap rose sambil memutar bola mata. "Kau pikir aku mau menamparmu ya?"
"Tidak. Bukan, aku hanya.."
"Terserahlah. Bye.."
Rose pergi, sejak dulu wanita itu memang tidak menyukai jihyo. Entah kenapa.

Love choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang