bab 15

422 53 10
                                    












Jungkook tidak berharap akan bertemu taehyung ketika dirinya dan jihyo pergi bersantap malam dirumah keluarga park.
Dia sudah agak cemas dengan urusan keluarga ini. Dia pernah makan malam dengan keluarga park satu atau dua kali sejak bertahun-tahun lalu, namun tidak pernah bisa menyingkirkan perasaannya semasa kanak-kanak. Rumah besar di The Hill, tempat terlarang kecuali bila pintunya terbuka untuk kalangan yang kelas sosialnya lebih rendah. Pemandangan Taehyung disana, bersikap seperti menantu, memperburuk perasaannya.

"Hei". Ucap jungkook kaku saat taehyung menyambutnya dengan tepukan di bahu.
"Senang bertemu denganmu, sobat". Sapa taehyung. "Mau segelas anggur?". Dia tidak menunggu jawaban hanya menggeleng menjauh.
"Ups, nyonya choi memanggilku". Ucap jihyo dan menyelinap pergi. Pengurus rumah tangga itu memberi jungkook tatapan menusuk, lalu mundur kembali ke dapur.

Dalam situasi normal, jungkook sangat menyukai keluarga park. Tapi sekarang sebagai...apalah...jadi jauh lebih kikuk.  Chanyeol memberinya tatapan kecewa, lalu kembali menatap bir, soobin dan yeonjun bertengkar di dekat kursi jendela.
Taehyung kembali memberi jungkook segelas anggur, tampak senyaman seperti di rumahnya sendiri. Kenyataan bahwa dia dulu meninggalkan jihyo di altar sepertinya sudah dimaafkan. Jungkook menegur diri sendiri dalam hati, pasangan kim tinggal di Amerika saat ini dan keluarga park yang paling bisa taehyung anggap sebagai keluarga.

"Hai jungkook". Sapa joy saat muncul dari dapur. Suaranya kurang lebih seramah biasanya.
"Hai". Sahut jungkook. "Apa kabar?".
"Kudengar kau bercinta dengan adikku". Ucap wanita itu.
"Eh...benar dia sendiri yang menjawab".
"Ayah mertuaku siap membunuhmu. Berhati-hatilah". Joy menghampiri seojoon dan tersenyum pada jungkook. Seojoon memandang sekilas pada jungkook dan memberinya anggukan tegas. Dan jungkook rasa pergi ke dapur lebih baik.
Kau pasti mengira empat penempatan di dinas militer sudah menguatkan jungkook untuk menghadapi hal sperti itu. Rupanya tidak. "Hai" bisik pria itu.
"Nyonya choi, ini ada jungkook". Ucap jihyo bergerak kesamping jungkook.
"Selamat malam Chief jeon". Sapa nyonya choi. "Apa yang kaulakukan di dapurku?".
"Dia datang untuk makan malam". Jihyo melingkarkan tangan ke pinggang jungkook, keharumannya yang menyenangkan terhirup oleh pria itu. "Dia kekasihku".
Kekasih ya? Kedengarannya cukup...menyenangkan, dalam hati jungkook tersenyum mendengar pengakuan jihyo.
"Wah, kakek dan nenek datang!" ucap jihyo meninggalkan jungkook lagi.

Beberapa saat kemudian, yang terasa sangat lama, keluarga park, taehyung, dan jungkook mengelilingi meja makan. Kakek dan nenek jihyo, ayah jihyo, joy, chanyeol, soobin, yeonjun. Serta jihyo, diapit dirinya dan taehyung.
Jungkook memandang arlojinya sekilas, bertanya-tanya berapa lama mereka harus tinggal.
"Jungkook, sebenarnya apa niatmu terhadap putriku?". Tanya seojoon tiba-tiba.
"Daddy...". Kesah jihyo. "Sudahlah, kita sudah membicarakannya".
"Jadi?" seojoon menatap penuh harap . "kurasa aku berhak mengetahui rencanamu. Jihyo anak perempuanku satu-satunya".
"Aku bermaksud mengencaninya, tuan". Sahut jungkook.
"Apapun itu artinya sekarang". Gumam seojoon.
"Artinya seks". Imbuh yeonjun, membuatnya disikut sang ibu. "Apa?" sergahnya. "Eomma dan Appa juga sering melakukannya kan?".
"Yeonjun! Jaga bicaramu". Ucap joy melotot pada anak itu.
"Ya, jihyo. Semoga hubungan kalian berjalan lancar, aku mendukungmu tentu saja". Ucap nenek jihyo riang.
"Terima kasih nanny...aku mencintaimu".
Suasana hening untuk beberapa saat.
"Baiklah...maafkan aku jungkook, aku hanya ingin putriku bahagia dan aku menginginkan yang terbaik untuknya".
"Aku mengerti tuan park". Jawab jungkook menganggukan kepalanya mantap.

Mereka akhirnya bisa pergi setelah beberapa waktu kemudian, melihat taehyung mencium jihyo dengan antusias di masing-masing pipi dan memeluknya. Jungkook benar-benar berpikir untuk meninjunya. Tapi ada yang aneh dengan jihyo,wanita itu terlihat lebih pucat.
Bulan purnama mengubah pantulan kolam jadi biru dan putih, membentuk bayangan lebar pada rumah dan pepohonan. "terimakasih sudah mengajakku malam ini". Ucap jungkook sambil memegangi pintu mobil untuk wanita itu.
"Oh, tentu". Sahut jihyo. "Terimakasih kembali. Maaf kalau...berlebihan".
"Menyenangkan kok". Dusta jungkook. "Tadi kau senang?".
"Pasti".

Love choice (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang