kegagalan Jihyo dalam menjalin sebuah hubungan, menjadikan sosok wanita cantik itu menjadi lebih waspada dan nyaris tak mau mengenal sosok pria kembali dalam hidupnya..
hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang kepala polisi tampan yang banyak ber...
Jungkook paham jihyo bisa menangis lama sekali. Dia berpikir mungkin ini saatnya memberi obat penenang. Sayangnya, dia tidak punya. Dia membimbing jihyo menyeberangi koridor untuk pergi ke apartemen miliknya, kerena jujur saja dia tidak tahu sama sekali apa yang harus dilakukan kepada wanita yang terisak-isak, dan berada di wilayahnya sendiri bisa sedikit membantu. Dia punya sekotak tisu dan mendudukkan jihyo di sofa, disana wanita itu terus menangis membenamkan wajah di leher anjingnya.
Hal itu seperti pecahan meriam bagi hati jungkook, teringat momen lain saat ia tak bisa berbuat apa-apa pada hari pernikahan dulu. "Mau ku ambilkan makanan?" tanyanya sambil meletakkan sekotak tisu. Jihyo menggeleng. "Bir? Anggur? Wiski, mungkin?" Gelengan lagi. Jihyo menyambar tisu, membersihkan wajah dan hidungnya yang berair dan terus menangis.
Jungkook menepuk-nepuk bahu jihyo dengan kikuk, dan wanita itu mencium tangannya lagi. Bam meletakkan kaki depan di kaki jungkook dan menjilat tangan pria itu juga, lalu meletakkan moncong di pangkuan jihyo. Mandi. Wanita suka mandi kan? Mandilah jawabannya. Lagipula dia bisa menjauh dari tangis barang sebentar, karena tangis membuat Hatinya sakit. Kamar mandinya sangat besar dan tak terlalu berguna. Jungkook memutar keran, memeriksa temperatur. Kemudian dia masuk ke kamar mandi adiknya dan mengambil benda yang diperlukan, sabun cair vanilla almond, jihyo butuh sesuatu untuk membuat aromanya lebih menggiurkan.
Jungkook kembali ke kamar mandinya sendiri, lalu menuang sekitar setengah isi botol. Dia pergi memeriksa keadaan jihyo yang sekarang sedang memeluk bantal di perut. "Ayo jihyo, sepertinya mandi lebih baik untuk wanita yang bersedih". Wanita itu mendongak memandangnya, mengingatkannya pada gadis kecil superimut dikelas enam, membuat hati jungkook bergetar. "Jungkook". Jihyo mulai bicara Untuk memprotes. "Jangan bicara". Ucap pria itu.
Jungkook menuntun jihyo menuju kamar mandi, membuka satu persatu pakaian yang menempel di tubuh indahnya. Setengah jam kemudian isak jihyo berhenti, meskipun air matanya tetap tumpah, mengilapkan bulu matanya. Dia kelihatan seperti seorang dewi dimasa lalu, dengan rambut di gelung keatas memperlihatkan leher jenjangnya yang tertutup busa. Dia menerima gelas anggur yang di desakkan jungkook ke tangannya dan meneguk cukup banyak. Bam duduk dengan dagu bertopang di pinggir bathtub.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jungkook duduk di bangku kecil penopang kaki, mengawasi jihyo yang berendam sambil memejamkan mata. Air mata itu membuatnya ingin memukul orang. Dia ingin pergi kerumah keluarga park, menggedor pintu lalu mencengkram kemeja seojoon dan mengguncang-guncang tubuhnya. Bisa-bisanya selama bertahun-tahun jihyo berpikir kecelakaan itu kesalahannya? Ayah macam apa yang membiarkan anaknya yang berumur enam belas tahun berpikir bahwa dia bertanggung jawab atas kecelakaan mobil fatal?
Jungkook memberinya selembar tisu lagi. Tampaknya inilah tugas jungkook malam ini. Jihyo memberinya senyum sedih. "Kau baik sekali malam ini, tuan polisi". Suara jihyo bergetar. Lantas ia terkekeh. "Bagus". Jungkook menghela napas. "Sesungguhnya, aku tidak tahu sama sekali apa yang harus kulakukan". Entah mengapa ucapan tersebut memicu senyum, diikuti derai airmata baru. "Yah, kau baik. Rasa terimakasih ku untuk semua yang telah kau lakukan tidak akan pernah cukup". Jihyo hampir terisak lagi, tapi sebaliknya dia pulih, dan kembali meneguk anggur.