3. RASA PENASARAN

33 41 14
                                    

HAPPY READING!

••••

Suasana pagi ini terlihat sangat mencekam, mengingat langit yang berubah menjadi hitam dan matahari yang tidak muncul di setiap pagi hari biasanya. Mungkin matahari sedang dalam mode malas muncul untuk menyinari bumi. Saat ini gadis bernama belvanya itu sedang duduk lesehan di bangku halte guna menunggu bus yang dua hari ini selalu mengantarkan dia sekolah. Ia menghembuskan nafasnya lelah, sudah 30 menit dia duduk disini namun tak ada satupun bus yang datang menghampirinya. Jam kini sudah mau mendekati pukul 07:00 yang artinya sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi. Dengan hati yang terpaksa, akhirnya belva memutuskan untuk berangkat sekolah dengan berlari agar tidak kehujanan. Ia sangat menyesal, tadi ia sempat menolak papahnya untuk berangkat bersama. Namun siapa yang mengira jika cuaca hari ini terlihat ingin hujan. Lagi pula semuanya sudah terjadi, toh jika ia menyalahkan dirinya juga cuaca tidak akan kembali seperti semula lagi.

Dengan hitungan ketiga ia langsung mengicir lari melewati langit langit hitam di atas. Ia terus berlari tanpa berhenti, hingga membutuhkan waktu 20 menit ia akhirnya sampai pada gerbang sekolah yang berada didepannya saat ini. Ia membungkukkan tubuhnya dengan tangan yang menumpu pada lutut kakinya, kini nafasnya tersenggal senggal akibat ia berlari sangat kencang tadi. Ia menormalkan nafasnya dulu sebelum memasuki gerbang sekolah.

Setelah menormalkan degup jantungnya yang berdetak lebih cepat akibat tadi, ia akhirnya melangkah kan kakinya untuk masuk ke gerbang sekolah. Saat di depan gerbang, matanya melirik kasana kemari guna melihat halaman sekolah dari luar. Sepi, itulah gambaran untuk lingkungan sekolah saat ini. Kening belva berkerut saat ia tak melihat siapa pun di sekolahnya. Aneh.

Saat sudah membuka gerbang, saat ini belva berada di halaman sekolahnya yang tak jauh dari pos satpam penjaga sekolah.

Namun saat ia di pos tersebut, hasilnya nihil, ia tak menemukan satpam tersebut. Tak ingin memikirkan hal itu, belva pun dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kelasnya berada. Ia melewati koridor sekolah yang nampak sepi tak berpenghuni.

"Kemana semua orang disini?" Monolognya pada diri sendiri. Sesekali ia menengok kelas yang ia lewati, aneh, ia melihat banyak tas murid sama sepertinya dikelas namun ia tak melihat satupun murid dikelas itu.

"Pada kemana sih"

Tak ingin memikirkan hal apapun, ia dengan melesat pergi ke kelasnya yang berada dilantai tiga atas. Namun saat sampai dikelasnya, dirinya sangat terkejut saat melihat banyak gerombolan siswa guru dan juga beberapa polisi sedang berkerumun di salah satu ruangan kelas. Dengan rasa penasaran, ia pun mendekati kerumunan tersebut.

Ia mendesak-desak saat berada dikerumunan itu. Hingga akhirnya ia sampai pada tempat paling pertama. "Ini ada apa?" Tanya belva pada salah satu murid cewek yang berada disampingnya. Cewek itu pun melirik kearah belva, "Oh itu, ada murid cewek yang tewas akibat bunuh diri. Aku gak tau kronologi awal kejadian tersebut, tapi kata orang orang dia dibunuh gara gara depresi" Jelas cewek bernametag Savella itu.

Belva yang mendengar itu pun kaget. "Bunuh diri?" Gumamnya pelan.

Ia tak menyangka jika sekolah ini ada kasus seperti itu. Dirinya merasa ada yang tidak beres dengan ini semua, namun ia tepiskan pikiran itu. Ia pikir penjagaan disekolah ini sangat ketat, namun feeling nya salah. Buktinya ada murid ditewas karena bunuh diri, Mengerikan? Oh tentu saja tidak bagi belvanya.

Ia melihat mayat tersebut sedang dibersihkan dan dibungkus oleh plastik khusus mayat. Ia ingin mendekati mayat tersebut guna melihat wajahnya lebih dekat. Namun saat baru beberapa langkah ia mendekat, tiba tiba polisi yang berada disitu pun mencegah belva.

Stalker Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang