4. Dipersatukan oleh Tugas

29 11 1
                                    

Luka raga tak semenyakitkan luka hati

***

"Cha, lo dari mana sih, enggak biasanya lo telat kaya begini."

"Gue enggak apa-apa, Ta." Icha mengambil buku pelajaran akuntansi miliknya.

"Oke berhubung semua sudah dapat kelompok kecuali Damar dan Icha, jadi kalian ibu jadikan dalam satu kelompok ya."

Icha yang mendengar itu langsung terbelalak, ia menatap Meta dan Bu Gina bergantian.

"Bu, maaf, apa enggak bisa sama yang lain aja?" Icha memastikan.

"Tidak ada Icha, semua anak disini sudah dapat kelompoknya masing-masing, hanya tinggal kamu dan Damar saja yang belum."

"Kalau begitu apa bisa saya kerjakan saja sendiri, enggak perlu berkelompok?" Icha masih berusaha menolaknya.

"Icha! Ini pekerjaan kelompok bukan mandiri, mau tidak mau kamu harus satu kelompok dengan Damar, cuma dia yang belum berkelompok."

"Baik, Bu."

Dengan pasrah Icha menyerah, ia harus rela berurusan lagi dengan Damar, masa lalu yang sebenarnya ingin sekali ia lupakan, tapi alam tidak pernah mengizinkan itu terjadi.

"Ya ampun Cha, enak banget lo bisa sekelompok sama Damar, bisa berduaan mulu deh," ucap Meta berbisik.

"Kalau lo mau tuker kelompok sama gue enggak apa-apa, Ta."

"Enggak ah Cha, gue takut enggak konsen kalau satu kelompok sama prince charming. Jagain dia buat gue ya, Cha." Meta menampakkan dereten giginya yang berbehel.

Bu Gina menjelaskan apa saja yang harus mereka lakukan untuk tugas kelompok itu, menyusun laporan keuangan sampai menemukan hasil laba rugi dalam suatu perusahan yang juga sudah diberikan Bu Gina.

Icha dan Damar mendapatkan perusahaan dagang, transaksi harian yang terjadi selama sebulan dalam perusahaan itu juga sudah diberikan Bu Gina, mereka tinggal mengerjakan saja dan diserahkan kembali saat pertemuan berikutnya 3 hari yang akan datang.

"Oke, sudah jelas semua apa yang harus dikerjakan?" tanya Bu Gina.

"Sudah, Bu."

"Baik jangan lupa kumpulkan tugas kalian nanti saat pertemuan berikutnya dan ibu harap kalian bisa bekerjasama dengan baik. Permisi, selamat siang." Pelajaran usai bertepatan dengan bel istirahat.

"Cha, kantin yuk, lapar banget nih, ngebul otak gue." Meta merapikan bukunya.

"Duluan deh, nanti gue nyusul, gue ke toilet dulu."

"Oh yaudah, gue duluan ya." Meta berlalu meninggalkannya.

"Cha, nanti ngerjain tugasnya di rumah gue aja ya." Damar datang menghampiri.

"Gue kerjain aja sendiri dan lo enggak perlu khawatir nama lo tetap ada kok di sampul judul nanti," ucap Icha tanpa menoleh.

"Enggak bisa gitu dong, ini kan tugas kelompok bukan pribadi, pokoknya nanti ngerjain di rumah gue titik, atau lo mau gue laporin ke Bu Gina?" Damar mengancam.

Icha yang tidak bisa menolak akhirnya memilih diam dan meninggalkan Damar di mejanya.

Icha pergi ke UKS sekolah. Ia masuk ke UKS tak ada guru jaga ataupun siswa yang jaga disana. Ia menuju lemari P3K mengambil beberapa obat luka dan plaster, dibukanya cardigan hitam rajut yang sejak tadi terpaksa ia kenakan.

Lengannya terluka dibagian siku kiri, goresannya cukup lebar karena gesekan dengan aspal. Saat berangkat sekolah tadi tak sengaja Icha terserempet motor lewat, seorang bapak-bapak dengan anaknya, sepertinya bapak itu ingin mengantarkan anaknya sekolah dengan mempercepat laju kendaraan, sayangnya justru mengenai Icha yang sedang berjalan di trotoar. Akibat insiden itu membuat jalanan macet, banyak warga yang membantu bapak itu dan anaknya, tapi Icha memilih menarik diri dan mengobati lukanya nanti.

Mengejar Cintamu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang