7. Pengakuan Damar 2

20 7 1
                                    

Kebersamaan ini akan hancur hanya karena sebuah kebohongan

***

Kedekatan Damar dan Icha semakin terlihat akrab, bahkan hampir tiap hari mereka bersama, bahkan tak jarang Damar beberapa kali terlihat mengantarkan Icha pulang.

"Gue cabut dulu ya, biasa nganter Icha pulang dulu." Pamit Damar pada teman-temannya.

"Dam, jangan lupa sama misi kita ya, waktu lo tinggal besok loh. Lo enggak lagi terbawa perasaan lo ke Icha kan?" Jimi mengingatkan.

"Tenang aja, gue enggak akan lupa kok, gue bakalan nembak Icha hari ini. Doain gue ya, supaya gue menang dari kalian semua." Damar tertawa bahagia, karena bayangannya saat ini ia akan mendapatkan Icha dan memenangkan pertaruhan mereka.

"Buktiin aja dulu baru lo bersuara."

"Kita lihat aja nanti, persiapkan diri kalian buat menerima kekalahan ya." Damar melambaikan tangan dan berlalu meninggalkan ke tiga temannya.

Dengan sabar Damar menunggu Icha di pos jaga seperti biasa, sesekali ia juga menoleh menunggu kedatangannya, tak lama Icha muncul bersama temannya.

"Hei, Cha."

"Damar, ngapain lo disini?"

"Cha gue duluan ya, daaa." Teman Icha yang bersamanya tadi lebih dulu pergi.

"Eh iya, Sa. Hati-hati ya," ucap Icha pada temannya.

"Gue anter lo pulang ya," ucap Damar.

"Enggak usah, Dam. Gue bisa naik angkot kok."

"Jangan gitu lah, masa gue udah nungguin lo begini malah lo tolak sih. Gue anter lo pulang ya." Sekali lagi Damar meminta.

"Oke deh kalau lo maksa."

"Nah gitu dong, ayo naik."

Icha menuruti dan naik ke motor Damar.

Sepanjang jalan Damar dan Icha saling diam. Damar sedang menyusun rencana bagaimana cara ia menyatakan cinta pada Icha dan harus diterima, serta mengirimkan bukti bahwa mereka memang sudah jadian pada teman-tamannya.

"Loh Dam, kok kita berhenti disini sih?" tanya Icha bingung yang justru diajak Damar berhenti di pinggir taman.

"Ada yang mau gue omongin sama lo, sebentar aja. Tolong lo turun dulu."

Icha nurut, ia bersandar pada pagar pembatas taman dan menunggu Damar.

"Ada apa sih, Dam?"

"Emm, itu Cha, gue mau ngomong sesuatu sama lo."

"Yaudah ngomong aja, ada apa?"

"Begini Cha, walaupun kita baru deket beberapa minggu aja, gue rasanya nyaman sama lo. Sekiranya kalau lo jadi pacar gue gimana Cha, mau ya!"

"Loh kok gitu sih."

"Gitu gimana, Cha? Gue udah jujur loh sama lo. Lo mau ya jadi pacar gue. Jangan karena kita baru deket terus lo meragukan perasaan gue ke lo, Cha. Gue beneran sayang sama lo."

"Iya, ini lo lagi nembak gue apa lagi maksa gue?"

"Nembak lo buat jadi pacar gue, Cha."

"Tapi kok kayanya lo enggak nembak gue deh, malah gue dipaksa buat jadi pacar lo. Ini lo lagi ngasih pernyataan yang harus gue terima, bukan pertanyaan yang harus gue jawab."

"Masa sih, perasaan gue lagi nanya lo deh." Damar terlihat gugup.

"Memangnya masih harus ya kalau mau bersama mesti ada acara tembak menembak kaya gini? Bukannya dari sikap dan perhatian lo selama ini udah nunjukin semuanya."

Mengejar Cintamu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang