Terlihat tapi tak tersentuh, terasa tapi menyakitkan.
***
SMK Sejati akan ada pertandingan persahabatan antar sekolah. Kali ini Bayu dan Damar akan berada dalam satu tim, suka atau tidak suka Bayu akan menjadi penanggung jawab sekaligus pelatih timnya Damar.
Damar, Mail dan Ehsan diminta menghadap Bayu di ruangannya. Disana sudah ada kepala sekolah dan juga wali kelas mereka.
"Maaf, ada apa ya Pak, kami diminta datang kesini?" tanya Mail.
"Begini, Pak Kamil, kepala sekolah kita mendapatkan undangan persahabatan untuk pertandingan Basket, dan saya mendapatkan rekomendasi dari beliau bahwa kalian bertiga ini yang menjadi andalannya. Jadi saya meminta kalian untuk ikut bergabung bersama saya memenuhi undangan ini." Bayu menjelaskan.
"Nanti kita juga akan tes beberapa siswa lain untuk bisa menjadi cadangan."
"Iya, Bapak harap kalian bisa mewakili sekolah kita untuk ikut pertandingan itu dan membawa pulang piala dan piagam serta hadiah lainnya," harap Pak Kamil.
"Baik, Pak. Kami akan masuk grup basket dan ikut latihan sampai pertandingan dimulai."
"Oke kalau begitu, saya juga minta rekomendasi dari kalian, siapa saja kira-kira yang berpotensi bergabung bersama kita." Bayu bangun dari duduknya.
"Baik Pak, nanti saya akan list siapa saja yang bisa kami rekomendasikan," ucap Damar.
"Kalau begitu kami permisi dulu, Pak."
"Oke kalau begitu, sampai ketemu saat latihan nanti pulang sekolah."
Damar dan teman-temannya meninggalkan ruang guru, mereka bergegas ke kantin mengisi perut mereka.
***
Lapangan basket sudah dipenuhi beberapa orang yang memang sudah dikumpulkan oleh Bayu. Ia akan mencari beberapa siswa yang akan ditariknya bergabung ke dalam tim inti.
Sekolah memang mulai sepi, karena sebagian siswa sudah pulang. Ada juga siswa-siswi yang ingin mendukung tim sekolah mereka agar lebih bersemangat.
Terlihat Damar dan teman-temannya berlatih dengan keras, peluh membasahi mereka, suara sorak-sorak juga ramai memenuhi lapangan, berharap dukungan mereka tersampaikan pada para pemain.
"Oke kita istirahat dulu sebentar." Bayu memberikan isyarat dengan membunyikan pluit yang slalu ia kalungkan di leher.
Damar dan yang lain menepi, ia menatap sekeliling dan mendapati kebahagiaannya di sudut lapangan yang sepi. Icha, ia datang walaupun tak sendiri yang pastinya dengan Meta.
Ia ingin bergegas menghampirinya dengan perasaan senang, ternyata selama ini ia salah menilai Icha. Gadis itu peduli padanya, walaupun diam-diam tanpa berkata yang sejujurnya.
"Damar!" Damar yang merasa namanya dipanggil pun menoleh.
"Iya Jian, ada apa?"
Jian, gadis yang masih terus saja mengejar Damar tanpa menyerah. Kegigihannya patut di contoh.
"Enggak apa-apa, gue cuma mau ngasih minum sama handuk buat lo bersihin keringet lo itu." Jian menunjuk dahi Damar yang masih basah.
"Oh oke, terima kasih. Ada lagi?" tanya Damar.
"Itu aja sih," ucap Jian malu-malu.
"Oke kalau gitu gue pergi dulu, makasih buat ini semua." Damar mengangkat pemberian Jian.
"Damar!" Jian memanggilanya lagi.
"Apa lagi?" jawabnya Malas.
"Semangat ya, gue pasti selalu dukung lo kok." Jian mengepalkan kedua tangannya di depan dada.
"Oke makasih, gue pergi dulu ya." Kali ini Damar benar-benar meninggalkan Jian dan ingin segera menghampiri Icha.
Tapi sayang langkahnya terhenti. Terlihat Icha asik berbincang dengan Bayu. Si guru baru itu membuat lampu cemburu Damar menyala hebat. Yang tadinya ia pikir Icha datang untuknya sekarang justru mengecewakannya.
Dirinya terpaku, diam menatap pemandangan itu. Beberapa kali terlihat Icha tertawa, tapi itu justru menyayat hati Damar. Harusnya sejak dulu ia yang menciptakan tawa itu bukan malah justru menghilangkannya dengan sengaja.
Damar tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya saja ia melihat Icha memberikan bungkusan ke Bayu dan segera pergi. Damar terus memperhatikan Icha sampai hilang di sudut lorong dan kembali melihat Bayu yang juga ikut memperhatikan Icha.
Bayu kembali meniup pluit nya agar siswa yang lain kembali berlatih lagi. Semua berlatih dengan keras, mereka ingin bisa membawa piala untuk sekolah mereka tercinta.
Sekitar setengah jam kemudian latihan di hentikan. Bayu sedang menilai siapa saja kiranya yang akan ia masukkan ke dalam tim inti nantinya.
Satu persatu dari mereka meninggalkan lapangan, tinggallah Damar dan teman-temannya serta Bayu yang masih asik dengan papan penilaian miliknya.
"Saya mau bicara!" ucap Damar tanpa menyapa.
"Iya silakan, ada apa?" Bayu meletakkan papan nilainya dan berfokus pada Damar.
"Saya minta Bapak jangan terlalu dekat dengan siswi Bapak. Kalian hanya sebatas guru dan murid tolong jangan terlalu intens."
"Siswi siapa? Icha maksud kamu?" Bayu mencoba menelaah siapa yang dimaksud Damar.
"Loh memangnya ada masalah apa ya sama kamu?"
"Saya tidak suka, Bapak terlalu mengistimewakan dia, sedangkan siswa yang lain tidak. Apa kata mereka Pak, Bapak enggak malu jadi bahan gosip anak-anak satu sekolah. Guru olahraga genit sama siswinya."
Bayu tersenyum melihat ekspresi Damar yang menggebu-gebu saat menyudutkannya.
"Selama ini saya tidak mendengar ada gosip apapun tentang saya dan Icha. Kalaupun mereka mau bergosip itu jadi urusan mereka bukan urusan saya. Lagipula apa ada masalah sama kamu kalau saya memang dekat dengan Icha. Dia anak yang cukup baik dan menyenangkan."
"Saya hanya melindungi Icha dari hal-hal yang tidak baik, seperti Bapak."
"Kamu sebenarnya berkata seperti ini karena cemburu, bukan? Kamu tidak suka saya dan Icha berteman dekat. Toh siapa saja boleh saling mengenal dan berteman."
"Apalagi saling mencintai," bisik Bayu tepat di telinga Damar, hal itu membuat tubuh Damar menegang menahan emosi.
Bayu mengambil peralatannya lalu meninggalkan Damar dan teman-temannya di lapangan.
"Ah sialan! Apa sih mau nya itu guru." Damar kesal, sangat kesal.
"Pak Bayu kayanya suka deh sama Icha. Saingan lo sekarang Pak Bayu dong, Dam," ucap Mail.
"Cabut!"
***
"Cha kayanya lo cocok deh sama Pak Bayu." Meta berbisik di halte saat mereka menunggu angkot untuk pulang.
"Apa sih, Ta."
"Serius, Cha. Lagian juga kayanya doi suka deh sama lo. Lihat aja caranya dia memperlakukan lo, beda tahu sama yang lain."
"Lo jangan berkesimpulan sendiri. Nanti kalau ada yang denger bisa salah paham. Lagian enggak mungkin lah gue sama guru."
"Kenapa enggak mungkin, itu buktinya Inggit sama Pak Arya si dosen akhirnya menikah, hidup bahagia." Meta menyebutkan salah satu web series yang sedang di tontonnya my lecturer my husband.
"Yeyy! Mereka kan cuma ada di film, sedangkan gue kan nyata, skenario hidup gue juga buatan tangan Allah bukan buatan tangan manusia."
"Ya diambil contoh baiknya aja, Cha. Lagian Pak Bayu juga kan baik selama ini sama lo."
"Iya dia emang baik, tapi bukan berarti gue harus jadian sama dia juga kan, Ta. Udah deh lo makin sore makin ngaco. Enggak jelas."
"Ish Icha mah dikasih tahu susah banget."
Icha enggan menanggapi pikiran bodoh temannya, kalau dilanjutkan bisa panjang urusan.
***
Senin, 27 Juni 2022
Terima kasih yang masih setia membaca kelanjutan cerita ini 🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cintamu Lagi
Teen FictionDamar yang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Icha, gadis yang dulu pernah disakitinya. Damar terjebak oleh perasaan cintanya pada Icha yang sudah terlanjur sakit hati bertahun-tahun