3. Masih hal yang sama

50 10 2
                                    

Walau hanya kekesalan yang terlihat, tapi aku bahagia

***

Damar terbangun dari tidurnya, ia masih mengenakan seragam dan belum berganti pakaian semalaman. Pintu kamar sejak semalam di gedor orangtuanya juga tidak dibuka, saat di intip dari jendela si pemilik sudah terlelap, seperti orang pingsan.

"Ya ampun jam berapa ini?" Damar melihat jam di dinding sudah setengah tujuh lewat, ia pun belum mandi dan sarapan.

"Kesiangan deh gue." Damar bergegas masuk ke kamar mandi untuk merapikan diri. Tapi saat ia menatap dirinya sendiri di cermin dan masih mengenakan seragam lengkap walupun terlihat lusuh karena di pakai tidur, akhirnya ia memiliki ide gila.

"Ah! mending gue enggak usah mandi aja sekalian, tinggal gosok gigi sama cuci muka aja juga enggak ada yang tahu kalau gue enggak mandi. Lumayan kan gue masih pakai seragam gak perlu ganti tinggal rapiin aja deh."

Damar benar-benar melakukan ide gila itu, ia menggosok gigi dan cuci muka, tak lupa ia merapikan seragam yang di kenakan dan jangan sampai tertinggal, semprotan parfum untuk menyamarkan aroma-aroma tak sedap dari tubuhnya.

Setelah selesai ia meraih tas ransel dan juga kunci motor miliknya, berlari ke luar kamar, karena saat melirik jam sudah jam tujuh kurang sepuluh.

"Ma! Aku jalan dulu. Assalamualaikum."

"Damar kamu enggak sarapan dulu, Nak?"

"Enggak sempet, Ma."

"Wa'alaikumsalam."

Dengan kecepatan 70km/jam ia menarik gas supaya cepat sampai. Biasanya jarak dari rumahnya ke sekolah hanya sekitar 10 menit kurang lebih. Berhubung sekarang sepertinya alam sedang tidak berpihak padanya ia justru terjebak macet di jalan. Kata pejalan kaki ada kecelakaan di depan sana. Damar berkali-kali membunyikan klakson supaya bisa bergerak, tapi usahanya sia-sia, jalanan tidak bergerak sama sekali sampai 5 menit lamanya.

"Duh sial banget, telat deh gue! Woy cepetan dong, udah siang nih!"

Damar lagi-lagi membunyikan klakson motor. Ada pengendara lain yang menoleh padanya dengan wajah kesal.

"Sabar dong woy! Lo pikir yang punya urusan lo doang!" ucap si pengendara itu.

"Ah sial." Ia melirik jam di tangannya jam tujuh lewat 2 menit. Memang sekolah memberikan toleransi keterlambatan 10 menit, tapi dengan kondisi seperti ini ia tidak yakin akan sampai tepat waktu.

Perlahan laju kendaraan didepannya mulai maju, Damar pun mulai melaju juga, ia tak mengizinkan kalau sampai ada motor lain yang menyalip dirinya.

Sampailah akhirnya ia di depan gerbang sekolah, sayangnya satpam sekolah sudah mulai mendorong-dorong gerbang yang sudah hampir tertutup.

"Pak, tunggu Pak!"

Supri, nama satpam tersebut menoleh padanya. Ia menunjuk jam yang memang sengaja di pasang di luar pos satpam. Pandangan Damar mengikuti arah yang di tunjuk Pak Supri. 07:12 sudah lewat 2 menit dari batas toleransi.

"Yah pak, please, pak. Ayo lah pak."

"Maaf mas, aturan tetap aturan. Silakan tunggu guru piket datang ya."

"Pak! tolong bukain, Pak. Hah..hah..hah." Dengan nafas tersengal ada gadis yang juga terlambat tiba ke sekolah, Icha.

"Maaf, Neng. Silakan tunggu sama mas nya disana sampai guru piket datang ya."

Icha melihat siapa yang akan jadi teman masa hukumannya. Dengan tatapan dingin ia menghampirinya tanpa berkata.

"Telat juga, Cha," ucap Damar mencairkan suasana. Tapi yang diajak bicara tidak bersuara sedikitpun.

Mengejar Cintamu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang