6. Pengakuan Damar

19 6 2
                                    

Pengakuanku tentangmu, membuatku mengerti tak baik mempermainkan hati

***

Damar, Mail dan Ehsan sedang asik bermalas-malasan di kamar Damar. Mereka memutuskan untuk nobar sepak bola nanti malam. Cemilan dan kopi sudah siap diatas karpet santai.

"Oke semua sudah lengkap, nyalain dong tv nya, sepi amat kaya kuburan." Mail mengambil bantal satu dan dipakai untuk alas dadanya.

"Iya sebentar, ini lagi gue cari remotnya, mana sih remotnya?" Damar membuka tutup laci meja, ia lupa dimana meletakkan remot itu.

"Dam, cerita dong, sebenarnya lo sama Icha ada apa sih, kok lo sampai segitunya sama dia?" Ehsan penasaran sekali, akhir-akhir ini selalu melihat Damar terus mencari perhatian Icha. Tidak biasa sahabatnya itu berlaku seperti itu terhadap perempuan.

"Iya Dam, ada apa sih, gue kepo banget nih." Mail juga penasaran, ia juga membantu mencarikan remot tv, tapi saat ia membuka laci meja disamping ranjang, tak sengaja ia menemukan sebingkai foto laki-laki dan perempuan dengan seragam putih biru.

"Dam, ini foto siapa? kok kayanya mirip sama Icha ya?" tanya Mail yang mengeluarkan bingkai itu agar terlihat lebih jelas.

"Mana-mana?" Ehsan yang penasaran juga ikut melihatnya.

"Lah iya, ini bukannya si Icha ya, Dam?" Ehsan meyakinkan.

"Sebenernya lo sama Icha ada apa sih?" tanya Mail sekali lagi.

Damar hanya diam, ia bingung dari mana ia harus memulai ceritanya.

"Ish, ditanya diem aja, gagu lo?" ucap Mail asal.

"Gue dulu sebenarnya ..."

***

Sekitar 2 tahun yang lalu. Siswa dengan status populer di kalangan sekolah menjadi idaman setiap anak di SMP Putra Bangsa. Bukan hanya diantara teman-teman tapi juga para guru, dengan status itu biasanya mereka akan sedikit terlihat istimewa diantara yang lainnya.

Damar, Andre, Jimi dan Randi merupakan anak laki-laki populer di sekolah itu. Semua terkagum-kagum padanya, bahkan tak sedikit yang rela melakukan apapun untuk bisa jadi salah satu dari mereka. Termasuk para siswi-siswi yang ingin menjadi pacar salah satu dari mereka. Terdengar konyol memang, mereka yang harusnya sibuk dengan persiapan ujian kelas 3 ini malah sibuk mengambil hati pria-pria yang katanya keren itu.

"Dam, diantara kita berempat cuma lo yang belum punya gebetan, jadi gimana nih?" tanya Andre sambil mengunyah kuaci.

"Iya Dam, kan kalau malam minggu enggak seru lo jalan sendiri kita bertiga pasangan." Randi menimpali.

"Santai aja sih, enggak usah panik nanti juga gue punya cewek kok."

"Alah dari dulu juga lo ngomongnya gitu, Dam. Atau jangan-jangan lo homo ya?" ucap Jimi asal.

"Sialan lo, ya enggak lah, biar begini juga gue masih doyan cewek kali."

"Mana? buktinya sampai sekarang lo masih aja sendiri."

"Yaudah gini aja, gimana kalau kita taruhan, kalau gue berhasil dapetin cewek dalam waktu satu bulan kalian harus traktir gue sampai kita lulus nanti, gimana?"

"Kelamaan sebulan, gimana kalau 2 minggu aja, kan katanya lo cowok paling populer di sekolah ini, ya enggak guys?" Andre minta pembelaan yang lain.

"Iya tuh, 2 minggu mah gampang buat lo dapetin cewek yang bisa cinta mati sama lo, hhmm gimana kalau kita yang tentuin siapa ceweknya, secara kan semua cewek di sekolah ini udah pasti mau kalau Damar yang nembak."

Mengejar Cintamu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang