8. Bersabarlah

21 6 2
                                    

Kekecewaan tak akan semudah itu hilang, mereka butuh waktu dan proses yang panjang

***

Icha masih berkutat dengan mangkok-mangkok bergambar ayam jago, ia susun tinggi dan di letakkannya diatas meja samping gerobak mie perjuangan ayah.

Ini hari minggu dan Icha memutuskan untuk menghabiskan waktu membantu ayah dan ibunya di warung.

"Cha, udah sana kamu kedalam saja dulu, warung juga masih sepi kok," Kamila meminta putrinya istirahat dulu.

"Iya Bu, nanti aku bantu kalau sudah ramai ya." Icha mengambil handphonenya yang iya charger di atas galon air.

Warung mie ayam monggo mampir ini memang ada di sebuah ruko kecil yang memang disediakan kamar oleh Pak Hadi agar anak dan istrinya bisa istirahat saat warung belum begitu ramai.

Icha membuka-buka instagram, scroll ke bawah melihat-lihat gambar-gambar orang yang ia ikuti ada nama Damar yang keluar di timeline sebagai saran teman, ia memang sengaja tidak follow akunnya Damar, tapi tak juga ngeblok akun itu. Cukup baginya bertemu setiap hari, jadi tak perlu lagi tahu kesehariannya diluar sana.

Ia ingin membuka akun itu tapi ragu, namun terkadang rasa penasarannya muncul juga.

"Ah sudahlah, kan cuma lihat tidak mengikuti." Icha membuka instagram milik Damar, sayangnya Icha harus kecewa, akun Damar ter private. Ia harus mengikutinya dulu untuk bisa membukanya.

"Selamat datang, silakan mau pesan apa, Mas?" terdengar suara ibu melayani pelanggannya. Icha berinisiatif keluar untuk membantu.

"Mie ayam satu sama teh manis anget satu ya, Bu."

"Baik Mas."

Ibu beralih ke belakang untuk membuatkan minum setelah memberi tahu pesannya ke ayah.

"Bu, biar Icha aja yang antar." Icha meraih nampan berisikan teh manis hangat pesanan pelanggan.

"Permisi, Mas. Ini minumnya."

"Makasih, Mba. Loh Icha, kok kamu ada disini?" ternyata itu Bayu yang datang.

"Eh Bapak, iya pak, ini warung mie ayam orangtua saya."

"Ya ampun, ternyata mie ayam enak ini punya orangtua kamu toh, saya enggak nyangka bisa ketemu kamu disini."

"Mas ini mie ayam nya," Pak Hadi datang mengantarkan pesanan Bayu.

"Iya Pak, makasih. Cha maaf boleh temani saya disini sambil ngobrol, nanti kalau ada pembeli lain kamu bisa pergi."

"Eh iya, Pak," ucap Icha sungkan.

"Enggak usah kaku gitu, kalau diluar sekolah gini kita teman kok, bukan guru dan murid, jadi enggak usah terlalu kaku gitu."

"Eh iya, Pak."

Mereka asik berbincang tanpa sadar menjadi perhatian ayah dan ibu Icha. Banyak yang mereka bicarakan dari masalah sekolah sampai impian dan masa depan mereka.

Mereka terlihat sangat akrab, bahkan beberapa kali Icha bisa tertawa lepas mendengar guyonan Bayu.

"Nah gitu dong, ketawa kan cantik jadinya."

"Ah apa sih, Pak." Wajah Icha bersemu.

"Pak pesan mie ayam 3 sama es tehnya juga 3 ya."

"Oke, Mas silakan duduk dulu."

Pelanggan baru datang, Icha dan Bayu masih asik dengan dunianya.

"Dam, ayo duduk, kenapa berhenti di tengah jalan sih." Damar menghalangi pintu masuk, matanya terfokus pada satu titik yang membuatnya sedikit tidak nyaman. Mail yang merasa langkahnya terhalang mendorong paksa Damar untuk lebih masuk ke dalam.

Ehsan yang mengikuti arah pandang Damar langsung menyikut lengan Mail. Mail yang pada dasarnya tak tahu malu dan apa adanya malah menghampiri Icha dan Bayu.

"Eh Pak Bayu, kok bisa ada disini?" tanya Mail langsung. Icha dan Bayu terkejut mendapati Mail ada disana, terlebih Icha, ia tahu pasti Damar juga ada disini.

"Iya, Il. Tadi Bapak abis olahraga mampir makan disini, enggak tahunya ini warung punya orangtuanya Icha."

"Oh gitu, sia-sia dong pak, masa abis olahraga makannya mie ayam."

"Sesekali enggak apa-apa kan, Il."

"Pak, kita gabung disini ya. Biar rame." Mail langsung saja duduk di samping Bayu.

"Dam, San sini lah cepetan duduk." Mail melambai agar teman-temannya segera duduk.

Icha merasa canggung harus duduk satu meja dengan Damar. Kali ini Icha lebih banyak diam dan menjawab seperlunya, sedangkan Damar masih terus memperhatikan Icha secara terang-terangan.

Bayu yang ternyata diam-diam mulai menaruh hati pada Icha tak suka melihat tatapan Damar pada Icha yang terlihat intens.

"Cha, saya pamit ya, makanan saya juga sudah habis," pamit Bayu.

"Iya Pak, terima kasih sudah mampir ke warung saya."

"Sama-sama Cha, istirahat yang cukup sama jangan telat makan ya Cha," pesan Bayu sambil mengusap lembut kepala Icha.

Pemandangan itu membuat Damar terbakar, ia tak suka Icha diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Cemburu, ya Damar sangat amat cemburu, apalagi Icha harus mengantarkan Bayu ke depan.

"Sabar, Dam. Lo harus bisa tahan emosi lo kalau mau ambil perhatian Icha lagi." Ehsan menahan lengan Damar yang sudah mulai emosi.

Icha kembali ke dalam, tapi lengannya ditahan oleh Damar.

"Duduk sebentar, Cha." Damar meminta Icha untuk duduk disebelahnya lagi.

"Gue sibuk!"

"Sebentar aja, itu enggak akan nyita waktu lo lama kok."

"Udah langsung aja lo mau ngomong apa," ucap Icha tanpa menoleh.

"Lo ada hubungan apa sama Pak Bayu?" tanya Damar langsung.

"Bukan urusan lo!"

"Ini bakal jadi urusan gue, Cha. Gue kan sayang sama lo."

Mendengar kata 'sayang' dari mulut Damar rasanya sangat menyakitkan. Dimana dulu saat Icha sedang sangat menyayangi Damar, justru ia dikecewakan sekali.

Icha menepis tangan Damar yang masih memeganginya.

"Itu dulu." Icha sengaja menekankan kata 'dulu' agar Damar sadar kondisi saat ini sudah berbeda.

"Dulu ataupun sekarang perasaan gue ke lo masih sama, Cha." Damar kembali meraih tangan Icha.

Icha kembali menepis tangannya dan pergi ke dalam.

"Jangan terburu-buru, Dam. Perempuan enggak suka di paksa, lo harus bisa kasih perhatian yang tulus ke dia. Kalau cara lo kaya tadi ya pasti doi kabur lah." Ehsan menasehati.

"Gue cuma takut si Bayu itu berhasil merebut hati Icha dari gue."

"Lah sampai sekarang aja hati dia enggak buat lo, kecewa itu proses penyembuhannya lama, Bro. Lo harus sabar-sabar ngadepin perempuan yang kecewa berat macam Icha."

"Iya, Dam. Kita pasti bantu lo kok biar dia minimal mau maafin lo, abis itu jalan lo buat ambil hati dia lagi bakalan lebih mulus." Mail ikut bersuara.

"Thank's ya guys, kalian emang sahabat gue banget."

"Ya kan kita emang sahabat yang harus mau saling tolong pas teman lagi kesusahan. Berhubung kita lagi susah nih, lo yang bayar ini makan sama minum kita ya," ucap Ehsan sambil menepuk pundak Damar.

"Sialan lo, ini namanya pemerasan lah." Damar menolak mentah-mentah.

"Alah, bayar mie ayam 3 porsi enggak akan buat lo jatuh miskin, Dam." Mail mendukung kemauan Ehsan.

"Iya deh iya. Besok-besok enggak ada ya begini-begini."

"Enggak janji ya kita."

***

Kamis, 23 Juni 2022

Terima kasih yang masih setia sama cerita aku 🥰🥰

Mengejar Cintamu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang