12. Menghilang

27 4 2
                                    

Terlihat tapi tak nampak, menghilang tapi terasa ada

***

2 hari sudah Icha beristirahat di rumah, tubuhnya sudah terasa sangat baik-baik saja. Hari ini ia kembali ke sekolah, banyak pelajaran yang tertinggal, walaupun setiap hari Meta selalu memberi semua catatan yang sedang dibahas hari itu.

Icha duduk dibangkunya, suasana kelas belum begitu ramai karena memang jam pelajaran belum juga dimulai. Matanya menyapu seluruh kelas dan berhenti disatu titik dimana Damar duduk. Tanpa sadar ia tersenyum melihat bangku itu.

"Hayo! Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Meta mengejutkan Icha.

"Ah enggak."

"Jangan bohong lo, ngapain coba lihat mejanya Damar malah senyum-senyum sendiri."

"Apa sih lo, enggak jelas banget deh."

"Cha, sarapan yuk, gue belum sempet sarapan nih tadi."

"Lo aja deh, gue udah sarapan tadi di rumah."

"Yang bener lo? Hari ini pelajaran pertama olahraga loh, tar lo pingsan lagi."

"Ya ampun, gue enggak akan selemah itu kali, Ta. Udah sana buruan nanti keburu bel loh."

"Yaudah, bye Icha."

"Bye."

Icha mengambil handphone nya di tas, karena belum bel, ia iseng-iseng buka instagram, asik berseluncur melihat-lihat berita, gosip artis bahkan ramalan cuaca hari ini menurut BMKG.

Sesaat ia penasaran, kembali membuka akun ig milik Damar dan sayangnya lagi-lagi akun itu masih saja di private, dengan inisiatif yang besar akhirnya Icha membuat akun kedua, tapi username nya tidak ada unsur namanya. Setelah berhasil akhirnya ia langsung kembali mencari akun Damar dan mengikutinya. Sekarang hanya tinggal tunggu di konfirmasi oleh Damar saja. Icha tersenyum geli melihat tingkah konyolnya itu.

Bel sudah berbunyi, siswa yang lain sebagian juga sudah mulai masuk kelas. Tak lama Pak Bayu juga masuk ke kelas memakai pakaian olahraga lengkap dengan pluit yang selalu tergantung di lehernya.

"Selamat pagi anak-anak, hari ini saya akan kembali melakukan seleksi bagi siswa laki-laki untuk mengikuti pertandingan basket 2 minggu lagi. Dan siswa ini nantinya akan menggantikan Damar yang berhalangan mengikuti pertandingan ini, jadi saya putuskan untuk menggantikannya saja."

Anak-anak langsung berbisik satu sama lain membicarakan Damar, kecuali Ehsan dan Mail. Icha pun langsung menoleh ke meja Damar yang masih kosong sampai saat ini.

"Mohon tenang semuanya, saya akan absen dulu untuk hari ini." Bayu membuka buku absen yang memang sudah tersedia diatas meja.

Ia mulai panggil satu per satu siswanya, sampai terhenti pada satu nama, Icha. Ia menatapnya lekat dengan senyum yang indah, Bayu merasa senang akhirnya bisa melihat Icha lagi setelah sebelumnya ia sulit sekali menemuinya karena ia juga tak tahu dimana rumah Icha, Bayu pun sungkan harus bertanya sama orangtua Icha dimana rumah mereka.

Icha yang ditatap seperti itu merasa sedikit risih, ia langsung tertunduk dan pura-pura menyibukkan diri.

"Oke untuk hari ini yang perempuan bisa olahraga ringan saja di pinggir lapangan, untuk yang laki-laki silakan ikut saya."

"Baik Pak." Satu per satu siswa keluar kelas.

"Ta, emangnya Damar kenapa?" tanya Icha penasaran.

"Gue enggak tahu, Cha. Dia enggak masuk udah dari 2 hari yang lalu, bareng sama lo. Katanya sih izin tapi enggak tahu izin kemana."

"Oh gitu." Icha tidak puas dengan jawaban Meta. Akhirnya setelah Meta lebih dulu keluar kelas ia menghampiri Ehsan dan Mail.

"San, sorry gue mau tanya, memangnya Damar kenapa ya?"

"Gue juga enggak tahu Cha, kita juga belum dapet kabar dari Damar, dihubungi susah disamperin ke rumahnya juga enggak ada."

"Oh gitu ya, yaudah makasih ya."

"Iya, Cha."

Semua sudah berkumpul di lapangan, sesuai anjuran Pak Bayu, murid perempuan olahraga ringan sendiri di pinggir lapangan dan yang laki-laki sedang pemanasan sebelum memulai seleksinya.

Dan pada akhirnya semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Bayu sesekali mencuri pandang ke Icha, sedikit banyak ia senang karena Icha sudah sembuh dan kembali lagi ke sekolah

***

Icha sudah berada di halte bus. Saat bel akhir sekolah berbunyi ia langsung bergegas merapikan buku-bukanya dan pergi meninggalkan kelas. Meta yang bingung tak sempat bertanya mau kemana.

Icha tunggu angkutan lewat, kalau sedang terburu-buru menunggu sesuatu terasa lama sekali. Sekitar 5 menit kemudian yang ditunggu datang, ia langsung saja naik ke angkutan itu. Sayangnya supir angkot tak langsung jalan, ia menunggu penumpang lain datang, karena sang supir tahu ini sudah jam bubar sekolah yang pastinya sebentar lagi pasti banyak murid yang datang.

Lagi-lagi Icha harus gelisah menunggu, ia tak juga bisa memaksa si supir untuk segera berangkat, karena disinilah tempatnya mencari rejeki.

10 menit kemudian angkot pun jalan, si supir mengendarainya lambat karena ia juga sambil mencari penumpang lagi, siapa tahu nanti di jalan bertemu.

Akhirnya Icha sampai di tempat tujuan, ia bergegas turun dengan sebelumnya membayar ongkos dulu. Dengan sedikit berlari ia menghampiri rumah yang sejak tadi ingin ia datangi.

"Assalamualaikum," Icha mengucap salam sambil mengetuk pintu.

"Assalamualaikum," sekali lagi ia ucapkan salam karena belum juga ada yang keluar.

"Wa'alaikumsalam," jawab seseorang dari dalam.

"Eh Icha, tumben kesini ada apa?" tanya Dania yang memang membukakan pintu.

"Padahal baru sekali ke rumah ini dan gue ketemu sama kakaknya Damar, ternyata dia masih inget juga sama gue," batin Icha.

"Eh iya Kak. Saya nyari Damar. Damarnya ada?"

"Waduh, Damarnya lagi enggak ada tuh di rumah, memangnya ada perlu apa ya?"

"Enggak ada apa-apa Kak, saya penasaran aja katanya sudah 2 hari Damar enggak masuk sekolah, makanya saya coba kesini."

"Oh gitu, iya dia emang lagi izin sekolahnya buat beberapa hari."

"Oh gitu ya Kak, tolong bilangin aja nanti ke Damar kalau saya nyariin, sekalian mau ngucapin terima kasih ke dia."

"Oh iya nanti gue sampein ke Damar pesen lo itu."

"Ya udah kalau gitu saya permisi dulu ya Kak. Makasih banyak."

"Iya sama-sama. Lo hati-hati di jalan."

Icha mengangguk dan pergi dari rumah Damar dengan berat hati. Rasanya masih ada yang tertinggal dan belum terselesaikan.

Dania masuk ke dalam rumah dan kembali duduk santai di depan TV.

"Dia udah pulang Kak?"

"Udah barusan, lo kenapa enggak terus terang aja sih."

"Gue enggak mau bikin dia khawatir Kak."

"Lah, dengan lo menghilang kaya gini, lo pikir dia enggak khawatir apa?"

"Ya setidaknya dia enggak tahu kondisi gue."

"Terserah lo deh Dam."

Damar sengaja tidak menemui Icha, ia tak mau Icha melihatnya seperti ini.

"Gue minta maaf sama lo, Cha. Semoga lo enggak mikirin gue."

***

Kamis, 7 Juli 2022

Terima kasih sudah setia baca cerita ini 🥰🥰

Mengejar Cintamu LagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang