12. Emosi Naufal

56 8 4
                                    

Halo:D
Aku lagi seneng karena dari kemarin ada beberapa yang masukin Tristeza ke dalam reading list. Terima kasih banyak sudah support. Semoga kita terus bersama sampai akhir, ya.
Selamat membaca💐

 Selamat membaca💐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo cantik, Rin. Lo lebih dari cantik. Di mata gue."

Deg

Rindu terpaku dengan sendok yang masih melayang di udara. Ia tidak salah dengar 'kan? Naufal benar-benar mengatakan hal itu 'kan? Bahkan, menoleh untuk memastikan pun tidak punya kekuatan.

"Baper banget, ya? Sampe nggak bisa noleh gitu?" Naufal tertawa pelan.

"Ihh ... lo isengin gue, ya? Puas?" ketus Rindu. Rindu melirik tajam Naufal lalu menyantap lontong sayurnya. Ia tersenyum tipis, mengingat kembali perkataan Naufal.

"Tumben di rumah nggak ada Bunda dan lainnya, ke mana?" Naufal menoleh ke sekitar. Ia baru sadar, kalau Rindu sendirian.

Detik-detik selanjutnya tidak ada jawaban dari gadis itu. Ia memilih diam, pura-pura tidak mendengar pertanyaan Naufal yang sebenarnya jawabannya sangat simpel.

Dering ponsel Naufal mengalihkan atensi keduanya. Naufal melihat nama Elsha tertera di layar dan ia mengangkatnya. "Halo, El?"

"Fal? Aku sudah nyiapin semuanya, kamu tinggal nyiapin punyamu. Karyanya udah aku taruh di laci meja OSIS."

"Oke, gue ke sana buat meriksa." Naufal berdiri dan mengambil kuncinya. "Gue balik dulu, ya. Ada yang harus gue kerjain." Ia mengusap rambut Rindu pelan, lalu pergi dari hadapan gadis itu.

Rindu tersenyum, satu tangannya terangkat menyentuh dada. "Gue bisa gila, Naufal!"

•••

Rindu memilih keluar dari rumahnya. Ia menyusuri lorongnya dan sampai di jalan raya. Rindu menoleh ke sana ke mari, barangkali ada tempat yang sedang membutuhkan karyawan kecil sepertinya.

Rindu masuk ke toko roti, toko yang ia temui pertama kali dari arah rumahnya.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya mereka pada Rindu.

"Eum ... di sini ada lowongan pekerjaan nggak Kak?" tanya Rindu.

"Maaf, Dik. Kami tidak menerima pekerja di bawah umur 20 tahun."

Rindu menghela napas. Ia tersenyum lalu mengucap terima kasih pada mereka.

Rindu memasuki satu persatu toko di sana. Barangkali ada yang akan memberikannya pekerjaan. Namun, jawaban mereka hanya itu-itu saja.

"Maaf, karyawan kami sudah penuh."

"Maaf, kami tidak menerima pekerja di bawah umur 20 tahun."

TRISTEZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang