19. Kerjaan

20 2 1
                                    

Halo!
I'm back, huft setelah sekian lama.
Masih ada yang baca nggak ya? Hehe
Semoga ada ya,
Happy Reading!

 Masih ada yang baca nggak ya? Hehe Semoga ada ya, Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Neng, mau ke mana sendiri?"

Suara itu nyaris membuat jantung Rindu copot di jam lima sore hari Jum'at ini. Rindu menoleh ke samping, mendapati lelaki sepantarannya yang ia ketahui namanya. "Lagi cari kerja, Lo ngapain di sini?" tanya Rindu pada laki-laki itu.

"Kerja?" tanya Farez sekali lagi. Iya, lelaki yang jalan di samping Rindu itu adalah Rifqi Alfarezel.

Rindu mengangguk. "Lagi perlu sampingan buat jajan." Rindu menyengir karena merasa bodoh telah berbohong.

"Kalau gitu kerja bareng gue aja," ujar Farez menanggapi dengan serius.

"Kerja jadi pembalap motor? nggak deh," tolak Rindu. "Tumben motor lo nggak ada, bocor lagi?" ledek Rindu.

Farez tertawa mendengar ledekan Rindu. Lagi-lagi tawa itu masuk ke dalam atensi Rindu. "Lo lucu banget sih, kalau ledek gue." Farez mencubit pipi Rindu.

Rindu menepis tangan Farez. "Lah siapa yang ngeledek," bantah Rindu tidak terima.

Farez hanya bisa tertawa pelan seraya geleng-geleng. "Ya, udah, mau nggak?" tawar Farez sekali lagi. Hitung-hitung bisa melihat Rindu setiap hari nantinya.

"Kerja apa emang?" Rindu mengangkat alisnya.

Sambil terus berjalan, Farez menjawab, "Aku kerja di klub, ada dua shift, sore sampe tengah malam, tengah malam sampe pagi. Yang tengah malam sampe pagi lebih besar gajinya, karna paginya juga lumayan capek."

Rindu ternganga mendengar ucapan Farez. Ia langsung menggeleng. "Nggak-nggak. Gue nggak mau, gue cari tempat lain aja," tolak Rindu mentah-mentah.

Klub adalah hal yang ia benci, mana bisa ia kerja di sana. Itu sama aja dengan membunuh dirinya secara perlahan. Pagar rumah Rindu sudah terlihat. "Mau pamit?" tanya Rindu.

"Harus memang?" Farez mengangkat alisnya. "Kangen ngobrol sama gue lagi?"

Rindu menghela napas panjang kesal. "Dari awal gue udah tau lo nyebelin." Rindu kesal dan langsung masuk ke dalam pintu pagar tanpa ba-bi-bu.

Farez tersenyum pelan. Ia langsung kembali di mana ia menyimpan motornya demi mengantar pulang perempuan yang menggangu pikirannya akhir-akhir ini. "Kehidupan gue nggak berhak buat dekat sama lo, Rin. Gue terlalu hancur."

•••

Naufal mengecek ponselnya berkali-kali. Ia menunggu jawaban dari Elsha terkait laporan yang mereka buat. Karya ilmiah yang ditulis oleh Naufal dan Elsha baru saja di kirim ke pusat untuk diseleksi. Kesibukannya membuat ia sedikit lupa dengan kejadian beberapa hari lalu.

TRISTEZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang