5. Definisi Rumah⚠️

90 12 13
                                    

[Content warning: Toxic parenting]

      Semua yang ada di dalam ruangan sontak menoleh ke arah pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Semua yang ada di dalam ruangan sontak menoleh ke arah pintu. Mendapati pria dengan rambut bercampur putih dan koper di sampingnya.

      "Ayah," lirih Rindu pelan.

      Ayah mengangguk lalu merentangkan kedua tangannya.

      Rindu berdiri dan berlari, ia menyambut ayahnya dengan peluk dan tetesan air mata. Ia tidak bisa menahan barang sedetik untuk tidak sesak saat ini. Ia begitu rindu pada pria dalam peluknya. "Kenapa ayah nggak bilang, kalau mau pulang?" tanya Rindu serak.

      "Mas," lirih Bunda dari belakang membuat Rindu memberi ruang agar Bunda juga bisa ikut bergabung.

      Mereka menumpahkan bahagianya dalam bentuk buliran bening yang mengalir di pipi masing-masing.

     "Kalau ayah bilang mau pulang, bukan kejutan namanya." Pria bernama Haidar ini menyapu air di pipi kedua perempuannya. Ayah menarik dagu Rindu dan berujar, "Ayah, kan, nggak bisa rayain ultah kamu yang ke 16, jadi ayah pulang buat rayain ultah kamu yang ke 17."

     "Tapi, kan, masih lama, Yah."

     "Itu artinya ayah lama di sini."

     Mereka memeluk ayah dari samping, dengan kepala yang bertumpu di pundak ayah, Bunda dan Rindu membawa pria itu masuk ke dalam rumah.

     Hati Naufal tercubit rasanya. Tanpa sadar air matanya keluar. Ia langsung menyeka agar mereka tidak tahu bahwa Naufal terharu dengan adegan kecil di depannya. Sangat tidak adil rasanya, saat mengingat bahwa ia tidak pernah mendapatkan peluk dalam hidupnya.

     "Loh!" Ayah tersedat ketika melihat Naufal berdiri di depan kursi. "Baru dua tahun ayah nggak pulang dari Malaysia, ternyata kamu sudah punya pacar?" tanya Ayah pada Rindu.

     Rindu menggeleng dengan kedua tangan yang melambai. "Bukan Rindu, tapi Bunda," tunjuk Rindu pada wanita di seberangnya.

     "Loh! Kok Bunda?" Bunda menunjuk diri sendiri.

     "Jadi, Bunda selingkuh? Mana ganteng dia lagi daripada Ayah." Ayah mendekati Naufal membuat Naufal berdiri tegap. "Kamu siapa?" tanya Ayah dengan suara lantang.

     Jantung Naufal berpacu cepat. Ia kesusahan bernapas apalagi menelan salivanya. "Naufal, Om," jawab Naufal akhirnya.

      Selanjutnya Naufal dihadiahi tawa dari Ayah, Rindu, dan Bunda. Laki-laki yang sempat tegang itu langsung menghela napas lega.

     "Kamu yang ngajarin Rindu?" Ayah sudah tahu, Rindu dan Bunda akan selalu melaporkan apapun yang terjadi.

     "Iya, Om."

     "Masih kuat ngajarin anak saya?"

     "Masih, Om."

     "Wah! Saya aja nggak kuat. Kalau salah marahin aja, nggak papa."

TRISTEZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang