14. Ketakutan

54 9 4
                                    

Halo!
Padahal updatenya kemarin, tapi aku sedikit telat, hehe.
Untuk beberapa pembaca cerita ini, semoga suka ya. Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian.
Kalau ada typo jangan lupa komen ya!
Selamat membaca💐

Kalau ada typo jangan lupa komen ya!Selamat membaca💐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I need your hug. Are you ready to give it to me?" Naufal merentangkan kedua tangannya, memberi celah untuk Rindu menjawab.

Senyum Rindu merekah, ia langsung menjawab, perkataan iya dalam bentuk pelukan paling hangat di antara hembusan angin malam ini. Ini terlalu cepat bagi Rindu, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan bahwa ia juga bahagia, bahagia pada semesta yang mengizinkannya dicintai oleh orang yang ia cintai. Yang tidak semua orang bisa mendapatkan itu.

"Semoga satu pelukan kecil ini bisa buat kamu punya tujuan hidup lagi, Fal," ujar Rindu.

Kata-kata yang dikeluarkan dari mulut Rindu selalu menjadi obat penenang bagi Naufal. "Makasih, Rin. Makasih."

•••

Naufal menunggu Rindu di depan pagar sekolah. Ia berjanji akan menemani gadis itu mencari pekerjaan hari ini. Rindu terlihat dari banyaknya kerumunan yang keluar dari kelasnya. Ia melambaikan tangan karena Rindu tampak celingak-celinguk mencari sesuatu.

Rindu berlari ke arah Naufal, ia tersenyum dan berujar, "Udah nunggu lama?" tanyanya pada laki-laki itu.

Tangan Naufal naik untuk mencubit pipi Rindu sehingga si empunya merintih sakit. "Ayo!" Naufal mengisi kekosongan jemari Rindu dengan merangkumnya.

Rindu menatap tautan itu lama, lamat-lamat hidungnya terasa perih karena haru akan perlakuan hangat yang dilakukan Naufal. Ia mengikuti Naufal, menaiki motor ninja pria itu dan diam-diam menatap Naufal dari spion.

"Jangan ditatap terus, nanti makin suka," ujar Naufal.

Baru saja Rindu senyum-senyum sendiri karena sikap Naufal, sekarang ia dibuat kembali kesal. Rindu menepuk bahu laki-laki bermata sipit itu. "Mulai nyebelinnya."

Naufal menarik kedua tangan Rindu dan melingkarkan di pinggangnya. "Pegangan, Rin. Nanti kamu jatuh hati sama yang lain di jalan," bisik Naufal.

Rindu tertawa pelan. "Yang pegangan juga bakal kalah dengan yang ada di hati," balas Rindu.

"Emang yang ada di hati siapa?" tanya Naufal.

"Kamu." Rindu menidurkan kepalanya di punggung Naufal dan memeluk laki-laki itu erat.

Mereka berjalan ke seluruh toko di Jakarta, mencari pekerjaan yang layak untuk Rindu. Naufal berhenti di sebuah toko bunga yang ada di perempatan. Ia turun dan menahan tangan Rindu agar tidak terjatuh saat turun.

Melihat Naufal masuk begitu saja, membuat Rindu mengerutkan keningnya. "Kamu kenal ... pemiliknya?"

"Nenekku," jawab Naufal. "Assalamualaikum, Nek." Naufal masuk ke dalam toko bunga, mendapati wanita tua yang sedang membersihkan bunga.

TRISTEZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang