9. Curiga

60 11 16
                                    

Hai! Apa kabar?
Udah lama aku nggak update huhu.
Jangan lupa vote komen dan share ke teman-teman kalian.
Terima kasih karena sudah tidak menjadi silent reader.
Happy reading ❤️

Di depan cermin, gadis berambut ikal itu menatap dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan cermin, gadis berambut ikal itu menatap dirinya. Ia sudah siap dengan kulot berwarna cokelat susu dan blouse berwarna putih. Tangannya bergerak mengambil sebuah pita dan menyematkan pada rambut sisi kiri, tepat di atas telinga. Ia menyemprot parfum ke udara dan berputar.

"Wah! Wah! Duduk, Nak. Rindu masih tidur di dalam," ucapan sang Ayah yang terdengar di telinga Rindu membuat Rindu spontan membuka pintu kamarnya.

"Rindu udah bangun, kok." Rindu mendekati dua pria yang duduk bersebelahan itu.

"Tumben," ucap sang Ayah. "Biasanya kalau hari Ming-"

"Ih, Ayah 'kan di Malaysia. Mana tau!" potong Rindu. Hampir saja Ayah kembali membongkar kebiasaan buruknya.

"Mau ke mana? Pagi-pagi sudah rapi," tanya Bunda seraya membawakan secangkir kopi hitam untuk Ayah. "Loh! Ada Naufal, mau pergi?"

Naufal mengangguk. "Iya, Bun. Mau ajak Rindu ke toko buku."

Bunda dan Ayah saling tatap, lalu beralih menatap anaknya. Detik selanjutnya, orang tua Rindu tertawa. "Ke toko buku?" tanya Bunda memastikan.

Naufal yang mengernyit bingung, hanya dapat mengangguk kaku seraya menggaruk tengkuknya.

Bunda langsung memeriksa putrinya. Menempelkan tangan pada dahi dan leher Rindu. "Nggak panas, tapi kok kamu mau ke toko buku?"

Ah, Naufal paham sekarang. Rindu tidak suka ke toko buku, hal itu pasti menjadi pertanyaan besar untuk kedua orang tuanya, ketika putri semata wayangnya tiba-tiba pergi ke toko buku.

"Waktu gue ajak, nggak pernah mau Lo!" semprot Arthan tiba-tiba.

Bunda dan Ayah tertawa renyah, diiringi dengan Arthan yang mengacak-acak rambut adiknya sampai berantakan.

"Dih! Walaupun nggak pernah ke toko buku, setidaknya Rindu selalu di perpustakaan kalau di sekolah." Rindu berlagak sombong.

"Untuk dihukum?" tanya Naufal, lebih tepatnya memberitahu.

Rindu ternganga, dengan kesombongan yang seketika jatuh dan diinjak habis-habisan oleh orang tuanya yang kini tertawa terbahak-bahak. Ia kesal, lalu pergi keluar rumah tanpa berpamitan dengan Bunda dan Ayah, dan juga tanpa mengajak Naufal.

"Naufal, pergi dulu, ya, Bun." Naufal menyalami Ayah dan Bunda. Juga ber-tos ria dengan Arthan seperti anak muda pada umumnya.

"Hati-hati, terutama sama harimau betina yang di luar," ujar Bunda lalu tertawa pelan.

"Bun! Aku dengar, loh!" teriak Rindu dari luar, mengundang tawa ayahnya yang hendak menyeruput kopi.

•••

TRISTEZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang