3. Hero comeback

93 15 14
                                    

Halo, makasi masih bertahan sampai di sini. Ayo vote dan komen. Terima kasih karena tidak menjadi silent reader<3

     Bagaskara yang redup menemani langkah Rindu yang tidak tahu arah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Bagaskara yang redup menemani langkah Rindu yang tidak tahu arah ini. Perumahan Naufal sangat asing di matanya. Rumah-rumah di sini sangat mewah berbanding terbalik dengan rumahnya yang sederhana. Rindu memicingkan matanya, menemukan ujung lorong dengan beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Rindu berlari, menuju ujung lorong itu. Ia menangkap segerombolan anak muda tengah duduk di sebuah kantin dengan atap lusuh.

     Rindu melangkah kakinya mendekat, guna bertanya di mana ia sekarang. Tiba-tiba kakinya berhenti ketika segerombolan geng motor mendekatinya dan langsung mengepungnya. “Kalian mau apa?” tanya Rindu heran. Alisnya tertarik ke dalam ketika menatap wajah mereka yang tertutupi helm. “Oh!!! Kalian pasti mau nanya alamat, kan? Kalian tersesat juga?” Rindu meraba-raba ponsel di dalam sakunya dan ternyata ponselnya tinggal di dalam tas yang kini masih di sekolah.

     Salah satu dari mereka turun, dengan baju serba hitam dan wajah yang tak terlihat mendekati Rindu. “Cantik,” ucapnya pelan sambil mengelus pipi Rindu.

     Rindu langsung menepis tangan laki-laki itu, ia mulai ketakutan ketika suara laki-laki asing menusuk telinganya. “Kalian mau apa?” tanya Rindu memberanikan diri.

     “Kita mau main-main, nggak lama kok.” Laki-laki itu tiba-tiba meraih pinggang Rindu.

     “Woi!” teriak seseorang dari arah lain membuat mereka semua menoleh dan tangan laki-laki itu terlepas dari pinggang Rindu.

     Rindu menggunakan kesempatan dan menyelinap lari ke arah lain. Namun, sia-sia, saja. Para geng motor itu juga mengepungnya dari belakang.

     “Lepasin dia! Berani kok sama cewek!”

     Rindu sedikit menoleh ke samping memperlihatkan seorang laki-laki yang duduk di motor ninjanya dengan helm di sisi pinggangnya. Laki-laki itu meletakkan helm di motor dan turun dari sana. Ia membelah para geng motor itu dan masuk mendekati laki-laki yang berdiri di samping Rindu.

     “Masih berani lo?”

      Seolah pertanyaan yang Rindu tidak tahu apa maksudnya membuat laki-laki di samping Rindu itu melangkah menaiki motornya dan semua dari mereka pergi.

     “Lo nggak papa?” tanya laki-laki berambut acak-acakan itu.

      Rindu terdiam mematung, pikirannya masih memproses kejadian sedangkan matanya menatap lekat pria dengan mata hitam seperti lautan mati yang mengajaknya hanyut. Ia beralih menatap tebalnya alis dan hidung yang mancung. Rahang yang tegas dan bibir tebal, seolah semesta tidak memberi celah untuk ketidaksempurnaan pada laki-laki di hadapan Rindu saat ini.

      “Woi!” teriak laki-laki itu kesekian kalinya. 

      Rindu tersedat kaget. “I-iya, kenapa?” tanyanya.

TRISTEZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang