6. Ungkapan

63 12 7
                                    

Jangan lupa vote dan komen<3

[Content warning: Bullying]

[Content warning: Bullying]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      "Kita pulang, ya. Gue obatin luka lo," kata Rindu.

      "Ini cuma luka kecil, nggak seberapa," ucap Naufal. Nggak seberapa sama hati gue, sambungnya dalam hati.

     "Kata Bunda, kecil maupun besar dia tetaplah luka, dia perlu dirawat dan diobatin." Rindu berdiri dan memesan taksi lewat aplikasi online. Tak lama sehingga sebuah mobil mendekat dan berhenti.

     "Atas nama Rindu Artha Lesti?" tanya pria itu setelah membuka kaca jendela mobil.

     "Iya, Pak." Rindu langsung berjongkok, menyamakan diri dengan Naufal. Ia mengambil satu tangan Naufal, membantu laki-laki itu berdiri dan masuk ke dalam mobil.

     Setelah diberitahukan alamat rumah Naufal pada sopir. Rindu langsung menelepon Mas Adi–tukang bengkel dekat rumahnya–untuk mengambil motor Naufal.

•••

     Mereka sampai di rumah Naufal setelah 10 menit dalam taksi. Rindu membayar ongkos dan membantu Naufal masuk ke dalam rumahnya.

     "Astaghfirullah, Den Naufal!" pekik Bi Suti langsung menghampiri Naufal di sofa teras rumah. "Ini kenapa, Den? Kok bisa luka-luka begini. Sebentar, Bibi ambilkan obat dulu." Bi Suti hendak masuk tetapi ditahan oleh Naufal.

     "Mama sama Papa masih di rumah?" tanya Naufal, diangguki Bi Suti. "Jangan kasih tau mereka, Bi. Jangan sampai mereka tau Naufal udah pulang."

     Bi Suti menatap iba pada Naufal, mengangguk lalu kembali masuk ke dalam rumah.

     Sekarang Rindu sedikit paham dengan Naufal. Ternyata kehangatan yang ia dapatkan tidak pernah didapatkan oleh Naufal. Ia mendekati laki-laki itu dan duduk di hadapannya. Rindu tersenyum sambil terus menatap luka di lengan Naufal. "Hari ini lo nggak baik-baik, aja. Terluka, kecewa, dan sedih. Nggak papa, ya, buat jadi manusia?" Rindu mendongak menatap sepasang manik yang dulu selalu ia lihat dari bawah pohon mangga.

     "Ini, Non." Bi Suti keluar dengan nampan yang berisi air putih dan kotak P3K.

      Rindu mengambil kotak itu dan beralih duduk di samping Naufal. Seketika rasa ingin menyembuhkan luka Naufal hadir dalam dirinya. Rasanya ingin memeluk laki-laki ini lebih erat dari sebelumnya. Rindu membersihkan luka Naufal, menaruh obat, dan membalut lukanya dengan perban. "Cepat sembuh, ya. Biar bisa ajarin gue matematika lagi." Rindu tersenyum.

      Naufal sedari tadi hanya diam, seolah seluruh tubuh dan pikirannya tidak siap menerima seluruh kehangatan yang mendadak Rindu berikan. Naufal mematung dengan degup jantung yang berpacu hebat. "Makasi," ucapnya pelan.

TRISTEZA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang