Empat Belas

6 1 0
                                    

Happy reading guys😅😅





























Setelah 3 hari akhirnya Lea di izinkan untuk pulang ke rumah. Tapi Lea sama sekali tidak memberitahu Fian Maupun Zefa. Lea berfikir akan memberitahu ketika sudah sampai di rumahnya saja. Lea hanya tidak ingin mengganggu kedua manusia itu yang mungkin saja saat ini sedang bekerja.

Lea keluar dari kamar inap miliknya menuju tempat dimana tempat taksi yang di pesan Lea berada. Lea memang tak lagi pusing memikirkan biaya administrasi rumah sakit karena Aldi sudah melunasi semua tanggungannya.

30 menit kemudian Lea sampai di rumah yang selama ini menjadi atap untuknya berteduh. Lea bahkan sudah mempersiapkan dirinya untuk menjawab pertanyaan dari Anton yang mungkin akan mencercanya. Lea memang sama sekali tidak mengabari siapapun di rumahnya saat dia masuk ke rumah sakit bahkan Lea melarang Zefa untuk mengabari Anton.

"Dari mana aja kamu ngilang selama 3 hari, Lea?" Tanya Chika kakak perempuan Lea yang ternyata sedang duduk gelisah di ruang tamu.

"Lea ada tugas ke luar kota, kak" jawab Lea bohong.

Lea tidak ingin jika ada orang yang tau tentang keadaannya kecuali orang-orang yang memang terlanjur tau. Lea tidak mau di sayangi hanya karena rasa kasihan semata. Lea ingin di sayangi karena memang dengan perasaan tulus.

"Tugas? Segitu gak bisanya kamu kabarin salah satu dari kita supaya kita gak khawatir. Lea, kakak gak tau seberapa sibuknya kamu di sana tapi apa gak bisa kamu pegang hp kamu dan ketik satu kalimat aja yang sampai 1 menit buat kabarin Kakak atau Ayah. Lea kamu udah besar kamu tau mana yang bener mana yang enggak. Jangan kaya gini Lea" kesal Chika. Chika kesal pada adiknya yang sama sekali tidak memikirkan bagaimana khawatirnya keluarganya padanya.

"Kalo Kakak masuk ke dalam kamar Lea, pasti kakak dapat jawaban kenapa Lea gak kabarin kakak. Kalo Kakak pikir aku bisa pake hp temen apa aku penghafal nomor hp semua orang. Kak, aku cape. Aku mau istirahat dulu" ujar Lea yang benar-benar tidak mau berdebat dengan kakaknya sendiri. Lea masih merasa lemas dan masih belum memiliki banyak tenaga untuk mendebat kakak perempuannya itu.

"Lea,  dimana surat tugasnya?" Tanya Anton yang tiba-tiba datang dari arah tangga bersama Livia.

Anton menatap Lea dingin, Anton sedikit kecewa dengan perilaku Lea yang tiba-tiba saja menghilang begitu saja. Anton bukan tak percaya pada Lea hanya saja Anton ingin menunjukkan pada Lea bahwa apa yang dilakukan Lea adalah salah.

"Ini surat tugas Lea" jawab Lea menyodorkan sebuah amplop coklat yang dimana berisi surat tugas ke luar kota.

Sebelumnya Lea memang meminta surat tugas pada David agar bisa di jadikan alasan Lea saat pulang. Untung saja David mengerti akan dengan keadaan Lea, jadi David dengan mudah mengiyakan permintaan Lea.

"Di sini tertulis untuk dua hari dan kamu pergi selama tiga hari. Digunakan untuk apa waktu satu hari itu Lea" selidik Anton setelah membaca surat yang di berikan Lea kepadanya.

"Lea jatuh sakit maka dari itu kepulangan Lea di undur untuk satu hari" alibi Lea yang tidak sepenuhnya berbohong. Lea memang sakit bukan, jadi dia tidak berbohong akan ucapnya.

Anton yang melihat wajah Lea yang sedikit pucat pun akhirnya percaya dengan apa yang dikatakan Lea. Wajah Lea sudah cukup menjadi bukti nyata untuk Anton mempercayai yang di ucapkan oleh Lea.

Berbeda dengan Anton, Livia sama sekali tidak percaya dengan yang di ucapkan Lea. Baginya Lea berbohong hanya demi kesenangannya sendiri.

"Saya rasa dia bohong, mas. Mungkin aja kan dia bersenang-senang di sana selama satu hari karena merasa terbebas dari rumah" ujar Livia merendahkan putrinya sendiri.

"Jaga ucapan kamu Liv" tegur Anton yang merasa jika ucapan istrinya itu sangatlah kasar.

"Kenapa mas? Bener kok sama apa yang aku ucapan aku. Kamu harusnya jangan mudah percaya sama jalang kecil di hadapan kamu ini. Dia berpura-pura menjadi yang tertindas padahal dia sendiri ada pelaku yang menjadi perebut kebahagiaan orang lain" ucap Livia yang masih terus saja mencaci Lea putri kandungnya sendiri.

Lea sakit sekali mendengar ucapan yang terlontar dari mulut ibu kandungnya sendiri. Ibunya saja mampu mengatakan hal buruk tentangnya bagaimana orang lain?

"Apa sih Bun salah Lea sama Bunda?" Tanya Lea masih dengan kesabaran di hatinya. Karena bagi Lea seburuk apapun ibunya, tetaplah dia adalah ibu yang melahirkan Lea.

"Salah kamu hadir menjadi anak perebut kebahagiaan kecil keluarga saya" tekan Livia tepat di depan wajah Lea.

"Bunda, jaga ucapan Bunda" tegur Chika yang tidak tega melihat adiknya terus saja di hina oleh ibunya sendiri.

"LIVIA CUKUP" bentak Anton yang tidak tahan dengan apa yang dikatakan istrinya itu.

"Sebelumnya aku gak pernah meminta ini sama Bunda. Tapi apa boleh sekali aja Bunda peluk aku? Aku pengen Bunda tau gimana rapuhnya aku saat Bunda menghina aku. Bun mau seberapa besarpun aku membenci Bunda tapi cinta yang hadir di hati aku untuk Bunda jauh lebih besar dari apapun itu. Kasih sedikit aku waktu untuk bahagia bareng sama Bunda. Mau sampai kapan Bunda benci aku? Aku anak Bunda, Bunda yang melahirkan aku. Bunda yang berjuang supaya aku bisa melihat bagaimana permainan dunia. Sampai sekarang aku gak tau dimana letak kesalahan aku tentang merebut kebahagiaan keluarga kecil Bunda" ungkap Lea meluapkan segala keluh kesahnya terhadap ibunya.

Air mata Lea pun terus mengalir tanpa di minta. Rasa sakit di hati Lea hanya mampu di utarakannya melalui air mata.

"Aku juga gak pernah meminta untuk di lahirkan di dunia ini Bunda. Kalaupun aku bisa memilih takdir, aku pastinya akan memilih takdir yang baik supaya aku gak di benci sama Bunda. Ucapan aku yang dulu bilang aku nyesel udah lahir dari rahim Bunda semua itu bohong, karena nyatanya aku Bangga bisa menjadi anak Bunda. Tapi kenapa harus aku Bun? Kenapa aku yang harus menjalani semua ini? Kenapa selama 22 tahun Bunda sama sekali gak pernah sayang aku? Kenapa Bunda?" Lanjut Lea tidak kuat dengan takdir yang di jalaninya.

Livia merasa tersayat hatinya ketika mendengar luapan isi hati dari putri bungsunya yang ia benci selama ini. Tapi Livia masih belum bisa menerima kehadiran Lea. Kehadiran Lea terus saja menghantuinya tentang masa lalunya yang begitu buruk.

"SAYA GAK AKAN PERNAH MENERIMA KAMU SAMPAI KAPANPUN. BAHKAN SAYA INGIN KAMU CEPAT PERGI DARI KEHIDUPAN SAYA" teriak Livia frustasi. Livia hanya belum mampu menerima kehadiran Lea. Hanya dengan menghina Lea perasaan marah yang Livia pendam mampu ia lupakan.

Livia pun lari ke dalam kamarnya dengan air mata yang berurai. Kata-kata yang di ucapkan Livia barusan adalah bohong. Livia menyayangi Lea hanya saja keegoisan hatinya menghalanginya untuk mengakui jika ia mencintai putri bungsunya itu.

'Maafin Bunda sayang, Maaf' batin Livia menangis.

TIRAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang