Tiga Belas

8 1 0
                                    

Tinggalkan jejak dengan Vote+komen





Happy reading














Pagi ini Lea sendirian di dalam kamar inapnya. Pagi tadi memang Lea mengusir Fian dan Zefa untuk pergi bekerja. Karena keduanya memiliki sifat keras kepala sedikit membuat Lea kewalahan. Tapi dengan sedikit ancaman akhirnya Lea berhasil membuat kedua manusia keras kepala itu pergi.

Saat Lea sedang asik menatap keluar jendela, tiba-tiba pintu terbuka menampakkan seorang dokter dengan satu perawat yang mengikutinya dari belakang.

"Selamat pagi Lea, perkenalkan saya Dokter Rizal. Saya yang akan menangani Penyakit leukemia yang kamu derita. Saya dan dokter Fahri akan menjadi partner dalam menangani kamu. Jadi kemungkinan kamu akan selalu bertemu dengan saya" jelas dokter Rizal yang di barengi dengan candaan untuk menghibur Lea.

"Saya mau tau keseluruhannya Dok" ucap Lea menghiraukan ucapan dokter Rizal yang memperkenalkan dirinya.

Dokter Rizal menghela nafas sembari menatap Lea sendu. Sebelumnya dirinya tidak pernah sesedih ini dalam menangani pasiennya. Dokter Rizal sudah di beritahukan oleh dokter Fahri bagaimana perjalanan hidup Lea. Bahkan dokter Fahri mengingatnya untuk selalu berhati-hati dalam berbicara dengan Lea.

"Penyakit leukimia atau lebih tepatnya leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih abnormal. Kamu menderita Leukemia limfositik kronis. Leukemia limfositik kronis adalah jenis kanker darah yang terjadi akibat kelainan pada sumsum tulang. Istilah ‘kronis’ pada leukemia limfositik ini menandakan bahwa penyakit ini berkembang secara perlahan dalam jangka panjang. Dan berdasarkan hasil tes lab yang saya lakukan penyakit ini sudah memasuki stadium lanjut" jelas dokter Rizal dengan suara lantangnya. Walaupun begitu sebenarnya dokter Rizal sangat-sangat tercekat ketika menjelaskan semua itu.

"Berapa presentase untuk kesembuhan saya?" Tanya Lea dengan mata menatap kosong ke luar jendela.

"Saya akan berusaha untuk menyembuhkan kamu. Dengan transplantasi sumsum tulang belakang akan membantu kamu untuk sembuh. Jadi saya akan...." Ujar dokter Rizal yang tak ingin memberitahu Lea tentang presentase kesembuhannya. Namun ucapan itu langsung di potong begitu saja oleh Lea.

"Berapa?" Tanya Lea dingin. Lea paling tidak suka jika orang lain menyembunyikan tentang keadaan dirinya. Baginya orang yang paling berhak tau tentang dirinya adalah dirinya sendiri.

"26% itu perkiraan dari saya dan dokter Fahri. Keadaan kamu ini cukup langka Lea. Kamu masih bisa bertahan sampai enam bulan ke depan kalau kondisi kamu tetap stabil" jawab dokter Rizal akhirnya.

Lea mendengarnya dengan baik. Lea tau jika dokter Rizal sebenarnya sedang mendiagnosis umurnya. Lea tidak takut akan kematian tapi Lea hanya ingin impiannya tercapai sebelum dirinya tiada. Walaupun hanya pada saat-saat terakhirnya.

"Jangan bocorkan tentang sisa umur saya kepada siapapun termasuk keluarga saya sekalipun. Dan jangan beritahu siapapun tentang penyakit sialan yang bersarang di tubuh saya" titah Lea dingin, bahkan sangat dingin seolah tidak ada bantahan untuk ucapannya.

Dokter Rizal pun hanya menghela nafasnya berat. Hendak bagaimanapun keinginan pasien adalah prioritas utama dalam peraturan rumah sakit. Baginya Lea adalah wanita kuat di usia yang terbilang masih sangat muda.

Saat dokter Rizal ingin melangkah pergi tiba-tiba pintu ruangan Lea terbuka dan menampakkan wajah Aldi. Lea terkejut bukan main, dia takut jika Aldi mendengar semua pembicaraannya dengan dokter Rizal. Dokter Rizal pun keluar dari ruangan Lea ketika melihat pria asing yang sepertinya memiliki urusan pribadi dengan Lea. Dan perawat yang tadi mengikuti dokter Rizal memang sudah pergi keluar saat Lea meminta dokter Rizal menjelaskan keseluruhan tentang keadaannya.

"Papa.." gumam Lea ketika dokter Rizal sudah menghilang di balik pintu.

"Lea, kamu sakit apa?" Tanya Aldi lembut.

"Lea cuma kecapean aja Pa" jawab Lea gelisah. Dirinya sangat takut jika Aldi mengetahui semua tentangnya yang tidak baik-baik saja.

"Oh gitu, Cepet sembuh ya sayang" ucap Aldi yang begitu saja mempercayai yang di katakan Lea.

Aldi mencium kening Lea dengan sayang. Lea yang merasa Aldi tidak sempat mendengar pembicaraannya dengan dokter Rizal akhirnya bisa bernapas lega. Lea hanya ingin Aldi menyadari jika Lea membutuhkannya tanpa harus tau terlebih dahulu tentang penyakitnya. Lea hanya tidak ingin Aldi memperhatikannya hanya karena rasa kasihan.

"Papa lagi gak sibuk?" Tanya Lea yang sedikit menyindir Aldi.

"Papa sebenarnya sibuk cuma demi jenguk anak Papa, Papa tinggalkan sebentar pekerjaan Papa" jawab Aldi sambil terkekeh. Aldi tau sebenarnya Lea sedang menyindirnya tapi Aldi tidak ambil hati dengan itu semua.

"Ya Lea ngerti. Mama tau kalo Papa ke sini jenguk Lea?" Tanya Lea lagi. Pasalnya ia tau jika Aldi tidak mungkin bisa menemui Lea jika istrinya tau tentang itu.

"Lea, Papa akan terus bujuk Mama untuk menerima kamu. Jangan kamu pikirkan tentang Mama" ucap Aldi yang malas membahas tentang itu karena ia tau akhirnya dia dan Lea hanya akan bertengkar.

"Mau berapa lama lagi Pa? 22 tahun Papa masih belum bisa bujuk Mama. Apa Salah Lea? Kenapa Lea yang harus di hukum dengan selalu mendengar kebencian dari semua orang?" Tanya Lea beruntun.

Lea lelah dengan semua perjalanan hidupnya. Keinginannya hanya mendapatkan semua kasih sayang dari semua orang dengan tulus. Lea tidak tau apa salahnya, bahkan dia tidak pernah meminta untuk di hadirkan dengan cara seperti ini. Jika Lea mampu memilih takdirnya Lea pasti akan memilih takdir yang baik.

"Lea, Papa sudah coba. Tapi demi keutuhan pernikahan Papa, Papa harus terima syarat dari Mama untuk gak menemui kamu. Kamu harus ngerti sayang" ujar Aldi mencoba memberi pengertian untuk Lea.

Lea tidak bisa lagi menahan air matanya. Sakit rasanya ketika ayah kandungnya mengorbankan dirinya hanya untuk mempertahankan pernikahannya. Memang pernikahan Papanya penting untuk di pertahankan tapi apakah harus jika Lea yang di korbankan.

"LEA HARUS NGERTIIN PAPA GIMANA LAGI? LEA SELALU NGERTI KETIKA PAPA MEMINTA LEA SABAR NUNGGU PAPA. SEBEGITU SULITNYA PAPA UNTUK BUJUK MAMA. LEA JUGA BUTUH PAPA, LEA MAU PAPA DI SAMPING LEA. APA SALAH LEA? LEA GAK PERNAH MAU PUNYA TAKDIR YANG KAYA GINI PA. COBA SESEKALI AJA PAPA JADI LEA, GIMANA TERSIKSANYA LEA KETIKA MENGEMIS PERHATIAN PAPA. LEA HARUS NGERTI GIMANA LAGI PA?" Teriak Lea yang sudah mencapai batas emosionalnya.

"Tapi ada Abang Lea. Abang memberikan kasih sayang buat Lea. Ada Ayah Anton juga kan yang selalu ada untuk Lea" ujar Aldi lembut. Aldi tau jika emosi Lea masih belum stabil karena Lea sedang sakit.

"YANG LEA BUTUHKAN ITU PAPA. PAPA YANG LEA BUTUHKAN BUKAN ORANG LAIN. AYAH BUKAN AYAH KANDUNG LEA PA. APA SUSAHNYA SIH PAH, CUMA TANYA APA LEA UDAH MAKAN? LEA LAGI APA? LEA KANGEN PAPA ATAU ENGGAK? APA SUSAHNYA PA? LEA MAU PAPA. Lea butuh papa Pa. Lea sekarang Takut, takut gak bisa merasakan pelukan dari Papa. Lea takut gak bisa lagi liat Papa. Lea takut Pa, Lea takut tanpa Papa. Lea mau Papa" ucap Lea yang semakin melemah. Lea tidak kuat lagi untuk berteriak dengan hati yang sudah hancur berkeping-keping.

'Lea takut Pa, takut menghadapi penyakit yang menyerang Lea. Lea Lemah Pa'

TIRAI LUKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang