iota

2.8K 285 29
                                    

Kenop pintu diputar dengan keras. Naruto berjalan pulang tergesa-gesa sambil menarik lengan anaknya.

Menghela napas pelan, Naruto mencoba menenangkan diri. Ia merasa marah mendapati para sahabatnya menuduh Boruto yang tidak-tidak.

Usahan pelan pada wajahnya menyadarkan. "Ayah, tenanglah. Au tidak apa-apa."

Boruto tersenyum menenangkan, membuat Naruto semakin merasa tidak enak karena perlakuan tidak mengenakan yang harus Boruto terima.

"Maafkan ayah, Boruto. Harusnya aku bisa menjelaskan kepada mereka bahwa kau orang yang baik. Aku akan menjelaskan pada mereka esok hari. Aku yakin setelah aku jelaskan, mereka akan mengerti."

Bibir Boruto tersenyum tipis. "Tidak perlu terburu-buru, ayah. Kau juga mungkin perlu untuk menenangkan pikiran. Bagaimana jika besok kita jalan-jalan seperti dulu? Aku rindu bertamasya denganmu. Baru setelah itu, mungkin kau bisa lebih mudah untuk berbicara dengan mereka."

Naruto menimang tawaran itu. Mungkin Boruto ada benarnya. Berkurangnya intensitas refreshing yang dahulu secara rutin dilakukan mungkin menjadi salah satu penyebab mentalnya tidak stabil.

Kepala Naruto mengangguk menyetujui. "Baiklah. Kau ingin pegi kemana, Boruto?"

Wajah Boruto mendekat. "Kau ingat, ayah? Di umurku yang ke-17, kau menghadiahiku sebuah rumah di Kota Fukuoka. Aku ingin kita pergi ke sana bersama. Kita juga tak perlu pusing memikirkan penginapan 'kan?" Tawar Boruto.

Naruto tersenyum kemudian mengangguk. "Tentu."

Bibir Naruto dikecup singkat. "Baiklah, ayah. Kau bisa mengemasi barangmu dahulu. Aku perlu pergi beberapa saat untuk menyelesaikan urusan. Tak apa-apa 'kan?"

Setelah mendapati persetujuan Naruto, Boruto pun berpamitan dengan menentang tas laptop dan beberapa file perusahaan.

Tangannya mengambil ponsel di saku setelah berada di luar area rumah untuk menghubungi seseorang. Matanya tajam menandakan keseriusan.

"Halo, Amado? Kita perlu bertemu."

.

.

"Ada apa, Boruto?" Amado bertanya tanpa basa-basi.

Mereka bertemu dalam ruang kerja utama perusahaan Uzumaki, tempat dahulu Naruto bekerja.

"Seperti yang sudah kukatakan dari jauh hari, aku akan pindah ke luar kota. Untuk menghindari terlacaknya keberadaanku, aku hanya bisa memantau perusahaan ini beberapa waktu sekali. Dan kau yang akan menggantikanku sementara."

Sudut bibir Amado tertarik. Sebuah keuntungan besar dapat menggantikan pekerjaan direktur utama perusahaan besar. "Lalu apa keuntungannya untukku?"

Tangan Boruto sibuk mencari salah satu berkas yang ada di meja kemudian melemparnya ke hadapan Amado. "Aku berikan kau 30% saham perusahaan milik ayahku."

Manik Amado membulat lebar. Tanpa berpikir panjang, ia mengangguk setuju. Membuat Boruto menyerahkan selembar kertas perjanjian untuk ditandatangani.

Pulpen berbahan marmer menjadi alat untuk menorehkan tinta di atas kertas perjanjian keduanya.

Amado cukup cerdas untuk mengetahui seberapa berbahayanya Boruto Uzumaki. Perangainya buruk, berbanding terbalik dengan kualitas kerjanya yang mampu menggantikan tugas Naruto dengan sangat baik.

Namun, laba yang Boruto tawarkan juga bukan main-main. Amado yakin, asal ia berhati-hati dan melaksanakan semua perintah Boruto tanpa terkecuali, semuanya akan aman.

"Kemana kau akan pindah dengan Naruto-san?"

Baru saja Amado berbicara mengenai kehati-hatian, ia sudah membuat kesalahan. Lirikan tajam yang Boruto layangkan membuatnya memahami kesalahan dari pertanyaannya.

Parasite [Borunaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang